Share

Bungkusan kresek di tempat sampah
Bungkusan kresek di tempat sampah
Автор: Widya Yasmin

Penemuan di tempat sampah

Aвтор: Widya Yasmin
last update Последнее обновление: 2021-09-05 21:19:25

Bungkusan Kresek Di Tempat Sampah

 

Hai namaku Nirwana, sudah 5 tahun aku berumah tangga dengan Bang Chandra namun belum juga dikaruniai anak. Rasa iri di hatiku sering muncul tatkala tetanggaku membawa bayi lucunya jalan-jalan. Wajah lucu dan imut bayi sering terbayang-bayang dalam impianku, bahkan suara tangis bayi sering sekali terngiang-ngiang di telingaku karna saking inginnya memiliki anak.

 

"Terima aja nasibmu, suamimu cuma sopir angkot. Trus kalian juga tinggal di kontrakan yang sempit, makanya Allah belum mercayain kalian punya anak!" ucap ibu mertua.

 

Perkataan ibu mertua mungkin saja benar, karna memang suamiku hanyalah sopir angkot dan kami tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Penghasilan sebagai sopir angkot kadang tak menentu, jika sedang rame Bang Chandra kadang memberiku 150 atau 200 ribu sehari, tapi kalau sedang sepi kadang cuma 50 atau 45 ribu sehari.

 

"Bu Nirwana, kapan punya momongan?"

 

pertanyaan semacam itu sudah sering aku dengar dari para tetangga, mungkin cuma basa basi namun terasa sangat mengganjal di hati.

 

Hari itu aku hendak belanja sayuran di tukang sayur langganan yang biasa mangkal di depan kontrakan tempatku tinggal.

 

"Bu, beli toge yang banyak biar subur," ucap bu Warni sambil tertawa cekikikan.

 

Untuk menghargai sarannya aku pun mengambil satu bungkus toge dan satu bungkus tahu.

 

"Hahahahahaha nurut aja Bu Nirwana, kelihatan banget pengen punya anak!" ucap bu Cahya sambil tertawa cekikikan.

 

Ah sudahlah aku malas meladeni mereka, aku segera membayar belanjaanku lalu pulang.

 

Malam itu, saat aku dan suami sedang tidur dengan lelapnya. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang membuatku tak bisa tidur.

 

"Bang, bangun Bang," ucapku sambil menggoyang-goyangkan tubuh suamiku.

 

"Ada apa sih yang?" tanya suamiku sambil mengucek kedua bola matanya.

 

"Itu suara apa sih diluar?" tanyaku.

 

"Kayaknya sih suara kucing," ucap suamiku sambil sesekali menguap.

 

"Masa kucing, bukannya suara kucing itu meong---- myeong---" ucapku menirukan suara kucing.

 

"Itu suara kucing dewasa, kalau diluar kayaknya kucing yang masih bayi deh," ucap suamiku.

 

"Ayo Bang kita lihat, siapa tau ada orang naro bayi di depan rumah kita," ucapku dengan penuh harap.

 

"Jangan terlalu berharap nanti bisa kecewa," ucap suamiku.

 

"Ayo kita lihaaaat!" rengekku dengan manja.

 

"Baiklah," ucap suamiku lalu kami pun berjalan ke depan teras.

 

Sebuah dus indomie terletak di depan pintu kontrakanku, sepertinya ada seseorang yang sengaja menaruhnya.

 

"Ayo Bang buka, beneran bayi kayaknya," ucapku dengan semangat menggebu-gebu.

 

Namun saat dus itu dibuka, aku sangat kecewa dengan apa yang ada di dalamnya.

 

"Tuh kan abang bilang juga apa, kucing kan!" ucap suamiku.

 

Namun walaupun isinya bayi kucing, aku tetap membawanya masuk dan menaruh beberapa helai kain agar kucing-kucing itu hangat. Aku juga menyeduh susu kental manis untuk kucing-kucing itu dan Alhamdulillah mereka mau meminumnya.

 

Esoknya...

 

"Bang sebelum berangkat kerja, anter aku buang sampah yuk!" ajakku.

 

Tidak jauh dari kontrakanku ada sebuah tempat pembuangan sampah yang lumayan besar, namun untuk kesana kami harus melewati beberapa rumah kosong yang lumayan angker walaupun di siang hari. Makanya aku sering mengajak suamiku jika akan membuang sampah.

 

"Abang bisa kesiangan nih!" ucapnya.

 

"Pleeees," ucapku memelas.

 

"Baiklah," ucap suamiku akhirnya menuruti kemauanku.

 

Kami pun berjalan menuju tempat pembuangan sampah--

 

Saat melewati rumah kosong yang telah terbengkalai karna ditinggalkan pemiliknya bulu romaku terasa meremang..

 

"Bang, aku takut!" ucapku.

 

"Siang-siang gini masa ada hantu," ucapnya sambil menarik tanganku agar aku mempercepat langkahku. 

 

Setibanya disana aku segera membuang sampah-sampah yang tadi kubawa lalu membakarnya. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah bungkusan pelastik besar yang sejak tadi bergerak-gerak.

 

"Bang itu apa Bang?" tanyaku sambil menunjuk ke bungkusan plastik besar berwarna hitam.

 

"Paling kucing!" ucap suamiku.

 

"Ayo kita lihat!" ajakku.

 

"Tapi abang bisa telat nih!" ucapnya dengan wajah was-was saat melihat hari yang mulai siang.

 

"Ayolah Bang!" ucapku sambil menarik tangannya dengan paksa.

 

Aku segera meraih bungkusan plastik berukuran besar yang diletakan diatas tumpukan sampah itu, aku membukanya perlahan...

 

Dan apa yang ada didalamnya membuatku sangat terkejut..

 

"Ya Allah bayi Bang, bayi," ucapku sambil mengeluarkan bayi kecil mungil yang masih berlumuran darah.

 

"Masya Allah, iya bayi," ucap suamiku tersentak kaget.

 

"Owaaaaaaakkkkkk!" tangis bayi itu pecah saat aku mengeluarkan dia dari dalam pelastik yang terikat itu.

Aku segera membungkusnya dengan jilbab lebarku dan memeluknya dengan erat.

 

"Ayo kita pulang! kasian bayi itupasti kedinginan," ucap suamiku.

 

Tiba-tiba kakiku terasa berat untuk melangkah, seakan ada yang menarik bajuku dari belakang seolah memberi isyarat agar aku menoleh kebelakang. Aku pun membalikkan badanku namun anehnya tak ada siapapun, tapi rasanya tadi benar-benar ada yang menarik bajuku dari belakang. Satu lagi bungkusan pelastik besar yang terletak berbeda tempat dengan ditemukan bayi itu menarik perhatianku.

 

"Bang, kok batinku seakan berbicara bahwa aku harus membuka kresek itu deh," ucapku sambil menunjuk pada sebuah kresek besar di tempat yang berbeda.

 

"Itu sampah, kelihatan kok dari bentuknya!" ucap suamiku.

 

"Ah aku mau lihat!" ucapku sambil berjalan menuju plastik hitam itu.

 

"Nirwana, kamu kok ngeyel sih! kasian bayi ini kedinginan!" ucap suamiku.

 

Namun aku sangat penasaran, hingga akhirnya aku meraih plastik itu. Dan ternyata isi dari plastik itu membuatku sangat tercengang..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   Penemuan misterius

    10 tahun kemudian rumahtangga Nirwana bersama Chandra semakin bahagia. Karna kini mereka telah memiliki 3 orang anak yang menghiasi rumah tangga mereka. Bima yang kini telah berusia 10 tahun tumbuh menjadi anak yang tampan juga berbakti, selain Bima ada Nirmala yang berusia 7 tahun dan Nirina yang berusia 3 tahun.Chandra masih tetap menjadi supir angkot, namun kini ia tak lagi memakai angkot oranglain. Kini ia telah memiliki angkot pribadi, selain itu ia juga telah memiliki rumah pribadi yang ia beli dari uang tabungannya selama beberapa tahun."Mana nih kesayangan ayah?" tanya Chandra pagi itu.Tiba-tiba Nirmala dan Nirina berlari kearah Chandra."Aku!! Aku!!" teriak mereka."Bukan dong! kesayangan ayah adalah Bang Bima!" ucap Chandra sambil merangkul Bima yang sejak tadi berdiri di pojokan."Kenapa sih ayah sayang banget sama Bang Bima?" tanya Nirmala sambil mencebik.Nirwana hanya tersenyum meliha

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   POV : Susan

    Hai namaku Susan. 2 tahun yang lalu aku meninggalkan kampung halamanku untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal alamat temanku yang diberikan oleh orangtuanya aku pergi ke sebuah kota besar dengan perbekalan seadanya.Namun saat aku tiba di alamat yang kucari ternyata temanku sudah pindah, orang disitu tak ada satupun dia pindah kemana. Dengan langkah gontai aku berniat untuk kembali ke kampung halamanku, namun naasnya tiba-tiba dua orang preman membekap mulutku lalu menyeretku ke sebuah gudang kosong. Aku disekap di gudang itu berhari-hari bahkan aku juga dipaksa melayani nafsu bejat mereka.Hidupku telah hancur, aku benar-benar tak menyangka kehidupanku akan hancur seperti ini. Namun aku tak putus asa, aku segera kabur dari tempat itu saat mereka lengah. Namun ternyata mereka terus mengejarku hingga tiba-tiba aku bertemu dengan seorang wanita dengan makeup tebal dan rambut berwarna pirang."Tolong Bu, tolong saya!" teriakku."Mema

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   Terungkap

    Tubuhku dilempar dengan kuat ke sudut ruangan di rumah kosong itu."Kamu kan pedagang daging itu?" ucapku saat melihat tubuh yang tinggi besar mengenakan kemeja kotak-kotak."Aku sudah mencurigai gelagatmu yang aneh setiap kali bertemu denganku, sebenarnya apa yang kamu ingin tahu dariku?" tanyanya."Aku----aku----" tiba-tiba lidah lidah terasa kelu, aku benar-benar takut karna sejak tadi ia menenteng pisau untuk memotong daging."Apakah kamu yang membunuh Susan?" tanyaku dengan semua keberanian yang ada."Hahahahahhaha betul sekali, apakah kamu ingin merasakan apa yang dia rasakan?" tanyanya dengan tertawa yang sangat menakutkan."Tapi mengapa kamu membunuh Susan?" tanyaku penasaran."Karna dia mengandung anakku dan dia memaksaku agar aku bertanggung jawab padanya!" ucapnya dengan suara lantang."Ya Allah Bima ku sayang, kamu ternyata anak manusia laknat ini," gumamku sam

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   Disekap

    Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 11Oleh : Widya Yasmin"Belanjanya udah kan sekarang?" tanyaku pada Bu Ningsih."Iya, udah kok. Memangnya kita mau kemana sih, kok kayak buru-buru amat?" tanyanya."Kita mau ke tempat Pak Hadi mangkal," jawabku."Tapi mau apa?" tanyanya bingung."Pokoknya Bu Ningsih ikut aja!" ucapku sambil menarik tangannya."Gimana kalau suami saya sedang narik, bukan sedang mangkal," ucapnya lagi."Ya Ibu telpon dong," ucapku."Tapi saya lupa gak bawa Handpone," jawabnya."Ah ayo kita pergi aja dulu!" ucapku sambil menarik tangannya.Kami pun tiba di perempatan jalan, tempat biasa suamiku dan Pak Hadi memarkirkan angkotnya."Nirwana! ngapain kesini?" tanya suamiku dari kejauhan sambil berlari kearahku."Pak Hadi mana?" tanyaku."Tuh lagi ngopi!" ucap bang Chandra.Kami pun bergegas menuju warung kopi di pinggir jalan, ternyata benar Pak Hadi sedang

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   Siapakah pelakunya?

    Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 10Oleh : Widya Yasmin🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂Pagi itu.."Bang sarapan dulu," ucapku pada suamiku."Iya, abang masih kangen nih sama jagoan abang," ucapnya sambil menciumi pipi Bima yang lembut."Awas nanti lecet," ucapku."Iya deh," jawabnya.Aku pun membaringkan Bima di tempat tidur, ku taruh balon warna warni yang terikat diatas, dan Bima pun anteng bermain dengan balon itu."Bang," ucapku pada bang Chandra yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya."Iya, ada apa cintaku," jawabnya."Kemaren kan aku ke pasar bersama bu Ningsih," ucapku."Lalu?" tanya bang Chandra."Aku ketemu pedagang daging yang mencurigakan," ucapku."Mencurigakan gimana?" tanyanya."Kemeja yang dia pakai, sama persis dengan yang membunuh Susan," ucapku."Jadi sekarang gak mencurigai Pak Hadi lagi nih?" tanyanya."Pak Hadi kan jelas-jelas paling ogah

  • Bungkusan kresek di tempat sampah   Pedagang daging yang mencurigakan

    Esoknya, pagi-pagi sekali Bang Chandra berangkat kerja setelah melahap habis nasi goreng yang kumasak dengan penuh cinta itu."Abang berangkat kerja ya sayangku" ucapnya sambil mengecup keningku dengan mesra."Ini anakmu juga mau dikecup," ucapku sambil melirik kearah Bima yang sejak tadi kugendong."Ayah berangkat kerja dulu ya jagoanku, semoga hari ini ayah dapat rejeki yang banyak untuk jagoan ayah ini," ucapnya sambil mengecup pipi Bima dengan lembut."Hati-hati Ayaaah!" ucapku sambil melambaikan tangan Bima."Dadah kesayangan ayah!!" ucapnya sambil membalikan badannya.Semenjak kehadiran Bima dalam rumahtanggaku, aku merasa sangat bahagia. Suasana rumah ini menjadi hangat dan manis."Bu Nirwana!! Bu Nirwana!!" teriak seseorang diluar sana."Suara cempreng yang familiar bagiku" gumamku sambil begegas keluar."Iya, Bu Ningsih sayang ada apa?" tanyaku."Maaf ya Bu ganggu p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status