Share

Pindah Ke Raga Doni

"Aku di mana ini? Kenapa goyang-goyang begini? Ini apa lagi pake di bungkus begini. Apa dikira aku lontong? Di hidungku ada apa, kenapa jadi gak bisa napas? Puih!" ucap Levan dalam hati sambil berusaha menyingkirkan kapas di mulutnya.

Mendengar suara dari dalam keranda, tentu semua orang terkejut. Mereka berhenti berjalan dan bersuara, lalu menajamkan pendengarannya.

"Diam! Ada suara dari keranda!" seru seseorang yang berada dekat dengan bagian kepala.

"Tolong! Kenapa aku diikat begini!" teriak suara dari dalam keranda.

Mendengar suara itu lebih jelas, semua orang langsung menghempaskan keranda. Membuat keranda terjatuh dan tentu saja dengan isinya, yang ternyata sesosok mayat yang sudah di bungkus kain kafan. Sebagian orang mulai menjauh, karena ketakutan.

"Aduh!" teriak sosok itu karena merasa kesakitan.

"Tunggu jangan lari!" titah seorang pria paruh baya dengan peci berwana putih. Melihat dari pakaiannya sepertinya dia ustadz yang memimpin pemakaman.

"Woyy, mayatnya bangun!" teriak seorang pria yang berada paling dekat.

"Doni! kamu masih hidup?" tanya seorang pria berambut gondrong.

"Doni? Apalagi ini, kenapa aku di panggil Doni?" tanya Levan dalam hati.

"Nak Doni, ini beneran kamu? Sepertinya kamu mati suri, ayo bantu buka ikatannya!" ucap pak ustadz pada orang-orang.

Mereka pun membantu membuka ikatan, di beberapa bagian. Tentu saja tidak semuanya karena sosok pria yang di katakan mati suri itu, tentu sudah tidak memakai apapun lagi. Levan yang masih bingung hanya menurut, matanya menatap satu persatu orang-orang yang mengelilinginya.

"Siapa mereka, kenapa aku tidak mengenalnya satu pun? Dean, mana dia kenapa dia tidak di sini? Jika ini pemakamanku, tentu dia akan ada di sini. Mami? Mami juga tidak ada," ucap Levan masih di dalam hatinya.

"Ayo Nak Doni, kita kembali ke rumahmu. Sepertinya ini belum waktunya kamu menemui sang pencipta, mungkin kamu di minta untuk bertobat lebih dulu. Sungguh ini adalah anugerah buatmu," tutur pak ustadz sambil membantu Levan yang di panggil Doni itu berdiri.

"Ayo Bro, kita pulang. Syukurlah kamu masih hidup, kami semua sedih karena kamu meninggal dengan cara seperti itu. Akhirnya kamu kembali lagi," timpal sosok pria berambut gondrong.

Levan hanya mengangguk, sepertinya dia belum bisa bertanya untuk mencari tau. Dia hanya mengikuti apa yang diminta orang-orang itu. Mereka berjalan menuju ke rumah Doni, lebih tepatnya kontrakan dirinya dan beberapa temannya. Setelah sampai, pria berambut gondrong mengambilkan minum. Levan pun meraihnya dan langsung menenggak isinya sampai tandas.

"Kamu inget aku kan, Bro?" tanya si gondrong yang sepertinya paling dekat dengan Doni.

Karena memang dia tidak tau siapa si pria, Levan yang terjebak di tubuh Doni langsung menggeleng. Mungkin sebaiknya dia pura-pura lupa ingatan, agar lebih gampang untuk melakukan hal itu.

"Ya ampun jadi kamu kagak inget aku?" tanya si gondrong. Levan kembali menggelengkan kepalanya.

"Mungkin dia lupa ingatan Nak, Anto. Mungkin karena efek mati surinya membuat dia kehilangan ingatan," timpal pak ustadz. Beberapa orang yang masih berada di sana hanya mengangguk seolah setuju dengan ucapan ustadz.

"Oh yang suka di bilang orang-orang itu. Apa itu namanya, amne ... amne apa lah itu." Si gondrong yang tidak bisa menyebutkan, terbata-bata.

"Amnesia, woyy!" seru salah seorang yang berada di pintu.

"Nah iya amnesia, susah banget sih ngomongnya." Si gondrong tersungut-sungut sambil mengulang ucapan orang itu.

Levan melirik sebuah kaca kecil di tembok rumah itu, dia sungguh penasaran kenapa dirinya di panggil Doni. Apalagi semua orang yang berada di sini sama sekali tidak di kenalnya. Sambil memegangi kain kafan di pinggangnya, Levan berdiri menuju kaca. Dan saat dia melihat wajahnya, Levan langsung melotot dan mundur ke belakang.

"Tidak! ini tidak mungkin wajahku. Kenapa wajahku berubah? Ada apa ini sebenarnya?" batin Levan sambil terus menatap wajahnya.

"Kenapa kamu, Don? Kek orang lihat hantu aja? Harusnya kami yang ketakutan, karena kamu tiba-tiba bangun saat hendak di kubur. Lihat, kamu lihat perutmu ini. Kamu di tusuk dua kali, saat kami bawa ke rumah sakit mereka bilang kamu sudah mati." Si gondrong yang tadi di panggil Anto, menunjukkan bekas luka tusukan yang sudah di jahit.

Levan langsung menundukkan kepalanya, melihat ke bagian yang ditunjuk Anto. Levan juga melihat lengannya, ada luka beberapa goresan di sana. Sungguh Levan masih belum bisa mencerna semua kejadian ini. Tubuhnya pun luruh kelantai, tangannya memegangi wajahnya. Wajah dengan kumis dan brewok, yang sangat terlihat jelas kalau tidak di urus. Wajah tampannya seketika hilang, kini dia berada dalam tubuh orang lain.

"Kamu kenapa, Bro? Sudah jangan bingung lagi, kalau kamu gak bisa ingat apa-apa. Ntar kita-kita yang bakal bantuin kamu inget. Ayo sekarang ke kamar dan ganti baju, kamu serem pake begituan!" ajak Anto dan membantu Doni menuju kamar kontrakan mereka.

"Sudah yang tidak berkepentingan di harap bubar, jangan lupa nanti kalau pak RT pulang kerja kalian laporan jika Doni belum meninggal. Doni pasti masih shock," ucap pak ustadz membubarkan semua orang.

"Ya Pak, dia shock karena pasti udah mampir ke neraka itu. Makanya dia kek orang ketakutan," celetuk salah seorang warga.

"Hust, gak baik ngomong begitu. Kita berdoa saja, agar setelah kejadian ini Doni bisa berubah. jadi jangan mikir yang macam-macam," saran pak ustadz mengingatkan.

Mereka pun bubar, hanya beberapa rekan sesama preman Doni yang tinggal. Beberapa dari mereka juga tinggal bersama di kontrakan. Mereka pun membicarakan mati surinya Doni, apa saja yang Doni alami saat berada di alam lain. Levan yang mendengar itu hanya diam saja, Anto yang sepertinya paling dekat dengan Doni membantu Levan mencarikan pakaian milik Doni.

"Apa bener kata warga tadi, kalau si Doni pergi ke neraka dulu. Tapi kenapa dia malah lupa ingatan ya, harusnya dia inget biar tobat sekalian." Salah satu rekan Doni mengatakan rasa penasarannya.

"Iya juga ya, makin bingung saja. Sudahlah kagak usah di bahas lagi pusing kita," sahut salah satu orang yang berkulit gelap.

"Sudah stop ngomongin ini, kita bersyukur saja Doni masih hidup. Dan bagaimana cara kita buat bales tuh orang yang sudah nusuk Doni," timpal Anto begitu keluar dari kamar. Levan masih berada di kamar untuk berganti pakaian.

"Gimana caranya, Bro. Kita kagak tau siapa yang udah nusuk Doni, malam itu kacau jadi kita kagak saling memperhatikan satu sama lain. Polisi juga bilang kagak tau siapa yang nusuk," sahut si hitam.

"Bener juga kamu, Ben. Tapi nanti kita selidiki pelan-pelan, pasti itu salah satu anak-anak selatan. Baron memang pinter kita di pecah belah malam itu, jadi kagak bisa saling bantu. Doni saja kita temukan dini hari," ucap Anto.

"Kita atur strategi, buat bales mereka." Salah seorang menimpali lagi.

"Gampang itu, kita biarin tenang dulu. Ntar baru deh kita serang balik mereka," ujar Anto memberi usulan.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
SNJAN
kaya lontong gak tuh...🤏
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status