Share

2. LDR

Fina sedang menikmati semangkuk soto buatan Nasha sambil menatap layar ponsel di depannya. Sementara lelaki yang berada di layar ponsel Fina sedang sibuk push up.

"Udah berapa ronde, Mas Jo?"

"96, 97, 98, 99, 100. Huh!" Lelaki di seberang sana berdiri dengan badan setengah telanjang. Dia hanya memakai training ketat sedangkan tubuh bagian atasnya tak tertutupi sehelai benang pun. Hingga tubuh kekarnya terlihat begitu mempesona di depan Fina. Fina menatap keindahan tubuh suaminya dengan ekspresi penuh gairah. Sang suami yang mengerti sedang diperhatikan oleh sang istri, sengaja melakukan gerakan-gerakan menggoda seperti memainkan barbel hingga otot bisepnya terlihat. Tak lupa senyuman mautnya dia tebarkan pada sang istri.

"Ganteng ya, Fin?"

"Hooh."

"Enak loh Fin di grepe-grepe kayak pas malam pertama kita, sebulan yang lalu."

"Hooh."

"Dikecup-kecup juga loh, Fin."

"Iya."

Terdengarlah tawa di seberang sana sementara Fina baru menyadari kekhilafannya. Dia memalingkan wajah kemudian pura-pura menikmati makanannya. Sementara lelaki di seberang telepon terus menggoda Fina. Fina memilih abai dan segera menenggak segelas air putih setelah sotonya habis. 

Selesai makan, semua peralatan yang dia pakai langsung ia cuci. Fina kembali berjalan menuju meja, mengambil ponselnya dan segera menuju kamar dan menguncinya.

"Udah selesai makan?"

"Udah."

"Kamu di kamar?"

"Yup."

"Lagi ngapain? Kok gak ada gambarmu?"

Fina diam tak menjawab karena dia sedang sibuk melepas kerudung dan berganti baju dengan lingerie. Dia memang sengaja memakai lingerie warna merah untuk menggoda suaminya. Gantian ceritanya.

"Fin, Fina? Bebeb Sayang?" Sang pria memanggil sang wanita sedikit keras. Fina menghampiri ponselnya lagi. Dia sengaja mengibaskan rambut sepinggangnya dengan gaya sok cantik. Ekspresi Fina pun terkesan sensual seakan mentang si pria untuk berbuat lebih. 

Glek. Sang pria menelan ludahnya berkali-kali. Gerak jakunnya menandakan kalau panas tubuhnya sedang naik. Matanya menatap Fina tajam, ekspresi wajahnya terlihat lapar. Tentu dia tahu bagaimana rasa semua bagian tubuh Fina, karena dialah pria pertama dan akan menjadi satu-satunya yang berhak menikmati tubuh Fina. 

'Haish, coba dia dekat, aku bakalan makan kamu, Fin.' 

"Mas? Mas ngapain? Kok diem?" Fina sengaja bersuara mendesah-desah manja tak lupa Fina sedikit menggigit bibirnya sehingga kesan sexy begitu nyata.

'Aduh, aduh! Ekspresi itu beneran ... aish sial! Juniorku bangun!'

"Shit! Dia bangun, aaghh!"

Mas Jo mengumpat. Sementara Fina kini tertawa ngakak melihat wajah frustasi sang suami. 

"Ish, awas kau Fin! Pas kita ketemu aku makan kamu sampai puas. Bakalan aku bikin kamu gak bisa jalan seperti kemarin."

Fina hanya tertawa saja, sementara Mas Jo masih berusaha menenangkan gairahnya yang sudah sampai ubun-ubun. Dia sampai push up lagi demi untuk mengatasi gairahnya.

"Hahaha. Udah dulu ya Mas Jo. Dedek cantik mau bobo. Bye muah muah muah, assalamu'alaikum."

"W*'alaikum salam," teriak Mas Jo masih sambil push up.

Fina segera mematikan ponselnya sedangkan Mas Jo masih berolah raga.

Fina meletakkan ponsel di dekat nakas, menarik selimut, membaca doa, lima menit kemudian dia sudah tertidur.

Sementara Mas Jo masih push up. Hampir satu jam dia meredakan gejolaknya. Setelah selesai dia segera menuju ke ranjang dan ikutan tidur. Sebelum tidur, dia menatap foto pernikahan keduanya. Pernikahan yang tak direncanakan, namun begitu membuatnya bahagia karena dialah yang bisa memiliki wanita istimewa sebagai pendamping hidup. Tentu setelah melalui banyak drama rumit dan harus bersaing dengan para pria yang juga memperebutkan Fina.

***

"Hati-hati ya, Fin. Jangan ngebut. Jaga diri baik-baik."

"Iya, Mah."

Fina berpamitan dengan kedua orang tuanya tak lupa dengan tetangga sampingnya.

"Kalau ada apa-apa jangan lupa kasih tahu kita ya, Fin."

"Siap, Mas Rei."

"Belajar yang bener, kurang satu setengah tahun lagi bisa lulus dan meraih gelar spesialis."

"Sip."

Fina menuju ke pelukan Zaza.

"Hati-hati ya Fin. Jaga diri selalu."

"Iya, Mbak Zaza."

Fina pun segera memasuki mobilnya. Setelah mengucapkan salam, dia membunyikan klakson dan segera melaju membelah jalan menuju ke kampusnya. 

Butuh waktu sekitar lima jam bagi Fina untuk bisa sampai di kostnya. Setelah memarkirkan mobil di garasi khusus anak kost, Fina berjalan menuju ke rumah ibu kostnya.

"Mbak Fina. Udah balik?"

"Iya Bu Elly."

"Sendiri nih? Mana Mas Bojo?" 

"Hehehe, ah Bu Elly kayak gak tahu aja kan kita LDR-an."

Bu Elly tertawa lalu mengajak Fina masuk ke dalam rumahnya. Setelah bercengkrama cukup lama, Fina segera menuju ke kamarnya di lantai dua. Kebetulan, kost milik Fina berada sisi barat rumah Bu Elly. Kost milik Bu Elly terdiri dari sepuluh kamar berlantai dua. Lima kamar di lantai satu dan lima kamar di lantai dua. Kost-an ini sejak dulu adalah tempat Fina ngekost dari jaman S1 hingga dia melanjutkan spesialisnya di UGM.

Sampai di kamarnya, Fina segera membuka kerudung dan mengganti bajunya dengan daster. Kemudian dia memilih rebahan.

Suara ponsel yang berada di atas nakas mengalihkan perhatian Fina. Fina segera mengambil ponselnya. Dia tersenyum saat melihat nama sang suami tertera di sana.

"Assalamualaikum, Mas Jo."

"W*'alaikumsalam, Dek Fina Cantik. Udah lagi rebahan, kan?"

"Iya udah. Mas Jo lagi ngapain?"

"Ini lagi ngerjain artikel sama ngurusi beberapa pekerjaan dari bapak mertuamu tersayang sambil nunggu dosen datang."

"Hahaha. Semangat ya Mas Jo."

"Semangat dong kalau ditemani sama kamu."

"Oke deh."

Fina dan suaminya terlibat obrolan seru, Fina dengan posisi rebahan sementara Mas Jo sambil menyelesaikan tugasnya. Karena saking ngantuknya seperti biasa Fina malah tertidur. Suaminya yang sudah paham dengan kelakuan sang istri sama sekali tidak menutup sambungan telepon. Baginya, suara dengkuran halus Fina seperti melodi indah dan membuatnya semangat walau harus mengerjakan banyak tugas karena beban pekerjaan maupun tugas kuliah.

Suara panggilan dari rekan kuliahnya menghentikan kegiatan Mas Jo. Dia melirik ke arah arlojinya. Pukul sembilan kurang sepuluh menit, berarti di Indonesia sekitar pukul tiga sore. 

"Come on, Bro. Don't be late again."

"Oke."

Mas Jo segera menutup laptop dan membereskan semua benda di atas meja perpus dan memasukkannya ke dalam tas. Dia segera berjalan mengikuti sang teman untuk menuju ke kelas yang sebentar lagi akan dimulai.

***

Fina terbangun dengan perasaan lebih senang dan tubuh yang lebih enakan. Melirik ke arah jam di dinding. Pukul setengah lima sore. Saatnya mandi lalu sholat.

Selesai dengan kewajibannya, Fina memilih keluar kamar dan menuju ke lantai bawah di mana di lantai satu, teman-teman sekostnya sudah berkumpul di ruang santai yang berada dekat dengan dapur, ada televisi juga di sana.

"Acieee, pengantin baru. Akhirnya balik sini, juga."

"Hehehe." Fina hanya cengengesan digoda oleh teman-teman satu kostnya yang kebanyakan masih mahasisiswa S1 jurusan kedokteran sementara yang mengikuti spesialis hanya ada tiga orang yaitu Fina, Citra dan satunya lagi Fiska. Keduanya adalah teman S1 Fina yang kini menempuh spesialis juga tapi beda jurusan. Jika Citra mengambil spesialis anak, Fiska sendiri mengambil spesialis kulit dan kecantikan. Sementara Fina mengambil spesialis obgyn.

"Mas Jo, udah telepon belum?"

"Udah tadi."

"Hahaha. Gak nyangka ya Fin jodohmu si Mas Jo."

"Hooh."

Fina dan teman-teman satu kostnya sibuk bercerita dan bercanda. Sesekali saling menggoda dan tentu saja tema godaan penghuni kost adalah Fina yang harus menjalani LDR-an dengan Mas Jo.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status