Share

BAB 6 Hamil Berulang Janin Hilang (POV Ayu)

Tinggal di tempat baru, lingkungan baru membuatku harus secepatnya beradaptasi. Sebetulnya tempat tinggalku yang sekarang tidak begitu jauh dari lingkungan tempat tinggal keluarga suamiku. Malah boleh dikatakan masih satu desa, hanya saja dibatasi beberapa rumah tetangga, jalan setapak serta perkebunan luas entah milik siapa hingga sampai detik inipun masih saja menjadi misteri.

Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun kedua pernikahanku, aku mulai menunjukkan tanda-tanda orang yang sedang hamil muda. Tamu bulananku tidak hadir. Awalnya tidak aku pedulikan karena aku sudah berulangkali mengalami terlambat datang bulan tetapi ketika dicek ternyata negatif. Namun kali ini selain terlambat kedatangan tamu bulanan, nyidam pun kualami yang menurut sebagian besar orang mengatakan sebagai ciri orang yang sedang hamil muda. Emosiku kembali tidak terkendal, marah-marah tanpa sebab terutama terhadap suami dan keluarganya. Pada awalnya hal itu tidaklah kuanggap aneh karena menurutku yang namanya hamil muda ya seperti itu.

Hanya saja marah-marah tanpa sebab terus berlanjut hingga Dokter Kandungan terbaik di kotaku menyatakan aku positif hamil 2 minggu. Kehamilanku tidak membuatku bahagia seperti layaknya pasangan yang menikah dan dinyatakan positif hamil. Emosiku selalu memuncak walaupun tidak ada masalah sebagai pemicunya. Masalah sedikit saja selalu menjadi penyebab pertengkaran dengan suamiku, sampai-sampai ibuku mulai menanyakan perubahan sikapku yang sepertinya di luar kewajaran.

"To, itu Ayu kok marah-marah melulu tanpa sebab ya?" tanya ibuku kepadanya.

Anto hanya mengedikkan bahu tanpa menjawab sepatah katapun.

Begitulah suamiku, tiap saat hanya diam membisu. Mungkin memang sifatnya seperti itu...terlalu  santuy., cenderung tak peduli dengan keadaan istrinya.

Puncak keanehan yang kurasakan adalah ketika kemudian aku bermimpi buruk, di mana ada sepasang suami istri yang wajahnya sangat mirip Tante dan Om Remo, meminta anak yang kukandung. Keesokan harinya aku mengeluarkan flek sedikit darah pada jalan lahirku dan ternyata ketika dicek, aku dinyatakan tidak hamil lagi walapun pada kenyataannya aku tidaklah keguguran.

Kejadian yang sama berulang ketika beberapa bulan kemudian  aku mengalami tanda-tanda kehamilan lagi; menjadikan kondisi kejiwaanku menjadi tidak stabil. Keluarga suamiku menyarankan supaya aku dan Anto mendatangi kamituwo; yakni orang yang dianggap pintar dalam hal-hal gaib.Dengan diantar suami dan Mamah Mertua; mendatangi kamituwo,,, yang rumahnya cukup jauh di luar kota.Sesampainya di sana terlihat banyak orang antri menunggu giliran berkonsultasi dengan Mbah Birin; namanya. Ternyata tidak satu dua orang saja yang datang berkunjung ke rumah Mbah Birin umtuk menunaikan hajatnya. Bermacam-macam orang dengan berbagai macam keinginan datang mengantri untuk mendapatkan apa yang diinginkannya termasuk aku.

Ketika tiba giliranku; Mbah Birin memerintahkan aku memetik buah jambu biji yang anehnya kata orang-orang yang sering berkunjung ke sana; pohonnya tidak pernah berhenti berbuah.Aku pun menuruti perintah Mbah Birin, dipetiknya dua buah jambu biji tersebut sebagai tanda Ayu punya hajat ingin punya Anak kembar. Buah jambu biji itu aku sodorkan ke Mbah Birin yang kemudian membungkus dua jambu biji tersebut di selembar kain putih dan membacakan jampi-jampi.Selesai membacakan jampi-jampi yang tidak kumengerti apa artinya; Mbah Birin menyodorkan kain putih kepadaku dan memerintahkannya untuk memakan dua jambu biji itu bersama suaminya; tanpa sisa.

Aku sebenarnya tidak begitu mempercayai hal-hal seperti itu; tapi karena kebuntuan pikiranku yang pada akhirnya terjebak dalam menyekutukan Tuhan.

 Beberapa bulan kepulangan dari tempat mbah Birin; aku memang terlambat datang bulan, ketika dicek dengan test pack menunjukkan garis dua sebagai tanda positif hamil. Serta merta kupaksa suami ikut serta mendatangi Dokter Kandungan di kota untuk memastikan kehamilanku. Setelah melakukan pemeriksaan memang dinyatakan sedang hamil 3 Minggu.

Tapi sayangnya...kejadian labilnya emosiku berulang,,,mimpi burukpun selalu kualami...bayiku diminta orang...dan orangnya sama...itu-itu saja.Aku bingung dibuatnya...kecamuk hatiku semakin menjadi; antara perasaan tidak enak kepada suami dan keluarga mertua, marah, kecewa’ khawatir, bimbang, galau bercampur aduk menjadi satu karena di suatu ketika sebetulnya waktu masih tinggal di rumah mertua tanpa sengaja aku lihat dari jendela kamar, om Bahlul terlihat mengendap-endap masuk ke belakang kios suamiku seperti sedang menyimpan dan menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin diketahui orang lain. Kejadian itu kemudian  kuceritakan kepada suami yang mendapat jawaban teramat meragukan menurut pemikiran.

Waktu itu kubilang,’’Mas...itu om Remo sich ngapain yaa masuk ke belakang kios sambil mengendap endap seperti bawa sesuatu?Tapi anehnya kok seperti terburu-buru begitu loo...”

Kata suamiku; hal yang diperbuat saudaranya itu wajar saja

“Mungkin mau pinjam alat.” Jawabnya dengan enggan menanggapi kecurigaanku.

Kejadian hilangnya janinku kemudian berlanjut setelah kulihat kejadian di waktu itu. Malam harinya aku kembali bermimpi buruk, paginya kembali aku mengeluarkan sedikit darah dari jalan lahirnya dan ketika dicek dokter kandungan; aku dinyatakan tidak hamil lagi walaupun pada kenyataannya tidak pula keguguran.

 Kejadian buruk yang berulang menjadikanku semakin tak karuan. Ditambah kebangkrutan usaha suamiku yang sepertinya di luar kewajaran. Entah kenapa pelanggan yang biasanya rutin mengambil produk usaha suamiku sedikit demi sedikit menjadi berkurang; bahkan barang dagangan di kios suamiku mulai sepi pembeli.  Dipicu sikap suamiku dan keluarganya pula yang sepertinya mulai menyalahkan aku atas kejadian berulang hilangnya janin ditambah dengan kebangkrutan usaha suamiku. Dikatakan pula aku tidak bisa menahan emosi lah; hobinya marah-marah melulu hingga menjadikan kandunganku menjadi lemah dan berulang gagal hamil sampai melahirkan.Sedih yang teramat sangat begitu kurasakan.

######

Dalam kondisi serba menyedihkan tanpa sengaja aku ketemu sahabat lamaku semasa kuliah

‘’Apa kabar Yu...yaaa ampun...seperti seabad lamanya kita ngga’ ketemu...kangeeen...’’sapa sahabat lamaku kocak.

‘’Sammaaa...’’jawabku sambil memeluknya erat.

Terkekeh bersama seperti hilang rasa gundah gulanaku.

Sahabat terbaikku rasa saudara. Sejak wisuda di kampusku kita berpisah untuk mencari masa depan masing-masing. Dulu suka duka kita lalui bersama.

Ayahku meninggalpun hampir bersamaan waktunya dengan ayahnya. Sungguh suatu persahabatan yang sejati.

“Eeeh ngomong-ngomong anakmu sudah berapa Yu?

Aku tak bisa langsung menjawab pertanyaan sahabatku itu; hanya bulir-bulir bening tanpa terasa menetes di kedua netraku. Kukatakan aku berulang kali positif hamil tapi entah mengapa belum pernah sampai melahirkan dan berwujud bayiku.

‘’Maafkan aku kalau membuatmu sedih ya Yu...aku benar-benar tak tahu.”ucap sahabatku masgul.

Aku hanya sanggup menganggukkan kepala.

########

Bulan berganti; suatu sore nan cerah sahabatku Tina berkunjung ke rumahku.

‘’Yuuu..gimana kalau kamu adopsi anak saudaraku saja?’’ tanyanya hati-hati.

‘’Gini Yu...ada bayi laki-laki berumur 2 bulan bungsu dari 7 saudara..bapak ibunya sudah tidak sanggup merawat karena keterbatasan ekonominya.’’lanjutnya bercerita.

‘’Aku bicarakan dulu sama suamiku ya Tin...’’ jawabku

Setelah aku adu argumentasi lebih lama dengan suamiku yang memang dasarnya seperti patung hidup.

Sahabatku yang ternyata masih tetap ‘’barbar” seperti waktu kuliah dulu mengajakku melihat bayi itu. Luar biasa...hanya dengan berkendaraan motor roda dua sahabatku bisa dengan segera sampai di tempat orang tua si bayi yang jaraknya cukup jauh dari kotaku.

“Wiiih Mbiiil...kamu masih tetap sama seperti Trimbil yang aku kenal dulu.’’ Selorohku.

‘’Iyyaaalah...pasti; aku gitu looh...’’ sambil terkekeh Tina yang biasa kupanggil Trimbil menjawabnya dengan kocak.

‘’Aaah ternyata Tuhan tetap di atas segala-galanya; di kala aku seperti orang yang hidup sendiri, sepi melingkupi hati...aku dipertemukan dengan Tina sahabat baikku.

Sejak awal kuliah dulu kita bersahabat dekat. Berpuluh-puluh tahun kulalui hari-hariku dengannya. Kita yang masing-masing jomblo abadi; tetap enjoy menikmati hari. Sampai akhirnya kita lulus dan masing-masing mendapatkan jodoh dan berkeluarga kita berpisah melanjutkan kehidupan masing-masing.

########

Sesampai di rumah calon anakku; kuucap salam:

‘’Assalamu’alaikum..

“W*’alaikumsalam...’’ terdengar jawaban dari seorang tua dengan batuk-batuk khasnya.

“Uhuk-uhuk...silakan masuk ibunya Dika...” dia mempersilakan masuk.

“Mau menjemput Dika pulang ya Bu?’’ celetuknya lebih lanjut.

Aku tersentak kaget; dari mana dia tahu tujuanku mau mengadopsi anaknya?

Kusenggol lirih si Tina yang berdiri terbengong-bengong.

“Kamu sudah ngomong aku mau adopsi anaknya apa Mbil?’’tanyaku kepadanya.

‘’Ngga’ kok...aku belum ngomong apa-apa...’’sahutnya seraya mengedikkan bahunya.

‘’Ada apa lagi ini?’’ batinku penuh tanda tanya ketika bapak tua yang ternyata ayah kandung calon anakku mengatakan dia sudah ada firasat hari itu akan kedatangan aku yang mau mengadopsi anaknya. Dia tahu persis ciri-ciriku dan suamiku walaupun sebelumnya kita belum pernah ketemu.

Selidik punya selidik...aku baru tahu kalau bapak tua itu kebanyakan orang mengatakan dia dukun sakti. Banyak orang dari pelosok negeri yang datang meminta sesuatu kepadanya; baik kekayaan maupun jabatan.

Aku berkedik ngeri mendengar kisahnya. Bapak tua itu tersiar kabar pernah menikah sebelas kali tapi baru dengan wanita yang lebih pantas menjadi anaknya; dia berturut-turut mempunyai anak sampai tujuh orang termasuk Dika Permana yang akhirnya menjadi anak adopsianku.

Setelah kubawa pulang Dika untuk sesaat keceriaan mulai mewarnai hari-hariku setelah beresnya proses adopsi.

Dika tumbuh menjadi anak yang lucu, gembul, sehat.

Karena kesibukanku mengajar aku meminta tolong tetangga seorang ibu setengah baya untuk menjadi pengasuh anakku sekaligus membantu pekerjaan rumah tanggaku.

Apa lacur, sejak kedatangan Ibu Karsini di kehidupanku...rumah tanggaku malah menjadi kacau. Sikapnya yang justru melebihi aku yang majikannya lama kelamaan membuatku ‘makan hati’.

‘’Coba ini Bu lihat...pakaian yang dicuci Ayu kok masih kotor gini,’’katanya ketus kepada Ibuku yang hanya dijawab dengan senyuman saja.

Banyak dari pekerjaanku yang seringkali dicela olehnya. Padahal aku sudah sangat berusaha tidak menganggapnya sebagai Asisten Rumah Tangga melainkan layaknya saudara saja.

Aku dan ibuku merasa sangat heran; mengapa ada ART yang justru lebih ‘berkuasa’

dibandingkan majikannya.

Ketika semuanya kuadukan kepada suamiku; justru aku yang kena marah. Suatu sikap yang sangat tidak masuk akal menurutku.

Suamiku benar-benar tidak bisa mengayomiku!

#####

 pelan-pelan mulai membaik. Suatu hal di luar nalar sebetulnya kalau boleh hal itu diingat ingat.

       Tapi untuk selanjutnya; ikiran-pikiran buruk terhadap Om Bahlul dan istrinya berusaha kuhilangkan jauh-jauh. Pikirku...biarlah Tuhan Yang Esa saja yang akan memberikan keadilannya bila benar kejadian-kejadian misteri di kehidupan ku lantaran ulah buruk mereka yang merasa tersaingi bisnisnya.

        

       *****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status