Semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena perlakuan Yuka. Laki-laki itu tidak menyentuhnya, tapi menyiksa hati dan pikirannya dengan tingkah laku yang membingungkan. Apa sikap seperti itu disebut menggoda?
‘Ah, gila. Kepedean banget sih, Neth.
Mana mungkin orang seperti Yuka menggodanya?’
Maksudnya, kalau mau marayu ya minimal yang levelnya seperti Ivy. Atau seperti wanita yang pernah berciuman dengan Yuka waktu itu.
Ponselnya tiba-tiba bergetar membuyarkan lamunannya. Panggilan masuk dari ibunya.
“Halo,” jawab Aneth malas.
“Ke mana aja kamu nggak pernah telepon, nggak mampir juga di akhir pekan?”
“Lembur.”
“Bulan depan ada libur kan? Pulanglah ke rumah. Jangan cuma habisin waktu bekerja. Percuma kamu kerja setiap hari, sementara di usia segini anak gadis lain udah mempersiapkan pernikahan. Tetangga kita Tante Leny anaknya mau nikah bulan depan,&r
Haii, sejauh ini adakah krisar dari teman-teman pembaca? Btw hari ini author operasi, doakan yaa supaya semuanya berjalan lancar.
Hangat, nyaman, harum, dan sempit. Baru kali ini Aneth tidur senyenyak dan senyaman ini. Seperti ada kelegaan tersendiri. Sepanjang malam seperti dilingkupi aroma terapi selama tidurnya. Ia meregang sebentar sebelum membuka mata hingga menyadari badannya terbelit sesuatu namun bukan selimut.Bukan selimut???Dia pun membuka matanya yang masih berat. Seketika mengerjap kaget mendapati tangan kekar yang melingkari tubuhnya.‘Apa ini?!’Dia ketiduran di rumah Elden lagi?Tapi dia tidak bertemu laki-laki itu. Dia kan di apartemen Yuka.Apartemen Yuka.Begitu kata-kata itu terulang di kepalanya. Gadis itu membalikkan badan dan langsung terkesiap ketika melihat wajah tidur Yuka. Benar juga, kemarin Aneth menungguinya yang sedang demam. Laki-laki itu kembali merangkulnya setelah ia mandi.Ya, dia meninggalkan Yuka lebih dari lima menit kemarin. Tapi ternyata Bosnya belum tidur juga. Terpaksa Aneth mengham
Pertama kali dalam hidupnya Aneth dapat menikmati berciuman dengan seorang pria. Berciuman dengan normal tanpa didasari rasa takut, rasa bersalah, cemas, maupun keterpaksaan. Jika diingat, kemarin bahkan mereka melakukannya dengan penuh gairah. Hingga sebelum tidur, mereka melakukannya lagi berkali-kali dan lebih lama di ranjang. Meski gerakannya menuntut, tapi perlakuan lembut Yuka menenangkan.Ya, mereka memang tidur di ranjang yang sama. Tapi tidak ada hal lain yang dilakukan setelah itu. Lebih tepatnya karena Aneth tidak menghendakinya. Ia tidak mungkin memperlihatkan pada Yuka keadaan tubuhnya.Selama ini berciuman adalah hal yang menakutkan bagi gadis itu. Hal yang hanya pernah dilakukannya dengan Elden. Tanda yang akan mengingatkannya pada kejadian itu. Sebagai bentuk penebus atas apa yang ingin disimpannya rapat-rapat.Aneth tidak tahu, mengapa kali ini dia bisa melakukannya semudah itu. Saat dengan Valdi jelas-jelas kecemasan menyelubungi dirinya walau
“Ayo, Yuka juga duduk, makan sama-sama. Nggak buru-buru, kan?”“Nggak kok,” jawab Yuka menebar senyum menawannya.Tadi, sewaktu Aneth turun dari mobil, pas sekali saat kak Rena juga baru tiba di rumah Mama. Dia memanggil Aneth dan bertanya siapa yang mengantarnya. Lalu dengan wajah berbinar seperti matahari yang terik siang itu, laki-laki itu turun dari mobilnya menyapa kak Rena.‘Kukutuk kamu, Bos!’“Halo...” Yuka mengangguk sopan.“Oh,” Kak Rena terpukau sesaat menatap sosok yang super tampan itu. “Halo,”“Temennya Aneth?” tanya kak Rena kemudian.“D-dia atasanku di kantor kak!”“Atasan di kantor? Kamu diantar ke sini?”“I-itu tadi... sebelum ke sini ada urusan sebentar,” jawab Aneth tidak sepenuhnya berdusta. Mereka memang ada urusan di kos Aneth, kan.Yuka melirik Aneth sekilas
Aneth hanya melamun selama perjalanan, teringat pada perdebatannya dengan Om Ben dan kata-kata Mama yang terus membawa pikirannya berkelana pada kejadian-kejadian yang telah dialaminya. Ironisnya ia seperti ditampar oleh fakta bahwa dirinya dan Yuka sama sekali tak cocok.Ia juga tahu sejak awal mereka sangat berbeda bagai langit dan bumi. Yuka lelaki yang tampan, dari keluarga terpandang, cerdas, berkepribadian baik, pekerja keras, dan segudang kelebihan lain yang dia miliki, yang bisa membuat orang lain iri padanya, termasuk Aneth.Sementara Aneth, perempuan biasa dengan jerih payahnya, bukan golongan wanita super cantik, tidak pandai bergaul, tidak punya sesuatu yang patut dibanggakannya, gangguan mental yang kadang menyiksanya. Terlebih, ia bercacat. Meski telah bekerja keras dan berdoa, jika semesta tetap tidak mendukung, memang apa yang bisa diperbuat?Kemenangannya dalam sayembara itu pun pertama kali dalam hidupnya. Sesuatu tak terduga sepanjang sejarah.
Yuka masih tidak habis pikir. Ia baru saja ditolak mentah-mentah. Baru kali ini ada wanita yang mengabaikan perasaannya dengan sedingin itu. Sudah kesekian kalinya ia menghela napas. Duduk di sofa memindah-mindah siaran telivisi kabel di rumah orang tuanya tanpa berniat menonton.“Heh! Nanti remotnya rusak!” omel Yurika melempar diri ke sofa. “Kenapa sih lo?”Laki-laki itu menoleh sekilas dengan tatapan lesu. Lalu kembali sibuk menatap layar televisi yang berganti-ganti acara karena dia masih memainkan remot.“Tumben lo belom mandi siang begini, biasa lo paling rajin mandi bangun tidur?”Adik lelaki pertamanya masih diam tanpa semangat.“Abis ditolak lo ya?” Yurika masih lanjut bertanya.Respon Yuka yang memutar bola matanya membuat Yurika yakin kalau tebakannya tepat.“Ditolak siapa sih? Lo emang lagi deket sama siapa ya terakhir? Tumben nggak ada kabar beritanya,”&l
“Gila! Sialan! Brengsek! Beruntung banget lacur itu dikelilingin cowok ganteng hidupnya!” umpat seorang gadis mungil duduk di meja Bar.“Temen katanya?” Ia tersenyum sinis. “Paling-paling cowok yang dia goda juga,”Entah sudah gelas ke berapa bir yang diteguknya. Tubuhnya sudah tidak seimbang, gerakannya mulai kacau dengan pandangan sayu.“Yakin gue, dia nggak lebih dari cewek yang pindah laki pindah ranjang.”“Ka, udah berhenti! Lo udah mabuk parah tau nggak!” omel lelaki di sebelahnya.Gadis itu menggeleng. “Lo belain dia?! Lo di pihak siapa sih? Katanya lo suka gue? Jadi itu bohong?”“Nggak Ka,” Laki-laki itu melunak. “Tapi lo udah kebanyakan minum, besok masih kerja kan.”Ivanka mencondongkan tubuhnya dan menunduk ke arah Alex. Memperlihatkan belahan dadanya dari blus berpotongan rendah yang dikenakannya. Jemari tangannya yang tidak mem
“Cantik banget hari ini. Mau kemana Neth?” tanya Ivanka melihat Aneth memakai atasan turtleneck gelap yang pas ditubuhnya dengan rok tartan lurus sebetis.“Ah, mau ketemu temen pulang nanti.”“Temen?” Ivanka menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum penuh arti.“Iya, temen cewek, hei. Ngeledek melulu nih!”“Hehe... Gue kira mau ketemu temen lo yang rada bule itu, yang waktu itu dateng ke kantor ketemu Bos.”“Nggaklah, kami nggak sedeket itu,” elak Aneth.Jadi, yang akan ditemui Aneth hari ini adalah Yurika. Kemarin kakak perempuan Bosnya itu tiba-tiba mengiriminya pesan. Mengajak bertemu setelah pemotretan hari ini, usai jam pulang kerja. Karena merasa sungkan, Aneth pun mengiyakan.Lagi-lagi karena merasa tidak enak.Yah, dia tidak punya masalah dengan Kak Yuri. Apa salahnya bertemu? Temannya juga cuma Alex dan Ivanka yang setiap hari dit
Melangkah turun dari mobilnya yang terparkir di halaman indekos, ia sudah bisa melihat sosok Aneth yang berjongkok sendirian di seberang pintu kamar. Kepalanya bersembunyi dalam kedua lengannya yang bersidekap di atas lutut. Ponsel masih digenggam satu tangannya. Dia berjalan dengan langkah terburu menghampiri gadis itu. “Neth,” panggilnya saat sudah berdiri di sebelahnya. Yuka mengulurkan tangannya, membantu Aneth berdiri. Setelah gadis itu mengangkat kepala, barulah ia dapat melihat air muka syok berbaur rasa takut pada gadis itu. “Kamu belum masuk?” Gadis itu menggeleng lemah. “Saya... takut,” Susah payah dia menjawab dengan suara yang sedikit serak. “Gimana kalo ternyata ‘orang itu’ di dalam kamar pas saya masuk? Gimana kalo dia sembunyi di kamar mandi atau lemari? Saya nggak berani.” Sorot matanya penuh kecemasan. “Ayo aku temenin,” Yuka menarik tangannya lembut. “Tapi, kalo penyusupnya masih di dalam gima