Share

2. Deron

Author: Hana Reeves.
last update Last Updated: 2025-02-27 14:38:02

Victoria masih tidak bisa menggerakkan badannya setelah Deron melepaskan pagutan bibir mereka.

Rasa syok membuat badannya kaku dan hanya bisa merasakan sensasi hangat pria itu di bibirnya.

Hingga setelah pria itu berbalik untuk melihat siapa yang datang, Victoria baru ikut menoleh dan menatap sosok wanita paruh baya yang berdiri di dekat pintu.

Victoria bersumpah dia melihat pria asing yang bernama Deron itu, sempat menyunggingkan senyum licik.

“Siapa kamu?! Apa yang kamu lakukan bersama anak saya?!” bentak wanita yang diperkirakan berusia sekitar lima puluhan itu sambil menunjuk ke arah Victoria yang masih sedikit gemetar antara ciuman panas dengan Deron dan bentakan wanita asing yang mengatakan pria di depannya adalah putranya.

Victoria hendak menjawab, tapi Deron sudah lebih dulu menggenggam tangannya dan meliriknya sekilas dengan pandangan meyakinkan.

“Mama tidak ada urusan dengan Victoria.”

Terdengar suara bariton itu sangat dalam dan dingin.

Victoria terkejut bagaimana Deron tahu namanya dan dirinya merutuki kebodohannya. Paspornya tadi ada di dalam tasnya dan sudah pasti jatuh saat dilemparkan sembarangan.

“Oh! Ternyata karena dia kamu nggak mau datang ke acara makan malam dengan Ursula?!”

Wanita yang dipanggil ‘mama’ itu menatap tajam ke arah Victoria dan gadis itu merasa keringatnya mengalir di garis punggungnya.

Victoria hendak membuka bibirnya, berusaha melerai kesalahpahaman itu. Namun, genggaman tangan Deron di telapak tangannya mengerat.

Gadis itu menatap wajah tampan Deron yang sekarang tampak dingin dengan perasaan bingung.

“Ya, tadinya, tapi sekarang aku akan datang." Deron berkata dengan tegas sebelum kemudian menarik Victoria untuk pergi dari sana. “Di ruangan VIP Versailles kan?”

“Deron!!” Perkataan Deron kembali menyulut emosi Elena. “Apa yang mau kamu lakukan?!"

“Menyelesaikan masalah Mama di depan dua keluarga besar!” jawab Deron lagi tanpa menoleh ke belakang.

Bahkan mengabaikan panggilan Mamanya yang kini ikut menyusul langkah mereka. Tatapannya tajam ke depan, sangat berbeda dengan yang tadi Victoria lihat di dalam kamar.

Meski tak ada orang, tangan pria itu tetap menggenggam tangan Victoria dan bahkan lebih erat lagi.

“D-deron? Sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?!” Victoria berujar panik karena pria itu tiba-tiba membawanya ke dalam urusan keluarga.

“Aku tidak mau masuk ke dalam urusanmu, apalagi urusan keluargamu!”

Langkah kaki Victoria kesulitan mengikuti kecepatan langkah Deron. Perbedaan tinggi mereka membuat Victoria harus mengimbangi karena dia tahu, dia lebih pendek dua puluh senti dari Deron yang diperkirakan tingginya 188cm.

“Kalau begitu, lain kali jangan membuat orang lain salah paham dengan keberadaanmu.” Deron menjawab saat pintu lift tertutup.

Kemudian, pria itu melepas genggaman tangannya dan kembali memojokkan Victoria ke dinding.

“Menurutmu, dengan keberadaanmu di kamarku, mana yang lebih baik? Mengakui kamu sebagai kekasihku atau sebagai orang yang kusewa?”

Mata biru Deron seperti memiliki laser menembus mata hijau Victoria yang tampak panik.

“Jangan lupa, hotel ini memiliki CCTV dan siapa pun akan tahu kalau kamu masuk sendiri ke kamarku. Iyakan?” lanjut Deron lagi.

Suaranya datar dan terkesan santai, tapi Victoria tahu ada maksud terselubung di dalam ucapannya.

Pria itu mengancamnya!

“Kamu mau menyebarkan apa yang terjadi hari ini?!” Victoria membelalak tak percaya. Tak disangka, ternyata Deron begitu kejam!

“Tergantung.”

Saat lift berdenting, Deron melepaskan kungkungannya dari Victoria dan berdiri menghadap pintu.

Deron kembali menggenggam tangan Victoria dan membawanya ke depan sebuah ruangan yang Victoria tebak sebagai ruangan pertemuan kedua keluarga itu.

Sebelum masuk, Deron berkata sembari merapikan anak rambut Victoria. “Karang saja sebuah cerita, nanti akan kusesuaikan.”

Victoria mengangguk sedikit cemas dan membiarkan tangannya kembali digenggam oleh Deron.

Di dalam ruangan, Victoria bisa merasakan semua orang menatap kedatangan mereka dengan sumringah. Namun, senyum itu langsung pudar saat melihat mereka yang saling terkait.

Victoria merasakan aura tidak menyenangkan terurai disana dan semua karena dirinya.

“Nyonya Evelyn! Apa maksudnya ini?” Seorang wanita paruh baya tiba-tiba menepuk meja dan menatap ke arah Victoria dengan tajam.

“Bukankah seharusnya malam ini menjadi malam perjodohan bagi Ursula dan Deron?”

Victoria menegang dan tanpa sadar menggenggam tangan Deron erat yang langsung dibalas dengan elusan di ibu jarinya diatas kulit tangannya yang entah mengapa menenangkan dirinya dan juga membuatnya bergairah. Victoria kembali fokus.

Melihat perilaku lembut yang langka itu, beberapa orang tercengang dan mulai berbisik-bisik tanpa melihat raut kelam wajah tiga orang di ruangan itu.

Keadaan baru mulai tenang saat wanita lanjut usia yang dipanggil ‘Nyonya Evelyn’ meletakkan gelasnya di atas meja. “Jelaskan apa maksudmu kali ini, Deron.”

Deron lantas mengangkat tangannya dan Victoria untuk menunjukkan cincin yang entah sejak kapan berada di sana jari manis Victoria.

“Aku ingin kalian semua mengenal calon istriku yang akan kunikahi di masa depan.” Deron mengucapkan bom ke semuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    41. Bersama Evelyn Gonzaga

    Victoria hanya mendelik mendengar ucapan tanpa filter Georgina yang tampaknya bodo amat yang penting dia sudah mengatakan apa yang ada di benaknya. Deron hanya tersenyum simpul melihat dua sahabat itu namun dia tidak marah karena tahu itu hanya gurauan garing. "Oke, aku rasa aku harus pulang. Sampai besok,sayang." Deron mencium bibir Victoria lembut. "Bye Georgie." "Bye Deron. Drive safe." Deron pun masuk ke dalam lift dan melambaikan tangannya ke Victoria dan Georgina yang membalasnya. Pintu lift itu pun tertutup. Victoria menoleh ke arah Georgina. "Really, tidur bersama?" "Hanya menyarankan." Georgina mengedikkan bahunya.Victoria menggelengkan kepalanya. "Selamat malam George.""Selamat malam Tori."***Victoria tampak cantik dengan blazer dan celana panjang musim panasnya bewarna pink pucat dan tank top hitam serta sepatu datarnya yang senada dengan bajunya plus tas tangan juga dengan warna pink. Gadis itu membuka pintu saat mendengar bel apartemennya dan tersenyum saat meli

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    40. Curhat dan Kecurigaan

    "Aku tidak tahu kamu begitu paham soal elektronik seperti ini," ucap Georgina sambil mengajak Roberto makan malam di apartemennya karena merasa sepi makan sendirian, sementara Victoria sedang diajak makan malam dengan Deron. "Bisakah kamu ceritakan siapa dirimu?""Apa maksud kamu?" balas Roberto sambil memakan fish and chipsnya.NoteFish and Chips adalah makanan pesan-bawa yang paling terkenal yang berasal dari Britania Raya. Makanan ini terdiri dari ikan (secara tradisional cod) ditepungi dengan tepung roti dan dimakan bersama kentang goreng yang dipotong panjang.Fish and chips populer di Britania dan jajahannya pada abad ke sembilan belas, seperti Australia dan Selandia Baru serta Kanada. Fish and chips juga populer di beberapa bagian di Amerika Serikat sebelah utara (New England dan Barat Laut Pasifik).Fish and chips adalah makanan populer di kalangan kelas pekerja di Britania Raya sebagai hasil dari cepatnya perkembangan penangkapan ikan dengan pukat di Laut Utara, diiringi pem

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    39. Roberto Shock

    Roberto terkejut saat Georgina menempelkan bibirnya ke bibir milik pria itu. Roberto tidak menyangka kalau gadis itu seberani itu dengannya. Ciuman dari Georgina memang tidak dia balas karena Roberto masih merasa harus mencerna semuanya. Sungguh, Roberto merasa bibir Georgina sangat manis dan satisfying. Setelah lima belas detik kemudian, Roberto mendorong tubuh Georgina hingga pagutan itu terlepas. "Miss Heathfield!" "Ada apa Roberto? Apakah ... kamu tidak suka?" goda Georgina genit."Ini bukan yang seharusnya terjadi ...." Roberto mengusap rambutnya. "Kita anggap tidak ada apapun yang terjadi sekitar ... tiga puluh detik lalu!""Awww, Roberto, ayolah kita have fun sedikit dan menikmati hidup karena hidup itu hanya sekali!" senyum Georgina. Roberto melirik ke arah meja kopi dan terdapat satu gelas berisikan whisky yang hanya separo disana. Roberto menggelengkan kepalanya tidak menduga gadis cantik ini benar-benar khas Inggris yang suka minum. For God's sake .... Ini baru jam satu

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    38. Georgina Pindah Apartemen

    Victoria menerima ciuman lembut dari Deron ketika mereka mendengar suara pintu ruang VIP dibuka. Keduanya melepaskan pagutannya dan melihat Georgina dan Roberto datang dengan wajah berseri. Georgina sih yang sebenarnya memiliki wajah berseri-seri sementara Roberto tetap dengan wajah dinginnya. "Apakah kalian bersenang-senang di bawah?" tanya Deron. "Aku yang senang, kulkas Milan ini hanya berdiri kaku macam ... kulkas !" jawab Georgina sambil menoleh ke arah Roberto yang tetap dingin tanpa ekspresi. "Ya, Roberto memang dingin begitu sih," senyum Victoria."Kalau boleh nih Deron, aku pinjam asistenmu minggu depan, boleh?" Georgina memajukan tubuhnya ke Deron tanpa takut."Ada apa kamu mau pinjam Roberto?" tanya Deron bingung."Mau aku bawa ke Imola."Deron dan Victoria menatap Georgina dengan tatapan tidak percaya. "Ke Imola?"Georgina mengagguk penuh semangat. "Aku ingin memperlihatkan sisi lain dari Imola. Aku tahu kalian sudah biasa melihat perlombaan formula satu disana tapi bel

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    37. Georgina dan Roberto

    Georgina mengajak Roberto untuk turun ke lantai satu, arena dansa, berbaur dengan banyak orang yang memang ingin melepaskan euforianya dengan melakukan emosinya dengan menari. Selain itu, tidak sedikit yang mencari pasangan meskipun hanya one nigth stand. Roberto hanya diam saja saat dirinya ditarik oleh gadis berambut hitam pendek dengan mata biru indah yang membuat dirinya seperti seorang penyihir di cerita-cerita fantasy Medieval dan membuatnya memilih tidak menolak. Bukankah menyeramkan jika membuat seorang penyihir marah. "Whoah, ini sangat berbeda dibandingkan saat aku pertama kali kemari," ucap Georgina sambil melihat interior Milano club yang tampak sophisticated. "Kita hendak apa, nona Heathfield?" tanya Roberto. "Berdansa tentu saja, Roberto ! Dan tolong, panggil aku Georgie atau G, jangan nama belakang aku. Rasanya seperti hendak memesan kamar hotel untuk traveling," kekeh Georgina. Roberto menatap wajah cantik Georgina. "Kenapa anda suka dipanggil Georgie?" "Ag

  • Bukan Sekedar Kekasih Kontrak Sang CEO    36. Kulkas Milan

    Georgina menatap Roberto dengan wajah kesal karena pria satu ini macam tidak bisa diajak untuk bergurau. Gadis itu hanya berjalan dengan mendongakkan wajahnya membuat dirinya seperti putri Inggris yang angkuh. Roberto hanya menatap dingin ke arah Georgina dan memilih untuk tidak berkomentar. Mereka pun masuk ke dalam mobil SUV mewah milik Deron dengan Roberto sebagai sopirnya. Deron duduk di belakang bersama dengan Victoria sementara Georgina di depan bersama Roberto. "Kita sudah pesan tempat VIP di club Milano dan yang jelas semuanya aman." Deron memeluk pinggang Victoria saat berada di dalam mobil dan duduk berdekatan. "Bukankah itu klub yang sangat sulit ditembus? Apalagi kalau tidak ada koneksi yang berpengaruh ?" tanya Georgina saat mobil mewah menuju jalan raya. "Bagaimana kamu tahu?" tanya Victoria. "Tori, aku kan tukang petualang dan sebelum kamu kemari ... Aku sudah kesini duluan dan kalau tidak ada Charles McGregor saat itu, aku tidak bisa masuk ke club itu!" jawab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status