Share

Bab 2

Pria berjas putih itu masuk dan langsung mengapit tangan Rani. Semua mata menatapnya takjub karena pesona yang dia pancarkan. Akan tetapi, rasa takjub itu berubah menjadi rasa terkejut setelah Maharani mengumumkan siapa pria itu. 

"Dia adalah Mahardika Sakti, calon suamiku," ucap Maharani dengan lantang. 

Rani menyunggingkan senyumnya, dengan bangga wanita itu menyebut Mahardika sebagai calon suaminya. Retta memegangi kepalanya yang berdenyut. Belum hilang rasa malunya akibat foto yang Rani sebar tadi, kini datang pria yang mengaku sebagai calon suami anak tirinya. Musnah sudah harapannya untuk membuat anak tirinya itu merasakan patah hati. 

"Tidak mungkin," kata Kevin, dia menyangkal apa yang diucapkan Rani. "Bagaimana bisa kamu menemukan penggantiku begitu cepat?" sambungnya lagi. 

"Kenapa tidak? Bagiku tidak butuh waktu lama untuk menikahi seseorang. Jika kita sudah saling cocok bukannya lebih cepat lebih baik? Takutnya diambil pelakor lagi." 

Rani menatap tajam Ariella yang memasang wajah masam. Bagaimana tidak, calon suaminya terlihat lebih tampan dan gagah daripada mantan kekasihnya. Ariella membuang muka ketika bersitatap dengan sang kakak. 

"Aku tahu, kamu pasti mau memanas-manasi aku saja, kamu mau membalasku, iya kan?" tuding Kevin. 

"Percaya diri sekali kamu," ucap Rani lalu bersandar pada lengan calon suaminya. 

"Sayang, perkenalkan mereka adalah keluargaku. Ini Ayahku … Ayah, ini Mas Dika, calon suami Rani," kata Rani memperkenalkan calon suaminya pada keluarganya. 

Mahardika, atau sering disapa Dika, pria itu maju satu langkah dan mengulurkan tangannya. "Panggil saja Dika, Om," ucap Dika memperkenalkan diri. 

"Abraham." Ayah Rani menjawab dengan singkat. 

"Benar kamu mau menikahi putriku?" tanya Abraham dengan serius. 

"Sangat benar, Om," jawab Dika mantap.  

"Baiklah, ayo kita mulai." 

Abraham membimbing Rani dan Dika untuk duduk di kursi yang telah disiapkan untuk mengucapkan janji suci. Rani tersenyum, Dika menggandeng tangan calon istrinya dan duduk bersebelahan. Abraham dan Dika saling berjabat tangan dan siap dengan ijab qobul.

Namun, Ariella dan Kevin menghentikan mereka  karena merasa tidak terima Dika dan Rani menikah lebih dulu. Ariella ingin dirinya dan Kevin yang lebih dulu duduk di kursi itu. Dia bahkan menghina kakaknya yang dianggap sok berkuasa atas pesta ini. 

"Kenapa Ayah justru menikahkan Kak Rani dulu, seharusnya aku dulu, Yah!" kata Ariella lantang. 

"Arieli, jaga sopan santunmu!" hardik Abraham.

"Ini tidak adil," ucap Ariella lagi bersungut-sungut.

Calon ibu mertua Ariella menenangkannya agar tidak semakin membuat malu. Mahardika dengan lantang mengucapkan janji sucinya di hadapan penghulu dan para saksi. Dalam satu tarikan napas, keduanya telah resmi menjadi suami dan istri. 

Rani menyalami tangan suaminya dengan takzim, Dika juga mengecup kening Rani secara lembut. Tidak lupa, pria itu melafazkan doa di kepala istrinya. Abraham sangat senang karena anaknya telah menikah. 

Kini gantian Ariella dan Kevin yang duduk di kursi itu setelah Rani dan Dika turun dan menuju pelaminan. Saat bertatapan dengan mantan kekasihnya, Rani menyeringai. Berbeda dengan Kevin yang langsung membuang mukanya. 

"Sah!" ucap para saksi dengan lantang. 

Lengkap sudah kebahagiaan Abraham, kedua anak gadisnya telah sama-sama menikah. Ariella dan Kevin berjalan menuju pelaminan yang telah diisi oleh Rani dan suaminya. Dengan sombong, Ariella mengusir Rani untuk pergi dari tempat itu. 

"Awas kalian dari sana!" usir Ariella. 

Namun, bukan Rani jika terus mengalah ketika ditindas. Rani menyerang adiknya dengan kata-kata menohok yang cukup membuatnya sangat malu. Pertikaian di atas pelaminan terjadi, Ariella begitu emosi dan mencaci maki kakaknya. Sedangkan Rani menanggapinya dengan santai dan juga anggun. 

"Mau duduk di sini?" tanya Rani. 

"Silahkan … tapi bayar ini dulu," kata Rani sambil menyerahkan selembar kertas yang berisi bon biaya pernikahan ini. 

"Kak, aku juga berhak duduk di sana, Kevin ikut andil dalam pesta ini," kata Ariella tak mau kalah.

"Oh ya? Benar begitu Mas?" tanya Rani pada Kevin. 

Kevin hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya. Dia tidak bisa membenarkan ucapan istrinya karena memang semua biaya ini Rani yang mengeluarkan. Ariella menatap geram suaminya yang hanya diam saja. 

"Mas, jawab dong!" titah Ariella. 

Dika tidak mengerti apa yang terjadi di antara keluarga istrinya ini. Dia tidak ingin terlibat jadi memilih untuk diam dan mengalihkan pandangannya. Ariella semakin di buat emosi karena Kevin tidak membelanya. 

"Oh ya Riel, cincin yang kamu pakai itu juga di beli menggunakan uangku, jadi di tambah ya bayarnya," kata Rani begitu santai.  

"Rani!" teriak Kamala ibunda Kevin. 

"Keterlaluan!" hardiknya. 

"Kamu mau membuat keluargaku malu, iya!" sentak Kamala. 

Rani tersenyum manis, para tamu bingung menyaksikan keributan di atas pelaminan. Tidak sedikit dari mereka yang mengabadikan momen langka ini. Rani yang merasa tidak bersalah dengan berani melawan Kamala. 

"Ibu, maaf. Memang ini kenyataannya, dari gaun yang menantu Ibu ini pakai, dekorasi, bahkan mas kawin yang Kevin berikan itu semua dari Rani. Tidak ada sepeser pun uang anak Ibu tercampur di sini. Jadi Rani minta, agar Kevin membayar separuh dari biaya di pesta ini." Rani menjelaskan semuanya. 

Suasana semakin memanas, bisik-bisik para tamu bahkan dapat terdengar di telinga mereka. Wajah Kamala dan Kevin semakin merah padam. Sedangkan Rani dan sang suami tampak biasa saja. 

"Tidak bisa seperti ini Rani, perjanjian awal kan kamu yang harus membayar semua ini," ujar Kevin tidak tahu malu. 

Rani tertawa, ucapan Kevin sungguh mengocok perutnya. Rani tidak habis pikir, kenapa dirinya bisa jatuh cinta pada parasit seperti ini. Rani baru menyadari sifat asli dari seorang Kevin. 

"Aku memang berkata seperti itu, tapi jika yang menikahimu adalah kamu. Sekarang lihatlah, siapa yang menjadi suamiku dan siapa yang kamu nikahi," kata Rani tegas. 

Kevin diam seribu bahasa, dia memang salah berada di posisi ini. Akan tetapi, egonya begitu tinggi. Kevin tidak terima di permalukan seperti ini. 

"Jangan membuatku marah Maharani!" ucap Kevin penuh penekanan. 

Melihat istrinya ditekan, Dika tidak tinggal diam. Dia yang sejak tadi tidak peduli, tiba-tiba unjuk bicara untuk membela istrinya. Dika dengan lantang memberikan peringatan pada Kevin.

"Jangan menekan istriku, atau anda akan menyesal!" ancam Dika. 

Kevin tersenyum miris, dia mendorong Dika hingga terduduk kembali. "Jangan mengancamku! Memangnya kamu siapa?" tantang Kevin. 

Dika kembali berdiri dan menatap Kevin dengan tajam. "Saya adalah suami dari wanita yang anda sakiti." 

"Sudah ributnya!" bentak Abraham yang merasa malu. 

"Masalah ini bisa kita bicarakan setelah acara selesai. Jangan membuat malu!" katanya tegas. 

Semua langsung terdiam, tidak ada yang melawan lagi. Mereka menyelesaikan acara ini meskipun telah menanggung malu. Akan tetapi, Dika dan Rani justru bersikap biasa saja. Mereka menyambut tamu-tamunya dengan ramah. 

Sampai acara itu selesai dia mereka kembali ke rumah. Karena tidak ada kepastian kapan Kevin akan membayar ganti rugi untuk pesta itu, Rani menguasai kamar pengantin yang akan Ariella dan Kevin rebut lagi. 

"Bayar dulu hutang kalian, atau jika tidak …."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status