“Memangnya kamu dapat kabar dari siapa jika ayah sakit?” tanya Raka.“Barusan ayah telepon jika dia sedang sakit, dan memintaku untuk segera pulang!” jelas Adara.Raka terdiam, ia tak bisa mengizinkan Adara pergi begitu saja, namun di satu sisi mertuanya sedang sakit dan membutuhkan anaknya.“Apa boleh aku pulang kerumahku, nanti jika ayah sudah sehat aku akan kembali lagi ke sini!” jelas Adara memohon.“Jika aku tak mengizinkan kamu pergi bagaimana?”Adara tiba-tiba merasa kecewa kepada Raka, ia tak menyangka jika suaminya itu tak mengijinkan Adara untuk mengunjungi ayahnya. Bagaimana bisa seorang anak melihat ayahnya sakit akan diam saja.“Apa kamu akan tega melihat ayah yang sedang sakit sendiri di rumah?” jelas Adara kesal.“Apa kamu pikir keputusan mu itu baik untukku? Nanti yang ada kamu tak akan kembali lagi ke rumah ini!” sergah Raka.Adara tak habis pikir dengan Raka, bisa-bisanya di situasi genting begini ia masih memikirkan hal semacam itu.“Aku mohon, izinkan aku pulang ke
Sudah selarut ini Raka masih terjaga menemani Adara yang tertidur pulas, ia sengaja memilih tidur di kursi supaya memberi kenyamanan untuk Adara.“Kamu jangan sampai sakit Adara, aku tak mau kamu sampai kenapa-kenapa. Jika kamu sampai sakit, bagaimana dengan aku? siapa yang akan mengurusku nanti?” lirih Raka.Ia tatap terus wajah Adara dari kejauhan, tampaknya kini Raka sudah timbul benih-benih cinta kepada Adara. Bagaimana bisa seprotektif itu jika ia tak memiliki perasaan kepada Adara.Adara terjaga, ia bangun dan melihat dirinya sudah berada di dalam kamar. Adara mengedarkan pandangannya dan melihat Raka yang sedang tidur di sofa.“Kenapa dia tidur di situ? nanti jika badannya sakit aku juga yang akan repot!” ujar Adara.Ia beranjak dari ranjang menghampiri Raka. Adara duduk di samping Raka dan membangunkan nya dengan perlahan.“Bangun, sebaiknya kamu pindah ke ranjang sana. Nanti jika kamu sakit badan, aku juga yang repot!” jelas Adara.Raka masih tidur namun tangan Raka melingkar
Adara memukuli tubuh kekar Raka, ia merasa dirinya kini tidak suci lagi. Lantas memangnya semalam Adara mabuk hingga ia tak sadar jika dirinya semalam sudah bercinta dengan Raka?“Sudahlah kamu jangan menangis dan terus memukuli ku, tenang saja nanti jika kamu hamil aku akan tanggung jawab!” jelas Raka tertawa kecil.Adara terus saja menangis sesegukan di balik selimut, ia sangat malu dengan dirinya sendiri dan terus menyalahkan dirinya.“Bagaimana nanti jika aku menikah lagi dan mempunyai suami, apa dia akan menerima aku yang sudah tak suci lagi!”Lagi-lagi Adara menangis dan terus tak percaya dia sudah tak suci lagi. Raka hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya itu seperti anak kecil.Ia beranjak dari tempat tidur meninggalkan Adara yang masih tak mau keluar dari dalam selimut. “Ayo sebaiknya kita mandi, nanti yang ada ayah akan mencari kita. Sebaiknya kita bareng saja biar lebih cepat mandinya!” ucap Raka yang terus mengejek Adara.Tangis Adara semakin kencang, ia
Mereka berbincang tanpa ada rasa canggung sedikitpun. Di dalam hati Adara kenapa mereka bisa seakrab itu padahal waktu itu dia bilang sangat membenci Adara dan juga ayahnya.Aku tak habis pikir dengan Raka yang kini berubah drastis menjadi sosok suami yang sangat berwibawa dan hangat, apa benar yang dikatakan Raka jika dirinya memang sudah mencintai aku?Adara duduk di samping Ayahnya dan mereka pun mengobrol santai. Ada di mana Raka selalu curi-curi pandang pada Adara yang sedari tadi bermanja-manja dengan ayahnya.“Kenapa dia tak mau bermanja-manja denganku? Giliran sama ayahnya saja seperti anak kecil yang sangat manja!” batinnya.Setelah di pertimbangkan lagi akhirnya Raka mau menginap satu malam lagi di sana dan Handoko pun sangat senang jika mereka tinggal lebih lama di sana.Raka tak henti-hentinya terus menatap Adara yang sedang membaca buku di sofa kamarnya. “Apa sih ngeliatin terus! memangnya nggak ada kerjaan apa.”Raka mengulum senyum, entah mengapa kali ini Raka merasa se
Sebelum Adara tiba di rumah Raka sudah bangun terlebih dulu dan mencari keberadaan Adara. Ia mencari Adara namun tak ia temukan.“Kemana dia, aku cari tak kelihatan batang hidungnya!” batinnya.Raka segera mencari para asisten rumah tangga dan menanyakan keberadaan Adara. Setelah menanyakan kepada asisten rumah tangga, Raka terkejut jika Adara pergi dengan Lim diam-diam.“Mereka mau kemana? apa mereka berpamitan?”“Tidak, Tuan. Mereka pergi tanpa berpamitan!” jelas salah satu asisten rumah tangga yang ada di rumah itu.“Apa mereka pergi ke suatu tempat, dan sengaja tak memberi tahuku!” Adara, Lihat saja jika kamu pulang, aku akan memberi perhitungan kepadamu!” ucap Raka misuh-misuh.Raka kini pergi ke kamar untuk menunggu Adara pulang di sana. Dia paling tak suka jika istrinya itu pergi tanpa berpamitan dengannya.Dalam perjalanan pulang Adara sengaja mampir ke sebuah toko roti langganannya dulu. Ia sengaja membeli beberapa kue, ayahnya sangat senang jika Adara membawakannya kue basah
Pagi ini Adara terbangun dan memeluk tubuhnya sendiri, tubuhnya remuk bukan main. Perlakuan kasar Raka membuatnya lemas tak berdaya. Ia tak kuat jika harus seperti ini terus, di rumah nya saja Raka berani kasar kepadanya, apalagi jika mereka berada di mansion milik Raka. Raka bergegas membersihkan tubuhnya kemudian berbaring lagi di ranjang, rasa lelahnya membuat ia tertidur. Sementara Adara tak bergerak sedikitpun, ia terus miring ke kanan dan terus meremas selimut yang ia pakai. “Kenapa Tuhan memasangkan aku dengan lelaki yang seperti ini, apa dia memiliki kepribadian ganda atau bagaimana. Aku sangat takut jika Raka memarahiku dan menyuruhku untuk melayaninya seperti tadi malam, rasanya seperti mau mati di siksa oleh Raka seperti itu. Aku kira setelah ia bisa sedikit demi sedikit bisa berjalan akan sangat baik, namun nyatanya dia malah mengeluarkan sifat aslinya!” batinnya. Mata Adara sembab, sedari tadi ia sudah berlinangan air mata, bahkan ia sampai kewalahan menghadapi Raka ya
Mariana menatap Adara dengan penuh tanya, ia khawatir jika suaminya tak mengizinkan mereka untuk pergi bersama.“Ra, bagaimana apa suamimu mengijinkan kita pergi?” tanya Mariana.“Dia baru saja bangun dan sedang sarapan, tapi dia akan kesini untuk berkenalan denganmu.”Mariana sangat antusias ingin tahu suami Adara yang seperti apa. Selang beberapa menit akhirnya Raka menghampiri kedua wanita yang sedang mengobrol di taman belakang.“Halo, maaf aku mengganggu kalian. Ini yang namanya Mariana? Saya Raka suami nya Adara,” ucap Raka dengan mengulurkan tangan.Mariana terkagum dengan paras rupawan Raka yang sangat tampan dan berwibawa. Nampak tak seperti yang Adara sering ceritakan.Mariana menatap Raka tak berkedip sedikitpun, ia baru tahu jika suami sahabatnya itu sangat tampan dan kaya raya.“Mariana, sahabatnya Adara. Maaf nih Om sebelumnya saya mau meminta izin untuk pergi bersama Adara apa boleh?” ucap Mariana terbata-bata.“Bener-bener dah ini si Adara, nikah sama orang kaya gak bi
Sesampainya mereka tiba di mall, Adara sangat antusias sekali ingin segera membeli semua yang selama ini ia inginkan.Kedua matanya melihat ke sekeliling toko yang berjejer rapi. Tampaknya hari ini Adara dan Mariana akan kalap belanja habis-habisan.“Akhirnya aku bisa menginjakan lagi kaki di sini, aku pikir setelah menikah aku akan menjadi budak suamiku sendiri. Ya Tuhan terima kasih banyak engkau telah mempertemukan aku dengan Mariana, dia yang bisa membawaku keluar dari rumah dengan mengantongi izin darinya.”Kali ini Adara tak akan khawatir jika berlama-lama di luar, tidak seperti kemarin. Dia keluar rumah tanpa berpamitan yang ada dia dihukum oleh Raka.“Dar, kenapa kamu diam saja ayo masuk!” ucap Mariana menarik lengan Adara untuk masuk ke toko pakaian yang pertama ia lihat.Kali ini ia sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Mariana. Mereka membeli beberapa pakaian yang ada di sana. Sedari tadi Mariana sangat penasaran apa benar rumor yang beredar, jika menikah dengan ora