Beranda / Rumah Tangga / Bukan Pengantin Pengganti / Ini Bukan Lelucon, Kiara!

Share

Ini Bukan Lelucon, Kiara!

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-01 09:38:03

Bab 7) Ini Bukan Lelocun, Kiara!

"Maaf," lirih Aira saat berhasil menegakkan tubuhnya kembali. Dia melepaskan diri dari tangan kokoh itu. 

Rasanya teramat malu menyadari dirinya berada di dalam pelukan seorang lelaki padahal ia telah bersuami, walaupun itu bukan berdasarkan kesengajaan. 

Namun tak dapat di sangkal, debaran di dadanya menyergap. Ini untuk pertama kalinya ia berada di pelukan seorang lelaki, lantaran sampai sejauh ini, Athar belum pernah menyentuhnya. Hubungan Aira dan Athar lebih mirip sepasang sahabat, bukan suami istri.

Aira menghela nafas, mendorong tubuh tinggi besar itu kemudian segera menutup pintu lift. Aira memijat tombol yang akan membawanya menuju lantai dasar.

Sementara itu, lelaki itu masih saja berdiri terpaku membayangkan wajah wanita yang barusan tanpa sengaja dipeluknya. Wajah wanita yang terasa begitu familiar. 

Dia merasa sangat mengenal sosok wanita yang barusan ia peluk, tapi dimana ia mengenalnya? Otaknya terus berusaha untuk mengingat-ingat.

"Perasaan macam apa ini? Aku yakin hanya sekali ini bertemu dengan gadis itu. Sudahlah. Mungkin ia hanya mirip dengan orang yang pernah aku kenal, entah siapa." Tanpa sadar ia mengibaskan tangannya dan segera berlalu meneruskan langkahnya menuju ruang kerja sang sahabat.

"Athar." Langkahnya mendadak tertahan di depan pintu ruang keeja Athar. Situasi ruangan yang sedikit berantakan membuatnya terkejut.

"Keano!" Athar pun tak kalah kaget. Lelaki itu buru-buru menyongsong sahabatnya. "Kapan kamu balik ke Indonesia?"

"Aku baru saja dari bandara langsung kemari," ujar Athar. 

"Wow, apakah aku begitu penting bagimu?" Athar tertawa.

Keano meninju pelan lengan sahabatnya. "Aku kembali ke sini karena kakekku yang memintanya, Athar."

"Jika bukan permintaan kakek Albana, ogah sekali rasanya aku kembali ke sini, tetapi apa mau dikata? Lelaki tua itu apabila sudah meminta, maka harus segera dipenuhi, walaupun aku harus rela meninggalkan perusahaanku yang berkantor di Manila," keluh Keano.

"Aku mengerti, Keano. Kakekmu adalah segalanya bagimu. Namun sayang sekali, kepulanganmu kemari sedikit terlambat. Seandainya lebih awal, kamu pasti bisa menghadiri resepsi pernikahanku...."

"Kamu dan Kiara...." Lelaki itu tiba-tiba menyadari sesosok wanita cantik yang tengah duduk di sofa.

Namun Athar menggeleng. "Bukan, Athar. Hubunganku dan Kiara sudah berakhir sebelum aku menikah. Aku menikah dengan Aira, kakaknya Kiara."

"Athar!" pekik Kiara spontan berdiri. Wajah wanita itu merah padam. "Berani sekali kamu bilang itu kepada sahabatmu. Kamu anggap apa aku, Athar?!"

Tubuh Athar spontan berbalik menghadap Kiara. "Kamu adalah mantan kekasihku, ya mungkin yang diketahui oleh Keano, kita memang sepasang kekasih, tapi sekarang cuman mantan. Ingat itu. Dan jangan pernah membuat kekacauan seperti barusan!" Suara Athar penuh penekanan.

"Hei, ada apa ini? Apa yang terjadi dengan kalian? Dan kamu Athar, kenapa menikah dengan wanita lain? Bahkan selama ini kalian baik-baik saja? Aku hanya tahu kekasihmu adalah Kiara," sela Keano.

"Ceritanya panjang, Keano," sahut Athar sembari mendekati Kiara.

"Sebaiknya kamu pulang, Kiara. Jangan sampai emosiku kembali meledak di ruangan ini. Aku tidak ingin lepas kontrol, sehingga berbuat kasar kepadamu. Ingat kesalahanmu barusan. Kamu telah membuat Aira bersedih," tegasnya.

"Kamu peduli dengan kesedihan Aira dan tidak peduli dengan kesedihanku!" pekik Kiara. Dia menatap Athar, tak percaya Athar bahkan berani mengakui kenyataan hubungan mereka di hadapan Keano, sahabatnya.

"Sudahlah, Kiara. Aku tidak mau berdebat denganmu." Athar mengambil tas tangan wanita itu dari sofa, menyerahkannya kepada Kiara, lalu mendorong tubuh itu seraya menunjuk pintu. 

"Pergilah, Kiara. Aku perlu bicara dengan Athar. Dia datang ke sini pasti ada sesuatu hal penting yang ingin ia bicarakan denganku dan itu mungkin tidak ada hubungannya denganmu. Pergilah." Athar berusaha menekan emosinya.

Jika dulu Athar bisa sabar menghadapi sifat egois Kiara, tetapi tidak untuk sekarang ini. Meskipun tingkat kesadaran bahwa Kiara adalah mantan kekasihnya belum 100%, tetapi ia ingin menghargai pernikahannya sendiri, seperti Aira yang menghargai pernikahan mereka. Setidaknya inilah jalan terbaik untuk saat ini.

Kiara menghentakkan kaki dan segera berlari meninggalkan ruangan itu. Keano menatap kepergian wanita muda itu dengan pandangan tak mengerti. Dia menoleh kepada Athar yang hanya bisa mengangkat bahunya. 

Athar mengajak Keano kembali duduk di sofa setelah menutup pintu ruang kerjanya.

"Apa yang ingin kamu ceritakan kepadaku, Keano?" tanya Athar. Kali ini nada bicaranya terdengar serius. Athar tahu persis, apabila Keano sampai menemuinya, berarti akan ada perbincangan penting.

Athar dan Keano memang bersahabat, tetapi keduanya gila kerja. Tak ada ceritanya pertemuan diantara mereka hanya berisi senda gurau. Kalau bukan urusan bisnis, pasti hal penting yang lain. Beban dan tanggung jawab dari keluarga masing-masing membentuk mereka menjadi seperti sekarang. Athar dan Keano sukses menjadi CEO di perusahaan masing-masing pada usia yang relatif muda.

"Ada tugas dari kakek Albana yang harus aku jalankan," ujar Athar.

"Tugas? Tugas apa itu? Apakah ada yang bisa aku bantu?" tawarnya.

Keano menghembuskan nafasnya yang berat. Dia menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa, berusaha membuat dirinya rileks. 

*****

Aira menghempaskan bokongnya di jok mobil. Dia menarik nafas kemudian menghembuskannya kuat-kuat. Tangannya mencengkeram erat kemudi seolah mencengkeram lengan mulus adik tirinya.

Geram.

Tak ada lagi istilah yang lebih daripada itu. Entah sampai kapan gadis itu merepotkannya. Kiara yang membuat masalah, kenapa Aira yang harus menanggung semuanya? Dan kini setelah ia menikah dengan Athar, kenapa Kiara datang dan ingin kembali kepada lelaki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya?

"Ini bukan lelucon, Kiara!" Aira memaki dalam hati. 

Tak ingin larut dalam amarah, Aira mulai menghidupkan mesin, membawa mobilnya keluar dari basement, masuk ke halaman gedung megah itu, sampai akhirnya ia melewati pintu gerbang areal perkantoran Berkah Bumi Group.

Aira mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rendah sembari terus menata nafasnya. Dadanya turun naik. Aira menyadari, mengemudikan mobil dengan kondisi seperti ini sungguh rawan, tetapi ia tidak punya pilihan. Dia harus meninggalkan areal perkantoran itu, sebelum Kiara kian mencabik-cabik harga dirinya sebagai seorang istri.

Aira adalah seorang istri, bagaimanapun cara ia menikah dengan Athar dan sudah merupakan kewajibannya untuk mempertahankan pernikahannya dengan cara apapun. Kata-kata mommy Rani juga meneguhkan hal itu. Athar adalah miliknya dan Kiara tidak berhak mengambil sesuatu yang telah menjadi milik orang lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pengantin Pengganti   Tak Ada Kesempurnaan Yang Sempurna

    Bab 132) Tak Ada Kesempurnaan Yang Sempurna"Sayang, sudahlah. Mama sudah bahagia di sana. Mama pasti melihat dari atas sana dan tersenyum pada cucunya. Jangan bersedih, Sayang." Athar mengusap-usaha pundak istrinya, kemudian mengajaknya berdiri.Tubuh Aira masih saja gemetar saat Athar membimbingnya menjauhi areal pemakaman. Mereka harus segera melanjutkan perjalanan menuju rumah Hendra. Perjalanan masih memakan waktu sekitar satu jam lagi. Aira kembali duduk di sisi Hendra yang tengah menyetir. Sementara Lina duduk di jok belakang sembari memangku Alia.Sepanjang perjalanan, pikiran Aira melayang tak karuan. Inilah yang membuat ia malas dan jarang mengunjungi makam itu. Bukan karena tak rindu. Setiap kali ia mengunjungi makam ibundanya, setiap kali juga luka itu kembali menganga. Luka masa kecilnya yang menyaksikan ibunya terbujur kaku dan dimasukkan ke liang lahat. Saat itu dia hanya seorang gadis kecil berumur 9 tahun yang tak mengerti kenapa ibunya tiba-tiba meninggal dunia, pad

  • Bukan Pengantin Pengganti   Lambang Kerinduanku Kepada Mama

    Bab 131) Lambang Kerinduanku Kepada MamaBeberapa hari di rumah Albana serasa begitu lama bagi Aira. Meskipun Athar selalu meluangkan waktu untuk membersamainya di sela-sela aktivitas kerjanya yang padat, tetapi Aira benar-benar tak nyaman. Kalimat demi kalimat terus berkelanjutan keluar dari mulut Albana soal status Alia, putrinya. Wanita itu benar-benar kesal, karena yang ada di otak kakeknya hanya urusan warisan dan Diamond Group, seolah-olah tidak ada hal yang menjadi prioritas selain itu. Rasa-rasanya putrinya cuma dijadikan alat bagi sang kakek untuk mengekalkan kekuasaan pada kerajaan bisnisnya."Apakah dia menganggap kelahiran anakku hanya sebagai pengisi kursi pewaris Diamond Group kedepannya? Sebegitu murah harganya," gumam Aira dalam hati. Dia benar-benar tak habis pikir. Setelah mendiang ibu dan dirinya, kini giliran putrinya yang baru lahir itu yang di nobatkan Albana sebagai pewaris Diamond Group. Diam-diam ia mengepalkan tangan. Untuk hal yang satu ini, cara pandang A

  • Bukan Pengantin Pengganti   Bukti Keajaiban Cinta

    Bab 130) Bukti Keajaiban Cinta[Ini ada hadiah kecil dari Kakek. Kenapa tidak memberi kabar, cucuku? Padahal bayi itu akan menjadi salah satu pewaris Diamond Group selanjutnya. Kamu masih marah dengan Kakek?!]Aira hanya tersenyum tipis, memandang baris demi baris kalimat yang ditulis oleh kakeknya. Pesan itu terasa menohok, tapi Aira memiliki pengendalian diri yang cukup kuat. Dia berusaha untuk tidak terpancing. Tanpa membalas pesan itu, Aira langsung menutup aplikasi pesan instan, kemudian beralih menuju aplikasi m-banking. Wanita muda itu ternganga saat melihat nominal yang dikirim oleh Albana. Tak main-main. Hadiah kecil yang disebut oleh kakeknya itu adalah dana sebesar satu miliar.Mungkin itu memang hadiah kecil, karena uang satu miliar bukan apa-apa bagi lelaki tua itu. Diamond Group memiliki cabang hingga ke pelosok negeri ini. Diamond Group bukan perusahaan perbankan biasa, tetapi perusahaan perbankan raksasa yang basisnya menyaingi perusahaan perbankan plat merah di negeri

  • Bukan Pengantin Pengganti   Berdamai Dengan Takdir

    Bab 129) Berdamai Dengan Takdir"Mom tahu apa yang kamu rasakan," ucap Rani dengan lembut. Berhubung Keano tidak kunjung memutar tubuhnya, akhirnya Rani lah yang berjalan memutar dan menghadap lelaki muda itu. Dia menatap Keano seolah ingin menembus di balik kelam hitam sorot mata putra angkatnya ini."Apa yang Mom ketahui tentang diriku?" tanya Keano lirih."Hati dan perasaanmu terhadap Aira."Keano seketika tersentak. "Apa yang Mom katakan? Jangan mengada-ada, Mom. Aira itu adikku dan kebetulan istri Athar, putra kandung Mom!""Tapi kamu mencintainya, bukan? Jujurlah pada Mommy....""Aku...." Suara Keano tertahan di tenggorokannya. Lidahnya terasa kelu untuk berucap.Namun wanita paruh baya itu begitu tenang. Dia malah menggenggam tangan Keano, seolah sedang mentransfer energi untuk menguatkan pemuda ini."Kamu tidak perlu sungkan sama Mommy. Mommy tak akan marah. Takdirlah yang mempertemukan kalian di saat kalian berdua sudah sama-sama dewasa. Tak apa, Nak. Hanya saja, satu hal itu

  • Bukan Pengantin Pengganti   Kelahiran Alia

    Bab 128) Kelahiran AliaAira memejamkan matanya sesaat. Dokter anestesi sudah memberikan suntik epidural beberapa saat yang lalu dan rasa nyeri perlahan mulai berkurang. Sekarang dia tinggal menunggu pembukaan lengkap, kemudian mengejan mengikuti instruksi dari dokter. Berhubung tidak ada masalah apapun dengan kandungannya, maka Aira memilih melahirkan secara normal dengan metode epidural.Namun meski sudah diberi suntikan penawar rasa sakit, tetap saja Aira merasa gugup dan takut. Wajar, karena adalah pengalaman pertamanya."Maaf, Sayang. Aku datang terlambat," sesal Athar. Dia mengusap keringat dingin yang membanjiri wajah Aira."Tak apa. Semuanya aman dan terkendali." Senyum Aira mengembang meski agak dipaksakan, sekedar menyamarkan rasa takut di hatinya. "Sebentar lagi kita akan bertemu dengannya. Dokter memperkirakan dia akan lahir beberapa jam lagi. Mana Mommy?""Sebentar lagi Mommy akan datang. Dia pasti akan sangat senang. Momen ini sudah lama dia tunggu." Lelaki itu membungku

  • Bukan Pengantin Pengganti   Impas

    Bab 127) ImpasWajah lelaki yang penuh keriput itu seketika berubah memerah. "Kamu pikir Kakek kurang kerjaan, sehingga mesti melakukan permainan anak kecil seperti itu?! Nggak level itu, Aira!""Meskipun aku baru mengenal Kakek, tapi bukan berarti aku tidak tahu bagaimana sifat Kakek. Aku memiliki sumber yang bisa dipercaya....""Kamu memata-matai kakekmu?" dengus Albana.Aira menggeleng. "Tidak," ralatnya."Terus.... Kenapa kamu menuduh Kakek ada bermain di balik semua yang sudah terjadi pada ibu tirimu yang brengsek itu? Masalah dia masuk rumah sakit jiwa, itu urusannya, bukan urusan Kakek. Mungkin itu karmanya karena sudah menyia-nyiakan anak tiri yang baik sepertimu," ujar Albana sinis."Stop, Kek. Berhenti bilang begitu.""Kalau bukan karma, apalagi namanya? Lagi pula kamu itu terlalu baik, Aira. Sudah tahu jika wanita itu pernah hampir saja membunuhmu, tapi kamu masih mau menolongnya!""Itu adalah masa lalu, Kek. Lagi pula, Papa sudah menceraikan Mama Kalina. Kurasa itu sudah i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status