Share

Bukan Pembantu Gratisan
Bukan Pembantu Gratisan
Penulis: Henny_Hutabarat

Kuhancurkan Semua

Penulis: Henny_Hutabarat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-23 17:09:46

"Yatiii!” Ibu mertua memanggilku dengan suara lantang dan memekik, tergopoh tungkai kaki ini menghampiri.

“Dari mana saja kamu, hah?! Ini cepat beresin rumah berantakan semua!” titah Bu Anik– mertuaku dengan wajah bengisnya.

“Tadi sudah saya bersihkan, Bu, tapi anak-anak Kak Mila yang berantakin lagi," ucapku gugup sambil meremas ujung baju kaos yang sedang aku kenakan.

“Jangan banyak alasan! Ayo, beresin lagi!" Dengan mata melotot Bu Anik berteriak memberi perintah.

"Ba … baik, Bu," ucapku lagi dengan nada suara yang masih gugup dan takut.

"Kamu itu, udah numpang hidup di sini, harusnya tahu diri, jangan sampai Arjuna menceraikan kamu, dan balik lagi kamu ke kampung lalu jadi kuli di ladang orang! Dasar menantu nggak tahu diri, udah jelek, bodoh, dan mandul lagi!" cecar ibu mertua tanpa perasaan.

Gusti Allah.

Perih rasanya hati ini ... dengan hati yang terluka, aku membersihkan lagi rumah mertua, iris mata ini membayang dan dalam hitungan detik bulir air mata sudah jatuh ke atas pipi.

Beginilah nasib diriku, selalu dijadikan babu gratisan oleh ibu mertua. Mungkin karena aku ini miskin, dekil dan dari kampung, ditambah tidak bisa memberikannya cucu, sehingga ibu mertua tidak pernah bersikap baik terhadapku.

Beda perlakuannya kepada Kak Mila–istri dari abang iparku, dia cantik dan sudah jadi PNS. Kak Mila, selalu disanjung, dipuji-puji, padahal dia tidak pernah peduli dengan keadaan rumah ini. Aku yang selalu membersihkan rumah, memasak, dan semuanya.

Bahkan, anaknya Kak Mila yang kembar––Rana dan Radit––aku yang selalu merawatnya, karena ibu mereka bekerja. Namun, aku selalu jadi bulan bulanan kemarahan mertuaku, sedangkan Mas Arjuna tidak pernah membelaku.

Hari Minggu ini arisan keluarga akan diadakan di rumah mertuaku. Seperti biasa aku orang yang paling repot. Bukan karena keinginanku, tetapi karena Bu Anik sedari Subuh memberi perintah, ini dan itu.

“Yati, beli ayam tiga kilogram di pasar!” hardik Bu Anik, aku pun segera berlari ke pasar,

"Yati! Sikat kamar mandi, nanti banyak saudara datang, kamar mandi kotor!” cecar Bu Anik kemudian. Aku langsung menyikat kamar mandi sampai bersih.

"Yati! Piring-piring dilap semua!“ hardiknya kembali dan aku langsung kerjakan, layaknya seorang robot, begitulah diri ini diperlakukan.

Semua saudara, sudah berkumpul, di rumah. Makanan juga sudah tertata rapi. Mereka duduk, sambil bersenda gurau.

“Ini semua Mila yang kerjakan, loh ... dia memang menantu the best,“ ucap mertuaku, diiringi senyum sok manis Kak Mila.

“Ah ... Ibu bisa aja, ini udah kewajiban saya sebagai menantu,“ ucap Kak Mila sambil mengibaskan rambutnya yang baru selesai rebonding.

Hah ... apa? Bukankah Kak Mila hanya tiduran sedari tadi, dia beralasan menemani anaknya, gumamku, dalam hati.

“Terus, Yati ke mana, Nik?” ucap Bude, kakak dari mertuaku.

“Itu anak lelet, nggak tahu apa-apa, tiap disuruh salah melulu, beda dengan Mila yang pintar dan cekatan,“ ucap Bu Anik.

Kesabaranku sudah habis, aku tidak bisa diam seperti orang bodoh seperti ini, segera aku melangkah ke depan dan menghampiri mereka yang sedang berkumpul.

"Ibu itu sudah tua, sudah bau tanah, seharusnya tidak ada dusta yang terucap dari mulut Ibu. Sedari pagi aku yang mengerjakan semua, malah Ibu berkata kalau Kak Mila yang pemalas ini yang mengerjakan, apa Ibu sudah buta? Hah! Aku yang mengerjakan, Bu!" cecarku dengan penuh emosi, amarahku tidak terbendung lagi.

"Hilih! Ngomong apa sih, kamu! Ayo cepat ke dapur!" hardik Bu Anik dengan menunjuk ke arah dapur.

"Tidak Bu! Aku tidak bisa lagi menuruti perintah Ibu, suruh saja menantu kesayangan Ibu itu, aku pengen lihat, bisa tidak dia mengerjakan pekerjaan rumah yang seperti Ibu bilang."

"Jangan aneh-aneh kamu, Yati! Ayo cepat cepat hidangkan, makanan! Dasar bodoh, lelet, udik, dekil. Ya Tuhan, dosa apa aku sampai memiliki menantu sampah seperti kamu, itu!" Bu Anik berdiri sambil berkacak pinggang menghardikku

Gegas aku menuju dapur dan meraup sambal di dalam mangkuk, kuhampiri mertua yang sedari tadi masih terus menghinaku. Lalu ku rem*s mulut mertuaku dengan sambal yang aku genggam, puas rasanya hati ini.

”Yati ... apa-apaan, kamu!“ teriak Bu Anik sambil membersihkan sambal yang belepotan di mulutnya.

Bu Anik hendak menampar tapi dengan cepat aku menangkis.

"Yati! Kurang ajar sekali, kamu!" teriak Kak Mila, wanita itu menghampiriku dan bersiap hendak menampar, tapi aku berlari ke arah dapur, entah karena emosi, sehingga Kak Mila tidak memperhatikan langkahnya sehingga ia terpeleset dan kakinya menyenggol meja kecil yang di atasnya terdapat opor ayam sehingga opor tersebut jatuh mengenai wajahnya, aku tertawa nyaring menyaksikannya.

Semua bergidik ngeri melihatku, mereka seperti melihat monster yang siap menerkam. Mas Arjuna menghampiriku, tangannya sudah siap menampar, tetapi kalah cepat denganku. Dengan kekuatan penuh, kutangkis pergerakan tangannya yang ingin menyakitiku.

“Dasar laki nggak berguna, kau nikahi aku hanya untuk jadi pembantu di rumah orang tuamu?!” teriakku.

Semua orang yang ada di rumah itu ketakutan melihatku. Bagaikan seorang monster, mata ini mendelik agar terkesan seram di hadapan mereka. Aku benar-benar lelah menjadi baik dan menurut.

Aku menuju kamar dan kukemasi barang-barang milikku. Biarlah diri ini balik ke kampung menjadi kuli di ladang orang, tidak masalah bagiku. Toh, di sini juga aku diperlakukan bagai kuli, nggak digaji, dihina pula mending aku pulang ke kampung.

"Yati! Keluar kamu! Keluar! Tidak akan kubiarkan kau lolos dari hukumanku, Yati!" teriak Mas Arjuna dari balik pintu. Aku merinding mendengarnya, apakah aku bisa melarikan diri?

Bersambung.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Erli Wati
lanjut Kusuka ceritanya
goodnovel comment avatar
Pathan Molding
Bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bukan Pembantu Gratisan   Ending

    Sepanjang perjalanan ke kantor, Nadya tidak hentinya mengulum senyum, rencana yang telah dia buat sepertinya berhasil, dia sengaja mengcopy sepenggal bait puisi milik sang pujangga yang ternama, lalu di akhir puisi Nadya sengaja memberi inisial nama I M, agar Atun mengira itu Ibrahim, dan sengaja juga dia menyuruh Atun ke kamarnya untuk mengambil flashdisk agar Atun melihat puisi tersebut seolah-olah tanpa sengaja, semua sudah Nadya atur sedemikian rupa. Sudah berulang kali Nadya menangkap basah Atun sedang menatap dalam pada Ibrahim, awalnya dia merasakan ada yang aneh pada diri Atun, perasaan Nadya tidak enak jika melihat gelagat Atun, sampai pada akhirnya Nadya melihat sendiri Atun memandang Ibrahim cukup lama, sengaja dia tidak menegur karena belum memiliki bukti yang cukup kuat. Pernah suatu malam, Atun sengaja membuatkan Ibrahim teh dan hendak mengantarkan ke ruangan kerja Ibrahim, tapi karena kemunculan Yati secara tiba-tiba, Atun berkilah jika ingin membuatkan Yati teh, deng

  • Bukan Pembantu Gratisan   Rahasia Nadya

    Pak Long berjalan pilu meninggalkan ruang keluarga, begitu juga dengan Ibrahim masuk ke dalam kamarnya setelah Pak Long pergi. Tinggallah Yati dan Atun di ruangan keluarga ini, Yati masih menatap tidak percaya dengan segala ucapan Atun yang menurutnya begitu pedas. "Yati, maafkan aku, aku juga punya perasaan, aku juga punya hati, semua diluar kendaliku, maafkan aku, tidak bermaksud membuat kamu kecewa dengan semua ucapanku," Atun memeluk Yati, berharap sahabatnya itu mengerti. "Minta maaflah sama Pak Long, Atun. Ucapanmu sungguh membuatnya sangat terluka, kamu boleh menolak, tapi tidak menghina seperti itu, ingat Atun, sebelum dihargai orang, belajarlah menghargai orang lain.""Baik Yati, aku akan minta maaf, lagian pria tua itu sungguh tidak tau diri, kalau suka sama orang ya lihat dulu siapa orangnya, kalau Juli, Rima atau Leni sih wajar, sederajat mereka." "Apa maksudmu, Atun?" Yati semakin tidak mengerti dengan sikap sahabatnya ini, semakin tinggi hati saja. "Aku kan teman se

  • Bukan Pembantu Gratisan   Perkataan Setajam Silet

    Saat Atun lagi bersantai dan memainkan ponselnya di atas kasur, sebuah pesan masuk melalui benda pipih yang sedang Atun mainkan, dengan tidak sabaran wanita itu melihat isi pesan yang masuk. "Atun sayang, coba kirimkan foto Yati, dan besok jam tiga sore kamu saya tunggu di cafe kemarin, kamu ceritakan jadwal dan kegiatan Yati, biar saya bisa atur rencana untuk membunuhnya, setelah itu, besok saya ingin lagi kita melakukan seperti tadi, siapkan stamina." Antara senang dan benci Atun menerima pesan dari Nazil, senang karena ada yang ingin membantunya melenyapkan Yati, dan benci karena pria itu ingin kembali mencicipi tubuhnya. Bukankah untuk mencapai sesuatu, harus ada perjuangan dan pengorbanan. Atun kembali tersenyum, karena dia merasa ini bagian dari tugas, biar saja pria bejat itu mencicipi tubuhnya sesuka hatinya, yang penting tujuannya tercapai, setelah berhasil menjadi istri Ibrahim, cukup mudah bagi Atun melenyapkan Nazil, karena telah mempunyai uang yang banyak, Atun memili

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sebuah Rencana

    "Sebelumnya kenalan dulu, nama saya Nazil." "Kalau saya, Rahman." Kedua pria asing itu memperkenalkan diri pada Atun, begitu juga dengan Atun, walaupun merasa sedikit jijik, Atun menyambut uluran tangan kedua pria itu. "Sepertinya anda punya masalah," ucap Nazil, sorot matanya masih tajam memandang Atun, kadang pandangan itu berhenti di bagian aset Atun di bagian depan, rasa tidak nyaman menghampiri, tapi karena saat ini dia butuh partner untuk membantunya melenyapkan Yati, dia berusaha setenang mungkin. "Jika kalian berhasil melenyapkan wanita ini, imbalan begitu besar, dia istri dari pengusaha sukses, aku ingin kalian melenyapkan nyawa wanita itu." "Perkara yang mudah bagi kami untuk melenyapkan nyawa orang, tapi, semua itu tidak gratis dan butuh strategi yang matang, agar kita semua bisa lolos dari hukum." ucap Nazil, sepertinya pria berkulit tambun itu yang lebih dominan dari pada Rahman."Saya sudah bilang, akan ada imbalan yang gede, 50 juta ringgit? 100 juta ringgit? Semua

  • Bukan Pembantu Gratisan   Niat Jahat

    "Hari yang cerah, sedap betul jika berenang," ucap Atun sambil berjalan ke arah Yati dan Nadya."Yati, mari kita berenang, masih ingat tidak saat di kampung dulu, waktu kita masih sekolah dasar, berenang di empang milik Pak Salman, orang tua kita pasti marah saat itu," ucap Atun lagi mengenal masa kecil mereka. Nadya masih merasa kesal dengan sikap Atun yang suka seenaknya sendiri, sekarang malah santai, seolah tidak merasa bersalah. QAtun ini sedikit mengerti watak Yati, jika dia melakukan hal yang semena-mena, dia pasti mengingatkan kembali kisah mereka saat masih di kampung dulu, Yati orangnya tidak enakan, jadi, pasti mengurungkan niatnya untuk menegur Atun, sedangkan Nadya sudah sedikit muak melihat kelakuan Atun. Nadya merasa ada hal yang aneh pada diri Atun, tapi dia tidak tahu, tapi yang Pasti beberapa waktu terakhir ini, Nadya sudah merasakan kejanggalan pada sahabat kakaknya tersebut. "Kak Atun, tadi kamu kenapa membentak Leni? Padahal kamu yang salah, jangan seperti it

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sifat Buruk

    "Tuan!""Tuan!"Atun berusaha mengejar Ibrahim sambil berusaha memanggilnya, tapi karena Ibrahim memakai headset tidak mendengar panggilan Atun. Atun berusaha berlari beriringan dengan Ibrahim, dengan begini saja dia sudah merasa bahagia, karena merasa seperti pasangan suami istri yang sedang berlari bersama. "Dik Atun, Abang datang," ucap Pa Long, Atun menoleh, sudah ada Pak Long yang berlari beriringan juga dengannya."Pak Long, ngapain kesini!" Atun memperlambat langkah kakinya. "Abang hendak menemani Dik Atun olahraga biar kita sama-sama sehat." Dasar lelaki tua yang genit, sok-sokan menyebut dirinya Abang. "Pak Long, tadi Tuan Ibrahim berpesan kalau Pak Long harus mencuci mobil kerjanya." "Oh, tenang Dik, semua mobil sudah bersih termasuk mobil Nyonya Yati, jadi, kita bisa lari bersama mencoba merajut kasih." Mata Pak Long berkedip sebelah ke arah Atun, kumisnya yang tebal membentuk sebuah lengkungan. Semakin sebal dan merasa jijik saja Atun melihat Pak Long ini. "Ya udah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status