Share

Sebuah Rencana

Author: willia ds
last update Huling Na-update: 2023-08-11 13:09:30

Bertemu dengan pria yang ia pernah cintai dan hindari, jelas membuat Elle merasa terbakar. Ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan sedang bersarang di hatinya, sesuatu yang dapat meledak kapan saja. Oleh sebab itu, perempuan itu pun terdiam–berusaha menormalkan degup jantung dan ekspresinya.

Di sisi lain, Lucas tersenyum dalam hati. Ia senang melihat response Elle. Namun, pria itu berusaha menyembunyikannya.

"Silakan masuk,." ucapnya dingin–membuat Elle melangkah mendekat ke pria itu tanpa sadar meski menunduk.

"Apa yang kau bawa?"

"Aku memasak ayam panggang dengan sup akar teratai sebagai hidangan utama. Untuk hidangan penutup, aku menyediakan puding buah dan jus jambu yang segar," ucapnya tanpa berani melihat sang atasan.

Lucas tidak menjawab. Pria itu malah memandangi Elle yang terus menyembunyikan wajahnya.

Mengetahui itu, Elle semakin khawatir jika pria di hadapannya dapat mengenalinya. Ia pun lantas memutuskan untuk undur diri. "Selamat siang dan selamat menikmati, Mr. Smith. Aku harap, Anda menyukainya."

Sayangnya, Elle tak melihat jika terdapat karpet bulu tebal yang empuk.

Buk!

Elle tergelincir dan jatuh, hingga kartu akses miliknya terlempar ke depan kaki Lucas yang hanya diam di posisinya.

Di tengah kepanikannya, Elle berusaha mengambil kartunya.

Namun, baru saja tangannya menjulur meraih kartu itu, ia dikejutkan dengan sebuah teguran.

"Apa yang kau lakukan?"

Elle mendongak dalam posisinya yang berada di bawah kaki Lucas. Tatapan keduanya bertemu. Ia mendapati pria itu menatapnya, meremehkan.

"Ma-maaf," ucap Elle lalu bergegas mengambil kartunya dan beringsut menjauh, ”permisi, Mr. Smith.”

Hanya saja, sebuah sentuhan di lengan Elle, membuat wanita itu kembali berhenti. Terlebih, ia menyadari jarak antara dirinya dan Lucas menipis.

Sekuat tenaga, Elle mencoba tenang dan tidak gugup. Ini hari pertamanya dan Elle tidak ingin membuat kesan buruk.

"Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Elle–masih menunduk.

"Tolong buatkan aku minuman hangat."

Mendengar perintah itu, Elle lantas mengangguk dan undur diri. Sejujurnya, ia bingung kenapa Lucas seolah tak mengenalnya?

Tapi, ia tak ingin ambil pusing. Ketika pria itu mengizinkannya pergi, Elle lantas segera lenyap di balik pintu.

Sementara itu, Lucas masih terdiam dengan kedua tangan diletakkan di atas meja.

Namun perlahan, sebuah senyum miring muncul di wajahnya.

Jujur, Lucas sempat sedikit goyah saat menatap mata wanita yang pernah ia cintai itu. Untungnya, logika kembali menguasai diri Lucas.

Wanita itu harus diberikan pelajaran karena berani-beraninya mempermainkan Lucas di masa lalu.

"Kau benar-benar masuk ke perangkapku, Emanuelle Carl," lirihnya dingin, “dan tak akan bisa kabur lagi, seperti dulu.”

***

"Kau gila? Itu sudah menjadi tugasmu! Kau sudah menyetujui segala SOP yang ada dan aku tidak menerima segala alasan yang kau punya. Itu sudah berlaku untukmu sejak kau menyetujuinya."

Penolakan Executive Chef membuat Elle merasa bersalah.

Setelah mengantarkan makanan, Elle memang segera menemui pria itu untuk menanyakan apakah boleh orang lain yang mengantarkan makanan pada Lucas.

"Kau tidak sepenuhnya memenuhi kualifikasi, tapi Lucas menerimamu dengan baik. Jangan menjadi pegawai yang tidak tahu diri di hari pertamamu bekerja," lanjutnya, "cukup kerjakan apa yang harusnya kau kerjakan. Jangan banyak mengeluh. Kau seharusnya lebih bersyukur."

Mendengar makian itu, Elle hanya bisa menghela napas.

Perkataan pria itu tidak salah. Meski demikian, ia merasakan sedikit sakit hati.

"Kembali ke tempatmu sekarang, Ms. Carl. Aku tidak ingin melihatmu seperti ini lagi ke depannya. Mohon bekerja dengan serius," perintah pria itu lalu pergi–meninggalkan Elle yang terduduk di salah satu kursi.

Lemas, ia berusaha memutar otak untuk menghadapi hari esok.

Bagaimanapun, ia tidak ingin berhadapan dengan Lucas lagi. Terlebih, sepertinya ada sesuatu yang pria itu rencanakan.

"Aktingmu bagus sekali, Lucas." Elle berdecih lalu mulai merutuki dirinya yang tidak mencari tahu lebih dulu mengenai perusahaan ini dan bekerja dengan siapa.

Jika tahu ia akan bertemu dengan Lucas, lebih baik ia bekerja di tempat lain.

Sialnya, Elle sudah terlanjur menandatangani kontrak untuk satu tahun. Tidak ada cara lain selain menganggap mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" lirihnya, “seandainya saja, dia amnesia dan benar-benar tak mengenaliku.”

Elle lantas kembali bekerja–berusaha menyibukkan diri agar tak teringat kebodohannya, hingga waktu kerjanya selesai.

Wanita itu lantas berkemas.

Hari ini, ia harus mampir sebentar di sebuah toko mainan untuk membeli hadiah sederhana untuk Ares. Setidaknya, anaknya itu harus bahagia meskipun Elle dalam keadaan bingung luar biasa.

Untungnya, pencarian kadonya berjalan lancar.

Pukul setengah enam sore, Elle sudah tiba di rumah sakit dan menemukan anaknya yang sedang menonton kartun.

"Wah! Ibu membelikan aku rubik baru?!" seru Ares antusias sambil menerimanya.

Elle hanya mengangguk lalu mengecup singkat kening anaknya.

Tak lupa, ia mengucap terima kasih pada perawat yang bersedia menjaga Ares selagi ia bekerja.

"Ibu hari ini pergi ke mana?"

Elle duduk di sisi ranjang. "Ibu hari ini sudah mulai bekerja. Selama Ares di rumah sakit, perawat yang akan menemani Ares."

"Bekerja? Sebagai apa? Di mana?" tanya Ares beruntun. Anak yang kritis itu memang gemar bertanya.

"Sebagai juru masak di Emerson Lint Group."

"Itu sangat cocok dengan Ibu! Masakan Ibu sangat enak. Tapi, bukankah itu perusahaan besar? Bagaimana Ibu bisa bekerja di sana?"

Rasanya, Elle ingin menertawakan dirinya. Anaknya saja tak percaya bila ia bisa dengan mudahnya masuk ke sana. Seharusnya, Elle lebih waspada sebelumnya.

Hanya saja, nasi sudah menjadi bubur.

“Ibu?”

"Paman Eric yang memberitahu dan membantu Ibu," jawab Elle cepat.

Untungnya, Ares segera mengangguk.

Tidak banyak protes, ia kembali sibuk dengan rubik barunya.

Sementara itu, pandangan Elle terhadap Ares kini sedikit berbeda. Terbesit bayangan Lucas setiap Ares menatap matanya.

Hanya saja, tak lama, senyum sumringah tampil di wajahnya.

Elle sudah menemukan ide untuk esok hari.

"Kuharap kita akan jarang bertemu, Lucas Smith.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hangat

    Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Pertemuan Terakhir

    Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Adik Ares

    "unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Liburan

    Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Surat Terakhir

    Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hampir dipisahkan

    "Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status