Beranda / Rumah Tangga / Bukannya Udah Mantan? / mengikhlaskan masalalu.

Share

mengikhlaskan masalalu.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-04 18:28:24

Arana pov

Setelah makan siang aku mendapat kabar dari pak Gilang bahwa gugatan perceraian ku sudah masuk ke pengadilan. Mungkin dalam minggu ini akan ada surat panggilan dari pengadilan untuk mas Saga juga untuk ku.

Aku merasa lega tapi juga ada rasa khawatir yang menggelayut di hatiku. Ancaman mas Saga beberapa minggu yang lalu masih mengusik pikiran ku. Aku tahu betul sekeras kepala apa mas Saga. Aku berharap dia masih memiliki belas kasihan kepada keluargaku.

Aku sedang berjalan menuju halte bus saat sebuah mobil membunyikan klakson mengikutiku.

"Arana,..Keysa Arana" panggil seseorang dari dalam mobil setelah jendela mobil diturunkan.

"Kak Arya," sapaku lalu tersenyum.

Kak Arya adalah seniorku di sekolah dulu. Kami beda dua tingkat. Aku kelas sepuluh dan dia kelas dua belas.

"Mau pulang?" tanyanya setelah keluar dari mobilnya.

"Iya Kak." jawabku menghadap kearah nya.

"Ayo aku antar" ajaknya sambil berjalan mendekat lalu membukakan pintu mobilnya.

"Aku bisa pulang sendiri Kak" tolak ku yang tidak di hiraukan ya.

"Udah gak papa, aku antar. Jangan nolak niat baik orang." kekehnya sambil menarik pelan tanganku lalu memaksa aku masuk ke mobilnya.

"Maaf ya Kak, jadi ngerepotin" Kataku setelah Kak Arya duduk di kursi kemudi lalu menjalankan mobilnya.

"Gak ngerepotin Arana" kak Arya menoleh sebentar lalu kembali fokus kedepan.

"Belum makan kan? Cari makan dulu ya, aku lapar banget nih" ujar Kak Arya.

"Ini masih jam 4 kak. Belum waktunya makan malam" kataku memberi alasan.

Bukannya aku tidak mau. Hanya saja kami tidak terlalu akrab dulu maupun sekarang. Rasanya agak aneh makan berdua.

"Kalau makan sore boleh?" Tawarnya "Makan bakso pinggir jalan" katanya lalu menghentikan mobilnya di depan warung bakso pinggir jalan.

Kak Raka segera memesan dua porsi bakso dengan tambahan gorengan dan dua gelas es jeruk.

"Dua minggu yang lalu aku bertemu Gibran" beritahu kak Arya sembari menunggu pesanan kami.

"Oh iya." aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum.

"Dia mau nikah bulan depan" beritahu kak Arya "Sama Sarah, kamu ingat? Dia satu kelas sama aku dan Gibran" Tambahnya.

"Ingat kak" Tentu saja aku ingat, Sarah adalah cewek yang pernah melabrakku.

"Kalau kamu ada waktu ikut aku ke acara nikahan Gibran ya" pintanya.

"Nggak mau kak." tolakku. "Kami bukan teman, lagian aku juga gak diundang" tambah ku memberi alasan.

Aku dan Gibran tidak dalam hubungan yang baik bahkan bisa dibilang saling benci, setelah kandasnya hubungan kami.

"Gibran sangat menyesal dengan perbuatannya. Dia ingin sekali minta maaf sama kamu"

"Aku sudah melupakan semuanya Kak. Jika Kak Arya bertemu Gibran tolong sampaikan sama dia, aku minta maaf jika pernah menyakiti hatinya." pintaku tulus.

Bagiku, Gibran adalah masa lalu yang harus aku ikhlaskan. Mungkin kami di pertemukan bukan untuk bersama akan tetapi sebagai pelajaran hidup yang bisa diambil hikmahnya. Jadi, tidak ada lagi yang aku sesali dari pertemuan kami.

"Iya pasti." Jawabnya.

Kami berhenti berbicara saat pesanan kami datang. Setelah selesai makan Kak Arya mengantarku sampai kos, dia meminta no ponselku.

"Angkat telfonku nanti! Atau aku akan langsung mendatangimu" pesannya yang aku anggap itu sebuah candaan.

•••

Setelah selesai sholat isya', ponselku bergetar no kak Arya melakukan panggilan. Tapi aku matikan lalu ku kirim pesan bahwa aku sedang sibuk ada yang hal penting yang harus aku kerjakan.

Aku tidak Berbohong, aku memang sedang menunggu telfon dari Ryan, itu hal yang penting bagiku. Sepulang kerja Ryan mengirim pesan bahwa ada yang mau dia katakan nya padaku.

Untuk saat ini tiga sahabatku itu adalah deretan orang yang aku utamakan setelah keluarga ku, Karena mereka bertiga yang ada ketika aku terpuruk. Tak lama ponsel ku bergetar kembali, muncul nama 'Ryan the real' memanggil.

📞

[Assalamu'alaikum,] Sapaku pada orang diseberang

sana.

[W*'alaikum salam] jawabnya. [Lagi apa? udah makan?]

[Lagi telponan sama my best friend. Sudah makan tadi, ada yang bisa saya bantu tuan?] candaku lalu tertawa.

[Saya lagi cari teman hidup. Bisakah anda membantu saya] balas Ryan menimpali candaan ku.

[Ha ha ha] sontak aku tertawa. [Balikan sana sama Clarisa. Cewek sesempurna itu kamu putusin] gerutu ku jengkel.

Aku selalu merasa kesal jika mengingat Ryan memutuskan hubungan nya dengan Clarisa tanpa alasan yang jelas. Padahal Clarisa adalah gadis yang sempurna.

[Bagaimana perkembangan gugatannya?] Ryan mengalihkan pembicaraan. Dia memang selalu seperti itu, tidak mau membahas Clarissa.

[Tadi siang pak Gilang telfon, gugatannya sudah masuk pengadilan. Mungkin dalam minggu ini akan ada panggilan dari pengadilan] jelas ku.

[Kira-kira berapa bulan prosesnya?]

[Aku tidak tahu. Tapi aku agak takut] jujur aku merasa takut pada ancaman mas Saga.

[Kenapa?]

[Aku takut mas Saga melakukan ancamannya] kataku pelan.

[Aku akan mengurusnya. Akan aku pastikan ayahmu tidak akan kehilangan perusahaannya.] ucap Ryan tegas.

[Maaf selalu me,,,]

[Jangan mengucapkan kalimat yang aku benci] Ryan memotong kalimatku. [Setelah proses perceraian selesai, ikut aku tinggal di sini bersama mama. Mama sangat merindukanmu. Tapi jika kamu keberatan bersama,,, ]

[Jangan mengatakan kalimat yang aku gak suka! Iya aku akan ikut kamu kalau semuanya sudah selesai. Mamamu juga mamaku aku juga akan menjaganya]

[Kamu dan mama orang yang paling penting buat aku]tutur Ryan.

[Bercandanya jangan buat baper anak orang]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 152 Tamat.

    Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 151 Ulang tahun pertama Aksara Kahiyang Ayu Bagaskara.

    Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 150. Persiapan ulang tahun pertama Aksara.

    Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi

  • Bukannya Udah Mantan?    149 Kecemburuan Saga.

    "Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar

  • Bukannya Udah Mantan?    148 Bertemu Mantan kekasih.

    Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana

  • Bukannya Udah Mantan?    147 Saga tidak tahu waktu jika menginginkannya.

    Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 146 suami istri yang bucin.

    Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 145 Suami dan istri yang saling memahami.

    Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.

  • Bukannya Udah Mantan?    144 Menjenguk Kiara.

    Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status