Share

Bukan Sekadar Suami Bayaran
Bukan Sekadar Suami Bayaran
Penulis: Ramun Fitria

Bab 1

Seorang wanita bergaun pengantin putih berjalan dengan anggun memasuki gedung berbintang lima. Hari ini, seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, karena bisa menikah dengan laki-laki yang menjadi kekasihnya selama lima tahun terakhir. Dia bernama Maharani Ayunda, atau sering disapa Rani. 

Saat wanita itu memasuki gedung tersebut, kedatangannya menjadi sorotan semua tamu dan keluarganya. Di depan sana, tepatnya dari tempat dia berdiri saat ini, seorang pria yang seharusnya menjadi calon suami tengah siap memikirkan ijab qobul dengan penawaran tangan penghulu. Rani mengembangkan senyumnya, membuat mereka semua menghentikan acara dan menatap tajam. 

"Rani," ucap Kevin menyanyikan lagu mempelai pria. 

Semua keluarga besar Kevin dan Maharani berdiri. Mereka tidak percaya pada wanita yang menyulap acara pernikahan Kevin dengan Ariella, adik tiri Maharani. Retta, ibu tiri maharani menghampiri wanita itu. Dia mencacinya, mencibirnya serta menghinanya. Abraham, ayah Maharani juga turut serta menghampiri anaknya. 

"Untuk apa kamu anak tidak tahu diri datang ke sini?" murka Retta ibu tirinya. 

Maharani tersenyum, wanita itu berjalan lagi dan semakin terlihat anggun. Rani merebut microphone yang sedang di bawa oleh pembawa acara. Dia meminta tempat dan sedikit waktu untuk menyampaikan sebuah berita. 

"Selamat sore hadirin semua," sapa Rani sangat ramah. 

"Kalian pasti bertanya-tanya siapa saya, bukan?" tanya Rani.  

Semua tamu itu mengangguk. "Perkenalkan, saya Maharani Ayunda, mempelai wanita di acara saklar ini." 

Bisik-bisik mulai terdengar setiap saat setelah Rani mengumumkan siapa dirinya. Wajah kedua keluarga besar itu memerah menahan amarah. Rani, dia tidak peduli akan tatapan tajam dan menusuk dari orang tuanya dan juga keluarga Kevin. 

Rani melanjutkan kembali penarikannya. "Wanita itu, dia adalah adik tiriku. Dan pria yang akan menjadi suami itu adalah bekas calon suamiku. Apakah kalian tidak bertanya-tanya mengapa wajah mempelai wanitanya berbeda dari undangan yang kami sebar?" Rani memberikan teka-teki. 

"Cukup Rani!" bentak Retta. 

Retta naik ke atas panggung lalu di ikuti oleh Kevin dan Ariella. Retta, wanita itu merebut mikrofon yang Rani pegang. Dia juga mendorong Rani untuk menjauh dari panggung itu. Tubuh Rani terhempas dan hampir saja jatuh jika Abraham, sang ayah tidak menangkapnya. 

"Kalian semua dengar!" ucap Retta lantang. 

"Wanita ini, yang mengaku sebagai calon suami menantuku Kevin, dia tidak lebih dari wanita murahan. Kevin meninggalkannya karena ketahuan selingkuh." Tentu saja yang Retta sampaikan adalah berita bohong. 

Semua tamu kembali berbisik, sebagian dari mereka ada yang menatap jijik pada Rani yang terus menunduk menyembunyikan wajahnya. Retta menyunggingkan senyumnya. Tidak sampai di situ, ibu tiri Maharani itu juga mengambil air mineral dalam botol lalu menuangkannya ke atas kepala Rani. 

"Kotoran itu pantasnya di siram, agar bersih," ejek Retta. 

"Ma, sudah Ma, kasihan Rani," ucap Abraham memohon. 

"Jangan salahkan aku, anakmu sendiri yang kupunya semuanya. Dia ingin membuat Kevin dan Ariella malu, Pa." Ratta tak ingin disalahkan. 

Abraham memeluk anaknya, pria paruh baya itu juga menghapus linangan air mata yang tak sengaja menetes di pipi Rani. Rani mencoba tegar, dia terus tersenyum meski semua orang menyudutkannya. Retta merasa muak melihat senyuman itu di wajah Rani. 

"Ran, kita sudah selesai. Ganggu kebahagiaanku bersama adikmu. Seharusnya kamu ikhlas," ucap Kevin seolah merasa tersakiti. 

“Kak Rani, memang tidak pernah menyukaiku sejak kecil, bahkan aku seperti ini juga karena ulahnya, tapi kenapa aku yang disalahkan,” ujar Ariella, disertai isakan kecil. 

Rani maju satu langkah mendekati Kevin dan Ariella. Dua pasangan itu terus bergandengan tangan seperti tak ingin terpisahkan. Lagi-lagi Rani kembali tersenyum menatap mereka berdua. 

"Sudah sandiwaranya?" tanya Rani seolah mengejek. 

"Apa maksudmu Rani? Siapa yang bersandiwara?" tanya Kevin tak mengerti. 

“Intinya saja, tidak perlu basa-basi,” kata Retta, “apa tujuanmu datang ke sini?” lanjutan lagi. 

Rani mendekati Ariella, dia membelai wajah adik tirinya tersebut. Ariella memang terlihat cantik dengan polesan make up pilihannya. Rani beralih mendekati tubuhnya dengan Kevin lalu menyentuh dadanya. 

Ariella tak terima calon suaminya disentuh oleh Rani. Dia menekan tangan kakaknya lalu mendorongnya. Ariella memaki Rani yang ingin merebut calon suami.  

"Dasar Pelakor!" umpat Ariella. 

"Seharusnya Kakak sadar, Kevin sudah menjadi milikku. Jangan pernah berpikir untuk merebutnya kembali, setelah apa yang Kakak lakukan padanya dulu." Ariella berkata dengan marah. 

“Huu … wanita tidak tahu diri!” 

"Pelakor!"

"Wanita Murahan!"

Masih banyak lagi hinaan yang terlontar dari mulut para tamu yang hadir. Apalagi tak segan dari mereka melempar makanan hingga mengotori gaun cantik Rani. Abraham mencoba melindungi anaknya, tetapi dihalangi oleh Retta. 

"Cukup!" ucap Rani lantang. 

Semua terdiam, mereka menatap Rani dengan bengis. Rani mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia juga mengumumkan kembali sesuatu. 

"Kalian ingin tahu siapa yang bersalah di sini?" tanya Rani. 

Hening, semuanya diam. Tidak ada yang menanggapi ucapan Rani. Rani tersenyum miris karena mereka lebih percaya pada omong kosong seseorang dari pada melihat bukti yang sebenarnya. 

"Ini jawaban untuk kalian."

Rani melemparkan beberapa foto yang dia bawa. Mereka yang tadi menghina Rani berebut mendapatkan foto tersebut. Alangkah terkejutnya mereka setelah melihat gambar Kevin dan Ariella sedang memadu kasih. 

Kevin yang bingung karena tamu yang menyerang Rani sejak tadi menoleh dan Ariella dengan jijik. Pria itu memungut satu lembar foto di bawah kakinya. Kevin membulatkan matanya setelah melihat foto dirinya dan Ariella. 

"Ini tidak benar, ini editan," elak Kevin. 

"Saya tidak menyangka, jika bapak Kevin ternyata yang berkhianat," ucap salah satu tamu penting yang menjadi partner kerja Kevin. 

"Ini fitnah! Rani, kamu pasti sengaja melakukan ini semua kan?" amuk Retta. 

"Papa nggak menyangka, ternyata kamu sudah merepotkan kakakmu sendiri Ariella!" murka Abraham. 

"Pa, ini salah, ini semua fitnah. Kak Rani sengaja melakukan ini semua agar bisa kembali bersama Kevin," ucap Ariella membela diri. 

"Membuat malu!" sergah Retta. 

Saat Retta hendak melayangkan tamparan ke wajah Rani, dengan cepat Rani menangkisnya. Rani mencengkram erat tangan ibu tirinya tersebut. Retta memberontak, dia mengumpati Rani dengan berbagai kata-kata kotor. 

"Cukup Rani!" seru Kevin yang sudah terlanjur malu.

"Baiklah, mari kita berdamai, aku akan menikahimu dan juga Ariella. Tapi katakan pada mereka jika ini semua hanya akal-akalan kamu saja," kata Kevin yang membuat Rani tertawa lepas. 

"Aku ke sini memang untuk menikah, tapi bukan denganmu," ucap Rani. 

Kevin mengernyitkan keningnya. Ariella terus melipat tangan Kevin, Rani hanya melirik sekilas dan menggelengkan kepalanya. Rani mengangkat tangannya, hingga seseorang yang tampan dan gagah masuk ke dalam acara itu. Semua tamu menoleh saat pria itu berjalan mendekati Rani. Rani menyambutnya dengan senyum mengembang. 

"Siapa laki-laki itu?" tanya kevin penasaran. 

"Dia adalah …."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status