Beranda / Rumah Tangga / Bukan Suami Sempurna / 4. Berikan Waktumu untuk Mendengarku

Share

4. Berikan Waktumu untuk Mendengarku

Penulis: ISMI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-02 17:28:26

*** 

“Sudah sore, kamu enggak dicariin suamimu, Nay?” tanya Alisya.

“Anak-anak masih betah di rumahmu, Sya. Enggak apa-apa, kan?” Kanaya balik bertanya.

“Kamu lagi marahan yah sama Raka?”

Kanaya menggeleng lemah, “Enggak kok, Sya. Aku hanya bosan di rumah, sudah lama enggak ketemu kamu. Aku kangen,” balas Kanaya.

Alisya langsung menghela napas, “Kamu tahu, Nay. Jika ada masalah itu selesaikan secara tuntas, jangan dibiarkan atau didiamkan, semua masalah akan tambah rumit, jika kalian tak menyelesaikannya. Jangan menambah masalah dengan berdiam diri atau membiarkan begitu saja. Kamu dan juga Raka akan sama-sama terluka dan salah paham, aku tahu kamu tipe orang yang suka memendam masalah seorang diri. Tapi, enggak salahnya kamu sampaikan apa yang kamu tidak suka dan membuatmu kesal pada suamimu. Suamimu berhak tahu, Nay.”

Kanaya hanya menyimpulkan senyum. “Saat ini aku sedang lelah, Sya. Mas Raka tidak peka dan juga dia tahu apa permasalahannya. Aku hanya ingin pindah dan tidak satu rumah dengan ibu mertua, itu saja permintaanku.”

“Kamu obrolin baik-baik, jangan diam dan membuat suamimu menerka-nerka, Nay. Kita itu seorang istri dan sudah hak kita juga didengarkan oleh suami. Jangan takut kecewa, jika kamu bicara baik-baik, aku yakin suamimu akan mencari solusinya,” ucap Alisya.

“Aku tidak yakin, Nay. Ibu itu kan janda, mana tega Mas Raka ninggalin ibu di rumah sendirian,” balas Kanaya.

“Kamu tidak sreg sama ibu mertua itu karena apa?” tanya Alisya.

“Banyak, Sya. Pola berpikir kita,  mendidik anak dan juga masalah sepele pun kita selalu berdebat. Aku hanya bisa pasrah dan ngalah. Tapi, lama-lama sabarku ada batasnya,” jawab Kanaya.

“Kamu ngobrol baik-baik sama suamimu. Adanya masalah dalam rumah tangga itu, diselesaikan berdua, bukan seorang saja,” usul Alisya.

“Mas Raka sangat sibuk, dia sering ke luar kota untuk perjalanan dinas dan sering lembur. Jadi, waktu dia di rumah hanya untuknya istirahat dan sama ibu saja, sedangkan denganku__” Kanaya tak sanggup melanjutkan ucapannya lagi.

Alisya langsung memeluk sahabatnya itu. “Jangan ditahan! Menangislah, aku tahu kamu memendam semuanya sendirian, jangan malu menangis di depanku,” ucapnya menguatkan.

“Aku dan anak-anak menginap di rumahmu yah?” tanya Kanaya dengan terisak.

“Kamu sudah minta izin suamimu?” tanya Alisya.

Kanaya menggelengkan kepalanya. “Nanti saja agak malam, biar dia tidak jemput aku dan anak-anak ke sini.”

Alisya menggelengkan kepalanya, “Aku menolak, jika kamu belum minta izin dari suamimu. Kamu itu ada suami yang bertanggung jawab, Nay. Jadi, hal sekecil apapun harus izin suami. Kalau Raka kasih izin, kamu dan anak-anakmu bebas menginap di rumahku,” janji Alisya.

Kanaya mengangguk samar, ia ragu memberitahukan suaminya perihal ia akan menginap di rumah Alisya. Apalagi rencananya ini dadakan. Dengan berat hati, Kanaya mengirim pesan pada suaminya.

“Sudah?” tanya Alisya dan Kanaya hanya menjawab dengan sebuah anggukan kepala.

*** 

Di rumah, Raka terus saja gelisah menunggu pesan dari Kanaya. Sudah mau Maghrib, tapi istrinya tidak juga memberi kabar. Raka langsung mengecek ponsel-nya dan ia membuka pesan dari Kanaya.

‘Mas, aku dan anak-anak malam ini menginap di rumah Alisya. Dia dan Fatih sendirian di rumah.’

Raka langsung terdiam, pesan yang ia baca membuat ia yakin bahwa Kanaya memang sedang marah padanya. Tanpa pikir panjang, Raka langsung mengambil kunci mobil, ia akan menjemput istri dan anak-anaknya, ia tidak mau malam ini tidak bisa tidur dengan nyenyak, apalagi permasalahannya dengan Kanaya semakin rumit.

“Mau ke mana, Raka?” tanya Maharani.

“Mau jemput Kanaya, Bu,” jawab Raka.

“Kanaya sama anak-anak ke mana?” 

“Di rumah Alisya, tapi Raka mau jemput saja.”

“Mereka mau nginap di sana?”

“Iya, tapi Raka enggak akan kasih izin, biar Raka jemput mereka.”

“Kalau mau nginap di temannya, jangan dilarang.  Kasihan, mungkin Kanaya butuh ketemu teman-temannya. Kamu di rumah saja, kita ada tamu sebentar lagi,” pinta Maharani.

“Tamu? Siapa?” kening Raka mengerut.

“Manda. Dia mau mampir ketemu Ibu sebentar. Kamu harus ketemu dulu, kan kamu temannya,” jawab Maharani.

Raka menghela napas, “Bu, enggak enaklah, Raka dan Manda itu masa lalu, lagian kalau Kanaya tahu, Raka enggak enak,” tolak Raka.

“Memangnya kalian mau ngapain? Kan, Cuma ketemu. Kalian juga bukan selingkuh di belakang Kanaya, ada Ibu dan juga Rieke. Lagian Kanaya tidak akan tahu, dia lagi nginap di rumah temannya. Sudah, kamu ketemu sebentar saja sama Manda, jangan ngebantah!”

Raka langsung diam, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran ibunya. Padahal, ibunya tahu kalau Kanaya sangat cemburuan.

Setengah jam berlalu, Manda datang dan disambut hangat oleh Maharani. Maharani langsung memeluk dan mempersilahkan perempuan itu masuk.

“Ibu, apa kabar?” tanya Manda dengan sopan.

“Alhamdulillah, Ibu baik. Kamu bagaimana kabarnya? Kamu makin cantik dan tambah muda saja, Manda,” puji Maharani.

“Ibu kalau muji itu suka bikin saya malu saja,” sahut Manda. “Alhamdullilah saya baik, Bu. Justru saya kaget karena Ibu itu tidak berubah sama sekali, tambah cantik.”

“Kamu itu bercanda dengan Ibu, Ibu sudah tua gini, sudah punya 5 cucu loh,” timpal Maharani.

“Saya serius, Bu. Ibu makin cantik,” puji Manda.

“Kak Manda,” sapa Rieke.

“Rieke, ah … kamu makin cantik yah,” balas Rieke sambil cium pipi kiri dan kanan.

“Kak Manda yang cantik, Kak Manda kayak umur 17 tahun saja mukanya, aku iri,” ucap Rieke.

“Dari dulu, bibir kamu selalu manis saja yah, Rieke. Tidak berubah,” kata Manda sambil terkekeh.

“Kak Manda memang tahu segalanya,” timpal Rieke sambil terkekeh.

"Rieke, panggil Mas-mu, bilang ada Manda,” pinta Maharani.

“Iya, Bu.”

Tak lama, Raka datang dan ia bersalaman dengan Manda.

“Apa kabarmu, Manda?” tanya Raka basa-basi.

“Baik, Ka. Kamu apa kabar? Katanya, sudah jadi PPK yah? Selamat yah atas jabatan barunya.”

“Terima kasih,” balas Raka singkat.

“Mana istri dan anakmu?” tanya Manda.

“Dia sedang menginap di rumah temannya, kebetulan cucu-cucu Ibu ikut juga,” Maharani malah yang menjawabnya.

“Oh … padahal hari Sabtu dan ada Raka, harusnya kalian habiskan waktu bersama, jangan malah sibuk masing-masing,” kata Manda.

“Aku tidak masalah, lagian istriku jarang banget menginap di rumah temannya,” balas Raka mulai agak kesal.

“Kamu memang terlalu baik Raka, dari dulu tidak pernah berubah sama sekali, beruntung istrimu mendapatkan suami sabar dan pengertian sepertimu,” puji Manda.

“Justru aku yang beruntung mendapatkan istri seperti Kanaya, karena dia adalah istri yang penurut dan juga sabar, jika bukan Kanaya, mungkin aku tidak akan kuat,” balas Raka memuji istrinya terang-terangan.

Manda tersenyum dengan kikuk, ia tidak menyangka sama sekali lelaki dingin seperti Raka ternyata memuji istrinya begitu terang-terangan di depannya. Hatinya sedikit cemburu, sebab Raka terlihat begitu memuja Kanaya.

“Aku ke kamar duluan yah, masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Kamu bisa ngobrol dengan Ibu atau Rieke,” pamit Raka.

“Iya, tak masalah,” sahut Manda tersenyum.

*** 

Kanaya tak bisa memejamkan kedua matanya, ia melihat kedua anaknya yang tertidur pulas dengan perasaan nelangsa, kedua anaknya begitu tidur dengan damai membuat naluri keibuannya merasa haru.

“Maafkan, Bunda, Nak. Karena cemburunya Bunda membuat kalian jadi ikut kebawa. Bunda merasa menyesal, Bunda kangen ayah kalian,” ucapnya pelan sambil menitikan air matanya.

Kanaya menghela napas, ia ingin segera tidur agar besok pagi bisa pulang bertemu dengan suaminya dan meminta maaf. Kanaya merasa dirinya kekanak-kanakan dan tidak bisa bersikap dewasa.

Sebelum tidur, seperti biasa Kanaya mengecek media sosial dan ia melihat story media sosial milik Rieke, kedua matanya terkejut saat ia melihat potret yang sangat jelas itu.

Air matanya mengalir deras, detik ini ia ingin apa yang dilihatnya hanyalah mimpi buruk.

"Manda... perempuan itu!" lirihnya perih.

*** 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Suami Sempurna    143. Mari Saling Mengenggam Tangan (TAMAT)

    ***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap

  • Bukan Suami Sempurna    142. Ingin Bahagia

    ***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng

  • Bukan Suami Sempurna    141. Hati yang Terlalu Berharga

    ***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi

  • Bukan Suami Sempurna    140. Sedekat Denyut Nadi

    ***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie

  • Bukan Suami Sempurna    139. Badai Kehancuran Telah Datang

    ***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p

  • Bukan Suami Sempurna    138. Dendam yang Tak Bisa Dipadamkan

    ***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status