Beranda / Rumah Tangga / (Bukan) SUAMI PENGGANTI / Bab 5. Tamu Tak Diundang

Share

Bab 5. Tamu Tak Diundang

Penulis: Yushinta Devi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-25 11:52:26

Tok tok tok

"Dewa… Bianca.."

Langkah Dewa terhenti, ia hendak membalik badan tapi urung karena melihat gerak-gerik Bianca yang terlihat lega.

"Kita akan bahas nanti." Ucap Dewa sebelum menghilang membuka pintu.

Bianca mengerucutkan bibir, sepertinya Dewa tidak akan dengan mudah membiarkannya lolos.

Bianca kembali menatap ke jendela, menatap ke bawah melihat kendaraan lalu lalang. Pantas saja jantungnya berdebar kencang, ternyata suaminya berada di satu ruangan dengannya.

"Pagi, Bian." Sapa Maria

Bianca membalik badan, tersenyum melihat Maria kemudian mendekat untuk mencium tangan mertuanya.

"Pagi, Ma."

"Baru bangun ya? Duh maafin Dewa ya, Bian. Anak Mama ternyata ganas juga." Maria terkekeh, sedangkan Dewa memutar bola mata jengah meski itu tidak boleh dia lakukan.

"Mama, sudah makan?" Bianca mengalihkan pembicaraan.

"Sudah. Oh iya setelah ini kalian tinggal sama Mama ya." Itu bukan pertanyaan melainkan permintaan dari Maria.

Semenjak Dewa dewasa, Dewa pindah ke apartemen membuat Maria menjadi kesepian.

"Eh itu apa kata Mas Dewa aja, Ma. Kemana Mas Dewa tinggal, Bianca ikut saja." Bianca

memberanikan diri menatap Dewa. Meminta bantuan untuk menjawab.

Kalau pernikahan ini sesuai rencana, Bianca akan tinggal di apartemennya sendiri. Langit sendiri sudah setuju karena itu sudah termasuk dari perjanjian yang mereka buat bersama.

Tapi, sekarang suaminya bukan Langit, Bianca jadi bingung harus menjawab apa. Semalam juga tidak ada pembicaraan apapun tentang tempat tinggal yang akan mereka tempati nantinya.

"Kita tinggal di apartemen aja, Ma."

Bianca kembali menatap suaminya. Jujur saja pikiran Bianca sedikit tidak tenang, bayangan jika nanti tinggal berdua dengan Dewa nantinya akan seperti apa.

Bianca juga takut Dewa membawa kekasihnya ke tempat tinggal mereka yang mana akan membuat Bianca patah hati.

"Kok gitu, Dewa? Di rumah aja lah, biar Bianca bisa nemenin Mama." Protes Maria.

Tak berhenti disitu, Maria mendekati Bianca sambil memasang wajah memelas agar permintaannya dikabulkan.

"Bian mau kan tinggal bareng sama Mama."

Demi apa, Bianca tak enak jika menolak permintaan dari Maria. Meski Maria dan dirinya baru beberapa kali bertemu, Bianca bisa merasakan jika Maria orang yang baik.

"Mas." Bianca menatap Dewa, meminta persetujuannya.

"Kita akan tetap tinggal di apartemen, Ma. Kita akan sering berkunjung nanti." Final dari Dewa.

"Nanti kalau Bianca hamil gimana, Wa? Kamu nggak kasihan kalau dia sendirian di Apartemen."

Sontak Bianca dan Dewa saling menatap, Bianca dengan tatapan terkejut dan sedikit harapan, sedangkan Dewa dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

"Mas, kenapa nggak tinggal sama Mama aja?" Tanya Bianca setelah Maria keluar dari kamar yang ditempatinya.

"Silahkan kalau kamu ikut Mama." Jawab Dewa.

"Bukan gitu maksud aku, Mas. Aku kasihan aja sama Mama."

"Tidak perlu kasihan karena Mama sudah terbiasa. Ingat ya Bi, kamu bilang sendiri jika ikut kemanapun pilihan saya."

Deg!

Hanya karena mendengar Dewa memanggilnya dengan panggilan 'Bi' menimbulkan sensasi yang berbeda pada tubuh Bianca.

Tak mendapat respon dari Bianca, Dewa menyarankannya untuk bersiap saja. "Sebaiknya kamu bersiap. Kita akan pindah ke apartemen saya."

Dewa berjalan menuju lemari, mengemasi semua barang-barangnya.

Bianca dengan perasaan campur aduk mengikuti Dewa, ikut berkemas di samping suaminya. Sesekali Bianca mencuri pandang ke arah Dewa.

Setelah semuanya selesai, mereka menuju resepsionis untuk check out. Barulah mereka menuju apartemen Dewa.

Kini Bianca dan juga Dewa sudah berada di dalam Apartemen Dewa. Dewa sendiri langsung memilih untuk memasuki kamar untuk menaruh koper dirinya sendiri. Sedangkan Bianca hanya diam berdiri memegang koper dengan memandang ke segala arah.

"Apa kamu tetap mau berdiri disana?"

Bianca yang masih sibuk menilai Apartemen milik Dewa segera tersadar dari lamunannya.

"Hm, Mas."

Dewa menaikkan alisnya, menunggu Bianca menyelesaikan ucapannya.

"Kamarku dimana?"

"Oh iya saya lupa memberitahumu, disini hanya ada satu kamar karena kamar yang lain sudah saya pakai untuk perpustakaan dan ruang olahraga."

Dengan harapan tinggi Bianca bertanya lagi, "Jadi aku tidur sama Mas Dewa?" Tanya Bianca kelewat senang.

"Kalau kamu mau, silahkan. Jika kamu menolak, kamu bisa tidur disana." Dewa mengarahkan dagu

nya ke sofa panjang yang ada di ruang tamu.

Harapannya untuk membina rumah tangga seperti selayaknya hadir, bibir Bianca tak kuasa menahan senyum. "Ini awal yang bagus. Mas Dewa tidak seperti kebanyakan pria yang menolak tidur satu kamar dengan wanita yang terpaksa dinikahi seperti di cerita online yang sering aku baca." Batin Bianca senang.

Tapi pikiran itu hanya sebentar, sebelum ingatan akan kekasihnya Dewa kembali datang. Pikiran buruk jika nanti dirinya berada di sofa sedangkan Dewa berada di dalam kamar bersama kekasihnya.

Bianca menggeleng keras, "Mas Dewa nggak boleh bawa perempuan lain di apartemen ini. Aku adalah nyonya disini. Iya, aku ratu disini."

Senyum timbul di bibir Bianca. Semua ekspresi Bianca tak luput dari pandangan Dewa.

"Apa sebahagia itu kamu bisa satu kamar denganku?"

Bianca tersadar dari lamunannya.

"Kita beneran akan tidur satu kamar?" Bianca memastikan jika dirinya tidak salah dengar tadi.

"Saya tidak memaksamu, Bi. Kamu bisa tidur di sofa jika mau. Saya bukan pria yang dengan mudahnya mengalah demi seorang perempuan."

Dewa kembali berjalan memasuki kamarnya.

"Aku ikut, Mas." Ucap Bianca dengan senyum merekah.

Saat sudah di kamar, Dewa langsung menuju kamar mandi. Sedangkan Bianca pergi ke walk in closet untuk menata pakaiannya di tempat yang masih kosong.

"Ah kebetulan ada tempat kosong."

Setelah selesai menata barang-barangnya Bianca melihat-lihat apa saja yang ada di kamar itu. Kamar

Dewa sangat luas tapi barangnya hanya sedikit. Hanya ada 1 meja rias dan sofa serta 1 pasang nakas di sisi ranjang.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Dewa yang sedang memakai handuk yang hanya menutup bagian bawahnya saja.

Bianca yang sedang melihat-lihat teralihkan ke tubuh telanjang suaminya.

"Apa ada yang salah? Kenapa sampai melotot seperti itu?"

Selain berwajah datar ternyata Dewa juga mempunyai mulut yang sangat tajam.

"Mas, mau godain aku ya?" Bianca menanyakan pertanyaan yang pernah di tanyakan Dewa kepadanya.

"Tanpa saya goda, saya yakin kamu sudah tergoda lebih dulu." Ujarnya percaya diri.

Belum sempat Bianca merespon, bel apartemen berbunyi.

"Biar saya yang buka. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu."

Bianca mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dewa sendiri bergegas menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Dewa mengambil kaos oblong berwarna navy dengan celana selutut berwarna putih.

Bel apartemen masih terus berbunyi, membuat Dewa berdecak kesal. Dengan langkah tergesah Dewa membuka pintu. Siap mengomeli siapapun tamu yang datang.

Ting

"Dewa, sejak kemarin aku mencarimu. Berita tentang pernikahanmu itu tidak benar, kan? kamu sedang merencanakan apa, Dewa? Kenapa kamu diam saja seolah tidak terjadi apa-apa ?"

Wanita dengan pakaian minim itu memeluknya dan menanyakan pertanyaan beruntun.

"Siapa yang datang, Mas?" Tanya Bianca dari dalam.

Langkah Bianca seketika itu terhenti, di depannya terlihat jelas suaminya sedang berpelukan dengan wanita lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 43

    "Mas, ada telepon." Kata Bianca dengan nafas terengah-engah."Biarkan saja!" Dewa kesal. Kegiatannya harus terhenti oleh panggilan telepon entah dari siapa."Tapi—"Itu tidak lebih penting dari ini, Bi!" Ucap Dewa, dia kembali melanjutkan kegiatan mereka yang terhenti dengan tiba-tiba.Namun, layaknya pengganggu yang tidak mau kalah. Ponsel Bianca terus berdering membuat Dewa tanpa sadar mengumpat.Dewa terpaksa melepas tubuh Bianca dari cumbuannya. Dia melangkah mundur, membiarkan Bianca mengambil ponselnya.Dengan nafas yang kembali terengah, Bianca menggeser tombol hijau untuk menjawab."Assalamualaikum Ma." Sapa Bianca begitu panggilan tersambung."Waalaikumsalam Bian, kamu sedang apa? Kenapa nafas kamu seperti itu?" Jawab Mama Maria. Iya. Orang yang mengganggu kegiatan sore mereka adalah Mama Maria. Mama Maria mendapatkan kabar jika anak dan menantunya sudah tidak berada di paris. Karena tidak ada

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 42

    "Iya dia sangat spesial, jadi jangan menangis!"Bianca mundur dari tempatnya berdiri. "Lalu aku harus bagaimana, Mas?" Tanya Bianca pasrah. Dia tidak bisa berpikir dalam kondisi seperti ini. Bianca berharap siapapun dapat menolongnya saat ini. Hatinya sedang tidak baik-baik saja."Cukup seperti biasanya saja." Jawab Dewa."Sampai kapan? Apa selamanya akan seperti ini." Tatap Bianca sendu.Dewa mengangguk. "Kita akan selamanya bersama.""Apa tidak cukup hanya aku?" "Memang hanya kamu, Bi." Bianca semakin terisak. Jadi dia hanya akan berperan sebagai nyonya Dewangga, sedangkan nyonya yang sesungguhnya sengaja disembunyikan. Bianca menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Dewa semakin mengernyit bingung, bukankah wanita akan senang menjadi satu-satunya, lalu, kenapa Bianca justru kembali terisak. Dia berjalan mendekati Bianca, mengambil kedua tangan Bianca. "Tolong jangan menangis, Bi. Saya harus b

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 41

    "Mas.. aku baik-baik saja." Kadang Bianca bingung sendiri, sebenarnya Dewa ini khawatir dengannya atau hanya mencari cela agar mereka bisa segera pulang."Baik-baik saja apanya? Lihatlah wajahmu memerah." Dewa tidak mudah percaya. Dia bisa diamuk 4 orang sekaligus jika Bianca beberapa kali jatuh sakit saat sedang liburan.Bianca meraih tangan Dewa yang masih berdiri di samping tempatnya berbaring. Bianca membutuhkan tambahan tenaga untuk bisa membuat Dewa duduk di dekatnya.Saat sudah berhasil membuat Dewa duduk di dekatnya Bianca mengambil kedua tangan Dewa untuk diletakkan di kedua pipinya. "Tidak panas, kan?"Dewa menggeleng. "Ok." Dewa menarik kembali tangannya, dia sudah hendak berdiri lagi, akan tetapi, Bianca menarik kembali tangannya."Apalagi?" Bianca tampak malu-malu untuk mengucapkannya. "Boleh aku belajar saat ini?" Dewa mengernyit, "Kamu mau belajar apa?"Bi

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 40

    Bianca tidak berhenti memegang bibirnya meski saat ini dia sedang berada di dalam pesawat. Matanya enggan terpejam, takut jika dia bangun semuanya hanya mimpi semata.Dewa disebelahnya duduk dengan tenang, membaca buku yang sengaja dibaca disaat seperti ini. Perjalanan panjang yang akan sangat membosankan jika hanya diisi dengan tidur saja."Masih kurang?" Tanya Dewa. Matanya sejak tadi melirik tingkah Bianca yang tidak berhenti tersenyum sambil menyentuh bibirnya."Eh." Bianca salah tingkah. "Lebih hebat siapa saya atau pria yang kamu cintai?" Tanya Dewa tanpa menoleh."Ini pertama kalinya buatku, Mas." Jawab Bianca malu. Dia tadi terlihat sekali jika belum memiliki pengalaman. Dia hanya mengikuti nalurinya saja. Apa yang dilakukan oleh Dewa, dia akan melakukan hal yang sama."Bagus." Ucap Dewa lirih."Apanya Mas?" Tanya Bianca tidak paham dengan jawaban Dewa."Buku yang

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 39

    "Sudah siap semuanya?" Tanya Dewa setelah mengecek ulang barang-barang mereka yang mungkin saja masih tertinggal."Sudah semua Mas." Bianca menutup kopernya. "Ayo." Ajak Dewa sudah siap membawa dua koper."Mas." Panggil Bianca ragu-ragu."Ada apa? Apa masih ada yang terlewatkan." Tanya Dewa. "Banyak." Batin Bianca."Apa kita tidak membuat kenangan terlebih dahulu untuk kita kenang nantinya?" Liburan yang Bianca harapkan harus cepat berakhir karena dia terkena flu. Tentu saja Bianca sedih. Dia sudah berharap banyak dengan bulan madu ini. Nyatanya baru menginap dua malam, mereka sudah akan kembali ke negara mereka."Sudah ada lebih dari satu kenangan yang bisa kamu ingat." Sahut Dewa."Kenangan yang mana?" Bianca sampai harus mengernyitkan dahi untuk mengingat-ingat kejadian apa yang bisa dikenang."Oke, saya sebutkan satu per satu. Dengarkan baik-baik. Pertama, kamu melakukan pelecehan kepada saya." De

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 38

    Dewa sudah mulai makan sejak lima menit yang lalu, akan tetapi, Bianca masih setia berdiam diri sambil melihat Dewa makan."Mas." Panggil Bianca.Dewa mengangkat kepala sebagai ganti sahutan."Mau." Rengek Bianca. Jika sedang tidak enak badan, Bianca akan menjadi wanita manja yang tidak ingat umur.Dewa menelan makanannya lalu meminum seteguk baru menjawab. "Kemari dan makan." Dewa menyuruh Bianca turun dari ranjang untuk ikut bergabung duduk di sofa bersama dirinya.Bianca bangkit lalu berjalan mendekat. Dia duduk di sebelah kiri Dewa.Dewa mengambil satu piring makanan pembuka untuk Bianca, tetapi, wanita itu menolak. "Tidak. Aku mau makan itu saja." Dia menunjuk piring yang ada di depan Dewa.Dewa mengangguk, lalu mengambil piring yang masih penuh dan menyerahkannya ke Bianca. "Cepat makan dan minum obatmu." Titah Dewa yang lagi-lagi ditolak Bianca."Aku tidak mau. Aku mau itu Mas." Bianca masih menunjuk tepa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status