“Tante makin cantik saja,” puji Adam pada Rieke.
“Kamu juga makin lucu dan ganteng Adam,” balas Rieke. “Iya dong. Adam itu mirip anggota BTS. Tante kan suka teriak-teriak enggak jelas lihat laptop kalau nonton BTS,” timpal Adam dengan polosnya.Rieke langsung menepuk jidatnya, “Aduh, gue bikin ponakan terkena demam K-Pop.”
“Tante, mau tinggal di sini?” lanjut Adam. “Iya, tapi enggak sekarang. Tante masih harus ngurus beberapa administrasi dulu. Kenapa? Adam pingin cepat-cepat sama Tante yah?” goda Rieke. “Iya. Habis kalau ada Tante, hidup Adam sangat terjamin,” balas Adam. Rieke mengerutkan keningnya. “Terjamin, kenapa?” “Kan Adam bisa jajan terus setiap hari. Jadi, kebutuhan jajan Adam dan juga kak Maryam terpenuhi dan sangat terjamin,” balas Adam dengan tingkah lucunya. “Ya, Tuhan! Kamu masih kecil suka pintar merayu, bagaimana kalau sudah besar!” keluh Rieke.Adam hanya cengengesan saat Rieke menatapnya dengan sebal.
Maharani masuk ke kamar Rieke, “Rieke, ayo kita makan,” ajaknya. “Sudah siap semuanya?” “Iya. Ibu sudah masak semur ayam dan juga sambal goreng kentang kesukaanmu,” jawab Maharani. “Adam, Ayo kita makan!” ajak Rieke. “Ayo!” seru Adam dengan girang.***
Setelah makan siang selesai, Adam dan Maryam sudah tidur siang. Maharani mengajak anak mantunya untuk berbicara santai di ruang keluarga. “Bagaimana proses kepindahanmu ke sini?” tanya Maharani. “Tinggal di acc sih, Bu,” jawabnya. “Baguslah, biar kamu bisa tugas di sini. Ibu khawatir kalau anak gadis Ibu terlalu lama di luar pulau,” ucap Maharani. “Bu, aku itu sudah dewasa loh. Sudah mau kepala tiga. Ibu terus saja menganggapku anak kecil,” keluh Rieke. “Kamu harusnya bersyukur karena Ibu masih terus mengkhawatirkanmu,” balas Maharani. “Raka, bagaimana proyekmu yang baru? Apa lancar?” “Alhamdulillah berjalan lancar, Bu. Sekarang masih tahap awal pengerjaan,” jawab Raka. “Syukur kalau lancar, Ibu berharap kamu jangan sampai sakit karena sering pulang malam,” kata Maharani. “Nay, kamu harus sabar dan pengertian kalau suamimu itu sering lembur, doakan suamimu agar terus sehat,” ucapnya pada Kanaya. “Iya, Bu. Nay selalu sabar dan juga berdoa untuk Mas Raka,” jawab Kanaya lembut. “Eh … Ibu baru ingat! Kemarin Ibu enggak sengaja ketemu sama Manda,” semangat Maharani. “Kak Manda, mantannya Mas Raka, Bu?” tanya Rieke. “Iya, kemarin Ibu ketemu di klinik dan Manda semakin cantik saja, dia seperti anak remaja saja, tidak kelihatan sudah kepala tiga." “Kok bisa Ibu ketemu di klinik?” tanya Rieke. “Katanya lagi enggak badan. Dia ternyata mutasi kerja di Jakarta sekarang,” balas Maharani. “Dia nitip salam buatmu Raka,” ucapnya pada Raka. Raka hanya tersenyum samar, lalu ia melirik kearah istrinya yang ia tahu bahwa raut wajah Kanaya menunjukan bahwa istrinya itu sedang dilanda cemburu. “Ibu sudah suruh Manda mampir ke rumah dan dia bilang mau main ke sini, Ibu senang mendengarnya,” ujar Maharani. “Sudah lama banget aku juga enggak ketemu Kak Manda. Dia sudah menikah, Bu?” tanya Rieke penasaran. “Katanya habis cerai, sudah tiga bulanan,” balas Maharani. “Apa?” pekik Rieke terkejut. “Masa perempuan secantik dan sehebat Kak Manda bisa cerai?” Rieke menggelengkan kepalanya. “Sudah suratan takdirnya harus begitu, kita sebagai manusia bisa apa. Ibu juga tidak menyangka, Manda itu sangat sopan dan juga pintar. Ibu ingat saat dulu dia adalah gadis pertama kali yang diajak Raka ke rumah, Ibu dulu langsung jatuh hati padanya.” Kanaya langsung terdiam, ia merasa ibu mertuanya tak punya hati dan tak menghargai ia sebagai istri dari anaknya. “Sudah, Bu. Jangan dibahas yang sudah lewat,” ucap Raka. “Ibu hanya ingat saja, lagian Kanaya juga enggak akan cemburu. Iya, kan?” tanya Maharani sambil melirik Kanaya. “Iya, Bu. Nay tidak masalah,” jawabnya sambil mengulas senyum. “Tuh, kan. Kamu itu terlalu takut. Istrimu juga tidak mempermasalahkannya,” cibir Maharani.Raka hanya menghela napasnya, sebenarnya ia tahu bahwa Kanaya pasti akan cemburu jika nama Amanda disebut di hadapan istrinya itu.
“Jangan-jangan Mas Raka belum Move on,” goda Rieke. “Sudahlah! Semenjak putus, Mas enggak ada perasaan apa-apa lagi sama dia,” jawab Raka ketus. “Ih, jawabnya ketus gitu. Kalau sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi, jawabannya santai dong, Mas!” Rieke menggoda lagi. “Sudah, tak usah dibahas lagi!” kesal Raka, lalu ia pergi meninggalkan mereka. “Eh, Mas kok pergi? Kenapa?” tanya Rieke sambil terkekeh. “Sudah, Ke. Jangan dibahas lagi, tahu Mas-mu itu tak suka kalau kita membicarakan Manda,” timpal Maharani. “Habisnya lucu lihat wajah Mas Raka yang gugup,” celetuk Rieke. “Eh, Nay. Maaf, aku hanya bercanda dan godain Mas Raka. Jangan cemburu yah,” ucap Rieke tiba-tiba ia merasa tidak enak. “Iya, enggak apa-apa. Aku tahu dia cuma mantannya Mas Raka aja,” sahut Kanaya.“Soalnya lucu saja kalau Mas Raka mulai ngambek, Manda itu mantan terindah dan satu-satunya buat dia, jadi saat ada obrolan tentang Manda, pasti saja dia kesal,” ungkap Rieke. “Tapi, kamu tetap jadi pemenangnya, Nay. Karena seindah-indahnya mantan, tetap saja lebih berarti teman hidup,” ucap Rieke.
Kayana hanya membalas ucapan adik iparnya itu dengan senyuman.
***
“Mau ke mana, Sayang?” tanya Raka saat melihat istrinya sudah rapih. “Ke tempat yang buat aku happy,” sahut Kanaya dingin. “Sayang... sama Mas enggak happy?” Kanaya tak menjawab, ia hanya sibuk merapihkan dress-nya. Raka menghela napas, “Mas antar kamu yah?” Kanaya menggelengkan kepalanya. “Aku sudah pesan taxi online,” sahutnya. “Kamu kenapa malah pesan taxi online? Mas kan ada di rumah dan kamu itu wanita yang sudah bersuami, Nay. Jika kamu pergi ke luar harus mendapat izin dariku, bahkan aku antar. Jangan sendiri,” ujar Raka. “Aku tahu aku itu wanita yang sudah bersuami, kamu tenang saja, Mas. Aku pergi keluar, bukan untuk menggoda laki-laki kok, lagian aku pergi bawa Adam dan juga Maryam,” timpal Kanaya. “Kamu bawa anak-anak juga?” tanya Raka kaget. “Iyalah, mereka anakku, memangnya enggak boleh ibunya bawa anak sendiri?” tanya Kanaya dingin. Raka menghela napas, “Bukan enggak boleh, tapi kamu enggak bilang dulu sama Mas,” balas Raka. “Barusan aku sudah bilang, kan? Mas enggak dengar yah?” “Sayang, bukan kayak gitu. Tapi, mau ke mana dulu?” “Aku sudah bilang, mau ke tempat yang bikin aku happy!” tegasnya. “Aku pergi dulu sama anak-anak. Nanti aku kabari lagi kalau sudah sampai,” pamit Kanaya. Raka menahan lengan istrinya. “Sayang, jangan begini yah? Jangan menyiksaku dengan sikapmu yang acuh. Mas mohon, jangan memperlakukan Mas seperti orang asing,” pinta Raka. “Aku biasa saja, hanya pikiran Mas saja yang menganggap aku itu acuh,” balas Kanaya. Raka menggelengkan kepalanya. “Kanaya yang Mas kenal itu enggak kayak gini! Kanaya yang Mas kenal itu perempuan yang hangat dan juga penuh perhatian. Ada apa, Sayang? Apa alasan dari sikapmu yang berubah sama Mas?” Kanaya mengembuskan napas pelan. “Nanti lagi bicaranya, Mas. Driver-nya sudah nunggu, aku dan anak-anak pergi dulu, Assalamu'alaikum,” pamitnya sambil mencium punggung tangan Raka. Raka menatap nanar kepergian istrinya itu dengan perasaan yang berkecamuk, “Apa yang harus Mas lakukan agar kamu tak mendiamkan Mas lagi, Nay?” tanyanya dengan lirih.***
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta