Home / Romansa / Bukan Sekedar Sahabat / 5. Ketemu Mas Jo

Share

5. Ketemu Mas Jo

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2022-03-14 20:06:36

Lagi, Fina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Nathan yang tanpa tahu malu menemuinya lagi.

"Apa lagi?"

"Kamu bohong, 'kan?"

"Apa yang kamu katakan sama Mom waktu itu bohong?" lanjutnya.

"Kamu lihat ini?"

Fina menunjukkan cincin pernikahannya. Nathan menatap tak percaya.

"Kamu lihat, 'kan?" Fina masih memperlihatkan cincin di jari manis kirinya.

"Ini cincin pernikahanku. Memang kami baru akad. Tapi pernikahan kami sudah tercatat di KUA, aku sudah punya buku nikah juga. Masalah resepsi, itu bisa belakangan yang penting sah secara agama dan negara udah terpenuhi. Jadi nanti kalau aku hamil, status anakku jelas." Meski diucapkan dengan nada biasa tapi jelas ada sindiran dalam setiap kalimat Fina.

"Fin."

"Aku udah pernah bilang ke kamu, Nathan. Aku cuma nganggep kamu teman. Sejak dulu. Aku sama sekali gak ada rasa sama kamu. Mungkin sayang, tapi hanya sebagai teman. Gak lebih. Tapi Tante dan kamu selalu memaksa. Bahkan Tante sampai ngomong hal-hal gak enak sama mamahku. Dan aku gak suka. Mamah memintaku jangan menerimamu kalau hatiku menolak, tapi aku yang gak terima dengan tuduhan kalian akhirnya terpaksa menerima kamu. Dan lihat buktinya, kalian yang menganggap kami keluarga picik dan angkuh. Buktinya siapa yang picik? Siapa yang angkuh?"

"Fin."

Nathan tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia terlalu malu. Tapi mengaku salah dan meminta maaf pun percuma saja. Karena semua memang sudah terjadi. Fina menatap Nathan dengan tatapan tajam.

"Kita udah selesai. Jangan ganggu aku lagi. Aku wanita yang sudah menikah, jika kamu seperti ini terus? Semua orang akan menganggapku wanita gak bener. Dan kamu tahu itu bukan aku."

Fina berdiri lalu segera berlalu dari taman dan meninggalkan taman rumah sakit. Namun baru beberapa langkah, Nathan memanggilnya.

"Kamu menikah dengan siapa? Apa lelaki itu? Cinta pertamamu?"

Fina tersenyum lalu berbalik ke arah Nathan.

"Iya. Dan aku gak pernah menyesal menikah dengannya."

Fina berbalik lagi dan segera berlalu. Baginya sudah jelas, dia tak perlu menjelaskan apa-apa lagi pada Nathan. Sampai di ruangannya, Fina kaget mendapati ada tas tergeletak dengan isi hampir keluar di atas mejanya. Ada jaket, sepatu dan kaos kaki berserakan sembarangan. Fina berkacak pinggang, dan menatap kamar mandi dengan tatapan garang.

Seorang lelaki jangkung keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan sebuah handuk melingkar di lehernya.

Sang pria sedikit kaget mendapati muka sang istri terlihat garang kayak singa betina.

"Hehehe. Halo Dedek Sayang? Apa kabar, ayok peluk Mas Bebeb."

Sang pria merentangkan kedua tangan dan sebuah senyum yang menawan terkembang. Namun si istri yang berubah jadi singa masih menatapnya tajam.

"Hehehe. Bentar-bentar. Tak rapikan dulu ya, Dek."

Sang suami merapikan barang-barang miliknya dengan terus diawasi oleh Fina. Setelah selesai, sang pria merentangkan kedua tangan lagi sambil memasang mimik lucu dan begitu menggelikan. Mau tak mau Fina tertawa pun sang pria. Keduanya tersenyum lalu saling mendekat dan merengkuh dalam dekapan cinta.

"Assalamu'alaikum, istriku."

"W*'alaikum salam, suamiku."

Sang suami menghujani kepala dan kening Fina dengan ciuman bertubi-tubi. Fina hanya bisa tersenyum mendapat perlakuan romantis dari sang suami. Sengaja mereka tak berciuman bibir karena jika mereka lakukan jelas yang ada mereka akan berakhir di ranjang, sementara Fina masih bertugas.

"Libur?"

"Yup, its summer."

"Oh iya benar."

Keduanya masih asik berpelukan. Tak ada yang bersuara, karena keduanya masih meresapi pertemuan yang terjadi.

"Dok, lagi ada pasien eh! Maaf, Dok."

Kedua pasutri yang sedang berpelukan memisahkan diri.

"Sorry, beneran gak tahu deh ternyata ada Pak Bojo."

"Hahaha. Gak papa Sus. Ada hal gawat?"

"Iya nih."

"Ya udah, Mas tunggu di sini."

"Oke."

"Mas Jo istirahat dulu ya?"

"Siap istriku."

Fina pun keluar bersama Suster Reta untuk menangani pasien. Sementara Mas Jo memilih rebahan di balik ruangan kerja Fina. Dimana di sana ada ruangan kecil dengan ranjang kecil tempat Fina atau dokter beristirahat jika sedang praktek atau jaga malam.

Suara dengkuran Mas Jo terdengar tak lama kemudian. Sepertinya dia memang sedang kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh.

***

Sebuah kecupan di pipi kiri terasa hangat di pipi Mas Jo. Mas Jo tersenyum karena tahu ini ulah siapa. Langsung saja dia menarik Fina hingga Fina berada di atas tubuhnya.

Mas Jo membuka mata. Kedua mata pasangan halal itu saling mengunci. Mas Jo menarik tengkuk Fina hingga kedua bibir mereka beradu. Saling mengecup dan mencecap rasa yang menjadi candu bagi keduanya. Cukup lama mereka bercumbu bibir bahkan tak jarang keduanya bersilat lidah hingga decakan bibir keduanya terdengar begitu merdu di telinga masing-masing. Fina menjauhkan wajahnya, dia tak ingin mereka terpergok berbuat yang iya-iya di tempat dinas.

"Pulang yuk?"

"Okeh."

"Ke kost aja ya? Lagi sepi."

"Siap. Dimana aja yang penting ada kamu."

"Tapi kasurnya sempit?"

"Kan nanti aku bakalan terus di atas kamu dan berakhir kamu tertidur di atasku."

Fina mencubit perut sang suami. Suaminya ini selalu saja blak-blakan. keduanya berjalan dengan saling bergandengan tangan sambil bersenda gurau.

"Halo Dokter."

"Hai."

"Dih pengantin baru mesra."

"Cie, gak jablay lagi nih ye?"

"Moga-moga, bikin anaknya sukses ya?"

Berbagai ucapan selamat dan godaan berdatangan ketika Fina dan Mas Jo berpapasan dengan rekan kerja Fina. Fina dan Mas Jo hanya tersenyum, ikut berkelakar dan mengamini setiap ucapan yang baik.

Mereka sampai di depan pintu rumah sakit. Di sana mereka terdiam karena berpapasan dengan rombongan orang-orang yang sedang mendorong sebuah brankar.

Baik Mas Jo dan Fina kaget karena mendapati sosok lelaki yang mendorong brankar dan sosok wanita yang berada di atas brankar adalah sosok yang begitu mereka kenal. Tubuh Fina bergetar pun Mas Jo. Keduanya terdiam untuk waktu yang cukup lama hingga Mas Jo yang pertama kali sadar. Dia lalu menatap Fina yang masih menatap ke arah hilangnya kerumunan tadi.

"Sudah jadi jalannya," ucapnya sambil tersenyum.

Fina menoleh kemudian mengangguk. Ada senyum tulus dari bibirnya.

"Mas benar. Memang sudah jalannya begitu. Ayok."

"Jadi ke kost?"

"Gimana sedikit melipir ke tempat yang sepi?"

"Nah itu baru rencana yang bagus. Cepat kasih kabar buat ibu kostmu. Jangan sampai dia berpikir kamu diculik."

"Lah, emang lagi diculik, 'kan?" Fina menatap jahil ke arah sang suami.

"Yap. Tak culik mau aku kawinin biar cepat hamil," ucapnya sambil mengerling nakal.

Keduanya tertawa sambil berjalan menuju ke arah mobil Fina. Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada dua pasang mata yang menatap Fina dan sang suami dengan tatapan sedih.

"Maafin, mom. Nathan. Mom benar-benar gak tahu kalau mereka menikah. Padahal mom selalu memantau gerak gerik Fina agar saat kamu berani menemui Fina, kamu masih ada kesempatan."

Nathan sama sekali tak bersuara. Dia masih menatap Fina dan juga Jo, sahabatnya. Nathan memejamkan mata mengingat kembali ucapan Jo beberapa waktu yang lalu.

"Are you crazy? Udah aku bilang jangan paksa Fina."

"Aku gak paksa dia, dia yang mau?"

"Mau nikah sama kamu atau nungguin kamu?"

Nathan terdiam tak mampu menjawab.

"Ingat ya Nathan, Fina adalah gadis galak tapi pemaaf tapi dia paling benci dibohongi, dipermainkan dan disia-siakan. Dia mungkin memaafkan tapi gak akan memberi kesempatan. Dan aku akan segera mengambil bagianku yang aku ikhlaskan hanya demi menenggang perasan kamu." Jo pergi begitu saja setelah sebelumnya memberi beberapa pukulan untuk Nathan.

Dan ternyata apa yang dimaksud Jo saat pertemuannya waktu itu adalah dia akan berusaha mendapatkan Fina.

Sebenarnya sudah sejak awal, Nathan menyadari jika Jo menyukai Fina tapi Jo tak yakin jika Fina menyukai Jo. Mereka hanya sekedar teman tak lebih. Lagi pula, Nathan lebih lama mengenal Fina. Pasti dengan Nathanlah Fina akan jatuh cinta bukan dengan Jo. Tapi ternyata dugaan Nathan salah. Salah besar.

Kini, Nathan hanya bisa menyesali perbuatannya yang menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan Fina. Sehingga Jo benar-benar mengambil bagiannya.

***

Fina melenguh, dia berusaha membuka matanya. Fina mengejap-ngejapkan matanya kemudian sedikit mendongakkan kepala. Dia tersenyum menyadari kebenaran perkataan sang suami. Semalaman dia dan suami memang asik beradu gulat dengan berbagai posisi. Meski di awal penyatuan tadi malam, Fina masih merasakan  sedikit sakit tapi selanjutnya Fina sudah bisa menikmati penyatuan keduanya yang begitu panas dan mendebarkan.

Malam panjang keduanya ditutup dengan erangan panjang dengan posisi sang suami menghujam begitu dalam. Kemudian setelah merasa seluruh benihnya tertanam, Mas Jo membalik tubuh keduanya. Dan membiarkan tubuh sang istri berada di atas tubuhnya. Keduanya berpelukan untuk melepas lelah hingga ketiduran.

Fina masih mengamati wajah tampan sang suami. Dia benar-benar tak menyangka jika jodohnya adalah sosok Mas Jo. Ya ampun!

Fina menyilakan anak rambut yang menutupi dahi sang suami. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

Fina sama sekali tak bosan menatap sang suami sambil bernostalgia dengan memori masa lalunya. Masa-masa mendebarkan dengan kisah kasih masa putih abunya hingga dewasa berdatangan bak layar film. Dan dalam kenangan masa lalunya, selalu ada sosok yang kini sedang tertidur pulas dengan dengkur halusnya.

Sosok sang cinta pertama, sang pahlawan, sang pembawa kebahagiaan, sang sahabat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bondan Sutedjo
ceritanya datar aja...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Sahabat   97. Ekstra Part

    Sepuluh Tahun Kemudian Zio baru selesai bertugas. Dia segera membereskan barang-barangnya, memasukkan ke dalam tas, menaruh jas dan sneli pada tempatnya lalu segera keluar dari ruangannya. Di sepanjang koridor dia menyapa para perawat, rekan kerja atau tersenyum pada pasien atau pengunjung yang berpapasan dengannya. Sampai di parkiran dia segera masuk ke dalam mobil. Satu jam kemudian dia sudah sampai di rumah. "Sore Tuan Nathan." "Sore Gemma. Fin Fin sudah pulang?" "Belum, Nona Fina masih harus menunggu satu pasiennya yang mau melahirkan." "Oh, anak-anak mana?" tanyanya sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjuk angka setengah empat. "Jalan-jalan bersama Tuan Besar dan Nyonya." "Oke. Aku mandi dulu ya Gemma." "Baik, Tuan." Zio segera masuk ke kamarnya. Zio dan Fina akhirnya tidak LDR-an lagi sejak sembilan tahun yang lalu. Baik Fina dan Zio menyelesaikan program spesialis tepat waktu. Di sini Zio harus mengacungkan trofi buat sang istri. Di saat dia hanya memikirkan ku

  • Bukan Sekedar Sahabat   96. Kelahiran Sacha (Tamat)

    Tarik napas hembuskan. Fina berkali-kali mencoba mengontrol napasnya dan menahan agar tidak mengejan duluan. Sesuai perkiraan ternyata hari kelahiran putrinya hanya maju tiga hari dari HPL. Sang suami sudah diberitahu sejak Fina sering mengalami kontraksi palsu dua hari yang lalu. Zio bilang akan mengusahakan pulang, tetapi Fina paham jarak Paris-Purwokerto sangat jauh. Tapi tetap saja dia berharap sang suami segera pulang. "Suamimu katanya pakai jet pribadi lagi. Biasa nyewa punya temennya Mr. Oliver." Emma yang sejak satu minggu yang lalu sudah di Purwokerto menemani Fina bersama Nasha. Bahkan Ibu Arini juga sedang perjalanan menuju ke rumah sakit. "Sakit Sayang?" tanya Emma. Fina hanya mengangguk. Dia hampir mewek tapi berusaha tegar. Sang ibu yang paham apa yang dirasakan putrinya. Mengelus punggung sang anak yang sedang rebahan dalam posisi miring ke kiri. "Banyak istighfar ya Nduk. Mamah tahu rasanya. Kamu kuat." Fina tak bisa menahan tangisnya. Dia menarik tangan sang ibu

  • Bukan Sekedar Sahabat   95. Aku, Kamu dan Kita

    Zio sedang mengangguk-angguk sambil mendengarkan perkataan dosennya. Sejak satu jam yang lalu sang dosen yang sedang marah memarahi Zio karena berani membolos dari ujian. Fina yang kasihan kepada suaminya, turut membantu. Dengan jurus rayuan maut, Fina meminta ijin pada sang dosen untuk bicara. Dia bercerita apa adanya kalau dia dan Zio bertengkar hebat yang menyebabkan Zio langsung ke Indonesia demi menyelesaikan masalah rumah tangga. Cukup lama keduanya bicara.Zio padahal sudah pasrah jika harus mengulang satu tahun lagi. Tapi rupanya aksi heroik Zio membuat dosennya, prof. Louisa yang terkenal killer jadi simpati. Bahkan menyebabkan Zio harus mendengarkan kisah cinta sang dosen dengan suaminya yang juga penuh liku drama. Zio antara harus bersyukur dan siap kuping. Bersyukur dia diberi keringanan dan kesempatan untuk mengikuti ujian susulan tapi dia juga harus membayar kebaikan hati sang dosen dengan mendengarkan cerita sang dosen selama hampir dua jam. Fina sendiri hanya menyaks

  • Bukan Sekedar Sahabat   94. Hukuman Untuk Fina

    Flo tertawa saat melihat ponselnya menampilkan nomer Fina. Rupanya Fina mengajaknya melakukan panggilan video call. Flo segera memposisikan dirinya di samping pria yang semalaman berbagi peluh, cairan dan kenikmatan bersamanya. Dia segera menekan tombol terima dan tampaklah wajah Fina yang menatap Flo dengan tatapan membunuh."Hai Fin, gimana kabarmu? Masih sehat kan? Hahaha. Eh, suamimu semalam hebat banget tahu. Kemarin dia semalaman bersama Aisyah, dan tadi malam dia menghabiskan malam bersamaku. Hahaha. Kita habis kamu tahu lah ... bercinta." Flo menunjukkan leher dan bagian tubuh atasnya yang penuh tanda merah. Dia bahkan sengaja masih belum memakai baju dan menutupi bagian tubuhnya dengan selimut. Bukan itu saja, Flo bahkan sengaja memancing kemarahan Fina dengan mengecup punggung toples lelaki yang kini masih tidur di ranjangnya.Fina menampilkan ekspresi marah dan air matanya sudah meleleh, meluber-luber bersamaan dengan ingusnya."Brengsek kamu, Flo," desis Fina."Hahaha. Ya

  • Bukan Sekedar Sahabat   93. Menghajar Pelakor

    Fina baru saja menyelesaikan sholat subuhnya. Dia menatap jam yang menunjuk angka lima. Fina memegang perutnya yang sudah meronta-ronta ingin makan. Mau marah terus sama suami dan ngumpet terus di kamar juga bukan pilihan yang baik. "Kamu lapar ya Dek? Umi juga, tapi Umi masih marah sama Abi kamu. Nyebelin." Fina mengelus perutnya, tapi dasarnya sudah sangat lapar, perutnya sampai berbunyi. Fina sudah tak peduli dengan aksi marahnya pada suami. Dia memutuskan bangkit dan keluar kamar. "Bodo amat. Aku marah tapi aku lapar, ya aku mau makan." Fina segera membuka pintu kamarnya, namun dia kaget mendapati sesosok tubuh terjatuh mengenai kakinya. Fina berteriak dan meminta Zio bangun. Saking marahnya dia hendak menggunakan kakinya untuk membangunkan sang suami tapi sadar itu gak sopan dan dosa pula. Akhirnya Fina berjongkok dan membangunkan suaminya. "Hei bangun. Jangan tidur di sini. Sana tidur di kamar tamu." Fina mengguncang-guncang tubuh suaminya. "Zi, bangun Zi. Hei bangun." Ta

  • Bukan Sekedar Sahabat   92. Karena Kamu Istriku

    Sebuah pesan mampir di ponsel Fina. Tubuhnya bergetar akibat menahan amarah.[Kamu lihat, suamimu di sini banyak yang naksir. Dan dia selalu ada waktu untukku, putriku dan wanita lain. Jadi jangan berpikir kalau kamu itu cuma satu-satunya. Ya mungkin kamu satu-satunya di Indonesia tapi di Paris, Nathan punya kami]Fina hampir membanting ponselnya saat lagi-lagi Flo mengiriminya foto. Tadi foto Zio sedang berpelukan dengan Aisyah dan sekarang giliran foto toples lelaki yang mirip Zio sedang tiduran bersama Florence.[Kami sering menghabiskan waktu berdua, di tempat tidur. Dia memang hebat, selalu bikin puas dan dia sangat suka kalau aku di bawah. Dia bilang suka melihat ekspresiku saat mengerang di bawah tubuhnya. Hahaha. Dia juga bilang kalau sekarang kamu gak bisa menuhin hasrat dia gara-gara lagi hamil. Dan dia bilang kini kamu terlalu gendut, gak enak buat dipandang apalagi diajak gelut di kasur hahaha]Florence bahkan sampai mengirimkan emoticon tertawa mengejek membuat Fina marah

  • Bukan Sekedar Sahabat   91. Si Pembuat Masalah

    Fina mencoba menikmati kehamilannya. Bersyukur kehamilannya tidaklah terlalu rewel karena yang rewel dan ngidam parah adalah bapaknya. Zio yang manja jadi semakin manja. Beberapa hari setelah dia tahu sang istri hamil dan dia sendiri sudah kembali ke Paris, Zio jadi kena sindrom ngidam parah. Setiap pagi dia muntah-muntah dan lemas membuat keluarganya khawatir. Jika siang hari gejala muntahnya sudah reda. Tetapi Zio juga sering ngidam makanan yang aneh-aneh membuat Gemma, Antonio, Emma, Raphael hingga sepupunya si Benyamin kelimpungan mencari makanan yang diinginkan si calon bapak. Tapi diantara semua keinginan si calon bapak, hanya ada satu ngidam yang tidak bisa dituruti oleh semua orang."Fin Fin, Mas Jo kangen. Pengen peluk, Mas Jo ngidam nenen?" rengeknya.Fina hanya bisa meringis mendengarkan rengekan sang suami, setiap hari setiap waktu. Bahkan pernah suatu hari, Zio mengungkapkan keinginannya ketika mereka sedang video call-an dimana ada keponakan-kepanakan yang tentu saja men

  • Bukan Sekedar Sahabat   90. LDM

    Kembali ke rutinitas, mau tak mau Zio dan Fina harus menjalani LDM (Long Distance Marriage) untuk satu tahun lebih ke depannya. Menjalani LDM ternyata tidaklah mudah, ada saja masalah mulai dari gara-gara tidak mengangkat telepon sesegera mungkin hingga cemburu. Ya cemburu. Fina jadi super pencemburu gara-gara sosok Florence yang kini jadi berada di sekitaran Zio dan juga sosok Aisyah yang kini jadi lebih intens berhubungan dengan sang suami dengan alasan pekerjaan. Florence terlihat sekali mencoba memancing Fina lewat update-an status I*-nya yang memasang momen-momen bersama keluarga Evrard dan beberapa kali memposting foto Zio saat menggendong putrinya. Bahkan Aisyah yang kalem juga sepertinya masih berharap jadi madunya. Terlihat dari kehadiran Tuan Ali yang sering membawa sang putri ke rumah Raphael dengan alasan Aisyah sedang belajar bisnis. Sama seperti Fina yang jadi pencemburu, Zio juga cemburu pada sosok Faisal dan Azka yang merupakan teman baru Fina dan usianya lebih tua se

  • Bukan Sekedar Sahabat   89. Resepsi

    Malam harinya keluarga Nara berkumpul. Mereka semua membicarakan perihal perkataan Winda dan mau tak mau Zio dan Fina bercerita. Meski sedikit menyayangkan sikap sang putri, tapi Rayyan bersyukur, anaknya masih selamat. "Kita jadikan hal ini sebagai bahan pelajaran." Fina dan Zio mengangguk. Semua orang lalu beristirahat. Esok harinya semua orang kembali ke Purwokerto karena dua hari lagi resepsi pernikahan Fina dan Zio akan diselenggarakan. Fina dan Zio jadi ikutan sibuk. Acara resepsi pun digelar dengan meriah, baik Fina dan Zio tak pernah tak menebar senyum. Teman-teman kuliah dan SMA mereka banyak yang datang, kebanyakan pasti akan mengolok-olok dua pasangan. Untung baik Fina dan Zio tahan banting. Zaky, Yudho, Emi, Yuni, Riris dan kawan-kawan dekat Fina-Zio akhirnya datang. Mereka membuat suasana makin heboh apalagi dengan banyolan-banyolan dari Yudho dan Zaky. "Gimana malam hari? Jatah aman?" "Aman, Zak." "Aku yang deg-degan, gak bisa gegayaan." Zaky terlihat nelangsa kare

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status