Share

28. Mas Adit vs Mas Banyu

Pagi ini, setelah mandi keramas lagi dan salat subuh, Mas Adit mengajakku jalan-jalan.

"Mas Adit, Syahdu susah jalan."

"Kenapa, Syahdu?"

"Perih."

"Sini, kutiup ya, biar perihnya ilang."

"Nggak mau!"

"Ha ... ha ... ha. Atau mau lagi?"

"Mas Adiiiit!" teriakku gemes sambil kupukul pukul dadanya tapi buru-buru Mas Adit mencekal lenganku dan memeluk lalu menciumi keningku bertubi tubi.

"Sudah, ah, takut kesetrum lagi. Ayo, Syahdu buruan berangkat, keburu siang."

Dengan rambut yang masih sama-sama basah, kami pun menyusuri jalanan yang masih sepi, menikmati udara sejuk desa ini.

Di sepanjang jalan, Mas Adit menggandengku, sesekali memeluk bahuku walaupun kadang kusingkirkan lengannya kalau berpasasan dengan orang, malu.

"Mbah Syahdu? Ini Mbak Syahdu, kan? Dan ini pasti suaminya Mas Syahdu," setiap ketemu orang pasti menyapaku begitu.

"Kamu terkenal juga ya, Syahdu, di desa ini. Mantan bunga desa ya."

"Itu tadi kan tetangga-tetangga Syahdu. Teman Bapak."

"Teman Bapak? Kenapa kamu tadi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanyan
meski kelainan. syahndu jadi rebutan 2 laki-laki
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status