Share

Bukan Salahku Selingkuh
Bukan Salahku Selingkuh
Author: El dvo

Pengkhianatan

"Gas ... kenapa ada kissmark di lehermu?"

Aruna menghampiri suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia berdiri di hadapan Bagas. Memperhatikan baik-baik ruam kemerahan pada samping kanan leher suaminya.

"Kissmark?"

Bagas menghindari tatapan mata dari istrinya. Dia berbalik menghadap cermin. Melihat tanda merah yang Aruna maksud.

"Ini bentol, Runa. Leher ku gatal-gatal," tukas Bagas seraya menggaruk leher.

Aruna menatap curiga suaminya. "Gas ... aku bisa membedakan ruam kemerahan karena dihisap nyamuk dan ruam kemerahan karena dihisap manusia. Jelas-jelas tanda merah di lehermu bekas hisapan manusia."

"Jangan bicara sembarangan, Aruna! Kamu menuduhku selingkuh?"

Aruna merapatkan bibir melihat suaminya yang marah. "Maaf … aku tidak bermaksud menuduh, aku hanya–."

"Curiga?" sela Bagas. Menatap tajam istrinya. Kesal karena bukan sekali dua kali Aruna mencurigainya. "Runa ... kamu jangan terus curiga. Kamu mau aku benar-benar selingkuh? Aku lelah terus kamu curigai."

Aruna diam. Tidak lagi berkata-kata.

Bukan tanpa alasan Aruna menaruh curiga pada Bagas. Akhir-akhir ini, Aruna sering mencium aroma parfum wanita pada kemeja kerja suaminya. Dia juga beberapa kali menemukan bekas lipstik di kerah kemejanya. Karena itu, Aruna curiga Bagas bermain wanita dibelakangnya. Hanya saja Aruna belum memiliki cukup bukti, apalagi Bagas juga selalu berhasil mengelak dengan berbagai alasan.

"Gas ... kalau kamu tidak lagi mencintaiku, lebih baik kita pisah. Aku tidak rela dimadu, apalagi diselingkuhi," ucap Aruna seraya menatap Bagas dengan tegas.

Bagas menatap sendu istrinya. Dia membawa Aruna ke dalam pelukannya. Berusaha menenangkan keresahan hatinya.

"Sayang ... percayalah padaku. Aku hanya mencintaimu. Tidak ada wanita lain dalam hatiku kecuali kamu. Aku hanya milikmu seorang, Runa."

Aruna mengepalkan tangan. Masih ada keraguan dalam hatinya pada Bagas. Namun, Aruna sadar tidak boleh menuduh suaminya sembarang. Akhirnya, Aruna pun membalas pelukan Bagas. Tidak mau ada keributan.

"Aku mempercayaimu, Gas. Tapi entah kenapa, hatiku selalu curiga. Tolong … kamu jaga baik-baik kepercayaanku."

"Tentu sayang. Aku akan setia padamu. Sekarang tidurlah. Aku harus segera pergi ke rumah mamah. Malam ini, giliranku menginap disana," ucap Bagas sambil melepas pelukannya.

Aruna bergeming. Baru ingat dengan pembagian jatah malam yang harus Bagas lakukan terhadapnya dan orang tuanya.

Berbeda dengan pasangan suami istri lain, dimana seorang suami akan mengajak istri untuk menginap di rumah orang tuanya, Bagas tidak bisa melakukan hal tersebut, karena pintu rumah keluarga Birendra tertutup rapat bagi Aruna.

Aruna Cahyani dan Bagas Birendra menikah tanpa restu orang tua. Aruna dan Bagas sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku SMA. Namun, hubungan mereka ditentang orang tua Bagas, karena latar belakang Aruna yang merupakan seorang yatim piatu.

Tiga tahun lalu, setelah menyelesaikan studi, Bagas nekat menikahi Aruna meski tanpa restu orang tuanya. Selama tiga tahun berumah tangga, kehidupan Aruna dan Bagas baik-baik saja. Namun beberapa bulan ini, ketenangan rumah tangga mereka terganggu, karena orang tua Bagas tiba-tiba meminta Bagas untuk menginap di rumah mereka, dua malam dalam sepekan.

Bagas adalah putra satu-satunya dari pasangan Dewi dan Dimas Birendra. Karena itu, orang tuanya merasa berhak terhadap diri Bagas dan memintanya membagi jatah tidur di rumah mereka.

Aruna sempat menolak. Berat baginya tinggal di rumah sendirian meski hanya dua malam saja, karena Bagas dan Aruna memang belum dikaruniai keturunan. Namun, Bagas berhasil meyakinkan Aruna untuk setuju. Bagas mengatakan, ini kesempatan baginya untuk membujuk kedua orang tuanya agar mau menerima Aruna dalam keluarga besar Birendra. Aruna pun tidak memiliki pilihan, selain mendukung usaha suaminya.

"Hati-hati dijalan," ucap Aruna sambil mengantar Bagas hingga depan teras rumah.

Bagas mengecup kening istrinya, lalu berjalan memasuki mobil. Dia pun melajukan mobil menuju rumah orang tuanya.

"Aku harus memastikan kejujuran Bagas," ucap Aruna, begitu melihat kepergian mobil suaminya.

Aruna selalu merasa gelisah setiap kali ditinggal Bagas menginap di rumah orang tuanya. Dia tidak bisa tidur, apalagi dengan tanda-tanda perselingkuhan yang Aruna dapat akhir-akhir ini. Karena itu, malam ini Aruna memutuskan untuk membuntuti Bagas.

Aruna bergegas masuk ke dalam rumah, mengambil kunci mobil. Dia berjalan menuju mobil miliknya yang dibelikan oleh Bagas, lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Menyusul kepergian Bagas.

"Semoga kecurigaanku salah. Aku harap, kamu benar-benar menjaga kepercayaanku padamu, Bagas."

Satu jam kemudian …

Aruna tiba di depan rumah keluarga Birendra. Dia memarkirkan mobilnya di depan pagar. Memperhatikan Bagas yang baru saja turun dari mobil.

"Mas Bagas!"

Deg!

Jantung Aruna berpacu kencang saat mendengar suara wanita memanggil mesra nama suaminya.

Aruna pun tersentak melihat seorang wanita cantik keluar dari rumah keluarga Birendra, lalu berlari memeluk Bagas. Mata Aruna seketika membulat, melihat bagas yang membalas pelukan wanita tersebut dan membiarkannya bergelayut manja pada lengannya.

"Mas ... aku sangat merindukanmu. Kenapa mas datang terlambat?"

Aruna menatap nanar suaminya yang tertawa dipeluk wanita lain. Terlihat Bagas mengecup kening wanita yang memeluknya. Melakukan hal yang sama seperti kebiasaan yang sering Bagas lakukan selama ini padanya.

"Aruna sedikit rewel. Kamu sih ngasih kissmark di leherku. Untung saja, dia percaya ucapanku dan mengijinkan aku pergi."

Air mata aruna menitik melihat kemesraan Bagas dengan wanita yang memeluknya. Tidak menyangka, ternyata selama ini Bagas benar-benar berkhianat.

"Ayo Bagas, ajak Carissa masuk! Kita makan, kalian pasti sudah lapar."

Tangan Aruna terkepal saat melihat orang tua Bagas keluar dari rumah, menyambut kedatangan Bagas tanpa mempermasalahkan posisinya yang sedang merangkul mesra seorang wanita yang bukan istrinya.

Aruna pun sadar, ternyata perselingkuhan Bagas didukung oleh kedua orang tuanya.

"Keterlaluan!"

Brak!

Tiiinnn!

Aruna yang kesal memukul bagian tengah setir mobil, hingga tanpa sengaja menekan klakson. Sontak, perhatian Bagas dan orang tuanya beralih ke luar pagar.

"Aruna?"

Bagas kaget melihat mobil Aruna terparkir di depan rumah. Buru-buru, Bagas melepas wanita yang dirangkulnya, lalu berlari menuju gerbang.

"Runa?"

Menyadari kedatangan Bagas, Aruna segera menyalakan mesin mobil. Bersiap untuk pergi. Aruna tidak mau bertemu suaminya, apalagi bicara dengannya.

"Runa turun! Biar aku jelaskan. Jangan salah paham! Runa?!"

Bagas menggedor kaca mobil. Meminta Aruna untuk mendengar penjelasannya, tapi Aruna segera melajukan mobilnya meninggalkan Bagas.

Buru-buru, Bagas pun berlari menuju mobil untuk mengejar istrinya.

"Mas, kamu mau pergi?"

Wanita yang tadi memeluk Bagas menghampiri Bagas ke mobilnya. Tapi, Bagas tidak mengindahkan. Dia bergegas memacu mobil mengejar kepergian Aruna.

"Mas Bagas, jangan pergi!"

Tin! Tin!

Bagas menekan klakson mobil, begitu berhasil mengejar mobil Aruna. Dia melajukan mobilnya tepat di sebelah mobil istrinya.

"Runa, hentikan mobilmu! Dengar penjelasanku!" teriak Bagas.

Aruna tidak mengindahkan. Dia malah semakin mempercepat laju mobilnya. Nampak, air mata Aruna jatuh dari kedua matanya. Membuat penglihatan Aruna sedikit kabur.

"Runa, pelankan laju mobilmu. Jangan mengebut!"

Bagas khawatir melihat istrinya yang malah menambah kecepatan mobil. Dia pun berusaha mengejar ketertinggalannya seraya berteriak membujuk istrinya agar memelankan laju mobil.

"RUNA AWAS BAHAYA!"

BRAKKK!

TIIINNN!

Bagas tercengang melihat mobil istrinya dihantam mobil lain yang melaju cepat dari arah persimpangan jalan. Sontak, Bagas pun menginjak pedal rem. Menghentikan laju mobil yang dikendarainya.

"ARUNA!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status