Share

Ternyata Ammar

Malam, aku dan Rafael memilih untuk makan di luar. Aku terlalu lelah untuk memasak. Rafael pun tak mempermasalahkannya. Justru menurutnya, jika kami sering keluar berdua, cinta akan semakin lekat.

Aku melingkarkan tangan di pinggang kekarnya. Merasakan otot-ototnya yang kencang, membuat hatiku berdesir. Rasanya aku jatuh cinta berkali-kali pada pemuda ini. Aku jadi menyesal, kenapa tidak dari dulu saja mengenalnya?

"Lo mau makan apa, Tan?" tanyanya sedikit menoleh ke belakang.

"Apa ajalah. Gue nggak terlalu lapar juga, kok. Soalnya di toko gue nyomotin kue mulu," sahutku sambil terkekeh.

"Pantesan badan lu agak lebaran."

"Masa? Gendut, dong, gue?" Aku mendadak panik sendiri.

"Ya enggak. Mana ada badan segitu gendut. Yang ada jadi tambah seksi," jawabnya sambil nyengir. Terlihat jelas di kaca spionnya.

Aku mencebik. Lalu menunjuk warung na

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status