Share

Kang Dedi

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2022-07-30 22:51:12

Keesokan harinya kulihat Kang Dedi yang tengah menyiangi rumput. Tiba-tiba ia menoleh kearahku saat menyadari keberadaanku yang tengah memperhatikannya sejak tadi. Ia tersenyum lalu menyapaku dengan wajah santai, seolah tak tahu apa yang telah terjadi semalam padaku.

"Hallo, Mir, pagi-pagi ngelamun aja?" sapanya.

Aku langsung berjalan mendekati lelaki berkulit sawo matang yang kini memangkas dahan pohon jambu kristal.

"Kang Dedi, semalam saya dikejar Kuntilanak." Aku memberanikan untuk bercerita walaupun mungkin tanggapannya akan menertawakanku.

"Hahahahahahahhaha." Benar saja, ia tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar ceritaku.

"Dimana?" tanyanya setelah tertawa begitu lama sambil keluar air mata.

"Kuntilanak penghuni rumah Kang Dedi," sahutku.

"Kok Kuntilanak itu gak pernah nemuin saya, padahal lumayan buat nemenin selama saya tinggal disini," sahutnya santai.

Aku hanya menggeleng, benar juga, mengapa Kuntilanak itu tidak mengganggunya.

"Semalam Kang Dedi ngobrol sama siapa?" tanyaku.

"Cieeeee, kepo. Ya ngobrol sama istri saya lah, lewat telpon." Aku jadi malu sendiri karena telah berpikir bahwa Kang Dedi semalam mengobrol dengan sosok perempuan itu misterius itu.

"Sosok wanita misterius itu pernah meminta air juga mencuri makanan dari dapurku, sepertinya dia bukan Kuntilanak."

Kang Dedi hanya menggeleng dan berkali-kali menegaskan bahwa ia sama sekali tak tahu dengan sosok perempuan misterius itu, bahkan ia berani bersumpah bahwa perempuan itu tak ada di rumahnya.

Tiba-tiba kulihat sebuah mobil polisi berhenti di depan rumah Kang Dedi. Beberapa polisi datang lalu menghampiri Kang Dedi.

"Apa Anda pemilik rumah ini?" tanyanya.

"Iya," jawab Kang Dedi.

"Di rumah ini terjadi dua kali tindak penganiayaan, bahkan salah satunya menimpa suami Saudari Mirna hingga menghilangkan nyawanya," ucap polisi sambil melirik kearahku.

"Selama ini saya tinggal di Kalimantan, rumah ini saya biarkan kosong karena istri saya sudah meninggal, selain itu saya juga telah menikah lagi di Kalimantan," jawab Kang Dedi.

Lalu polisi menanyakan keluarga Kang Dedi. Lelaki berambut gondrong itu menceritakan bahwa keluarganya yang tinggal di kota ini hanya ibunya, sedangkan saudara lainnya tinggal di Kalimantan. Kang Dedi juga menunjukan tiket pesawat dengan tanggal penerbangan yang membuktikan bahwa Kang Dedi masih berada di Kalimantan saat semua tragedi itu terjadi.

"Menurut kesaksian Saudara Parman yang telah kehilangan alat vitalnya di rumah ini, ada sesosok wanita misterius yang memotong alat kelaminnya menggunakan pisau."

Lagi-lagi Kang Dedi hanya menggeleng dengan wajah santai seolah tak mengetahui apapun.

Setelah itu para polisi meminta ijin untuk kembali menggeledah rumahnya. Kang Dedi langsung mengijinkan dan mempersilahkan mereka masuk. Hasilnya masih sama, para polisi itu tak menemukan jejak wanita misterius itu.

Setelah itu para polisi itu pun pamit undur diri. Sedangkan aku masih termenung menatap perabotan di rumah itu yang kembali lengkap. Padahal Kang Dedi akan kembali meninggalkan rumah itu, mengapa rumah itu harus dipenuhi dengan perabotan?

Setelah itu aku langsung pulang dan mengerjakan rutinitas harianku. Satu jam berlalu tiba-tiba terdengar suara motor yang berhenti di depan rumah Kang Dedi. Kulihat dari balik gorden seorang pegawai minimarket mengantarkan beberapa kantung kresek belanjaan yang sangat banyak. Aneh sekali, padahal hari itu Kang Dedi bilang akan menempati rumah itu hanya seminggu, sepertinya esok ia akan kembali ke Kalimantan, lalu untuk apa ia belanja begitu banyak hingga beberapa kantung keresek penuh.

Saat malam tiba, tercium aroma sate dari depan rumah. Kulihat Kang Dedi tengah berbincang-bincang bersama Mas Eko, pedagang sate berkumis tebal.

"Anak-anak, Mama mau beli sate sebentar, ya."

"Jangan kayak waktu itu, Mah, lama banget sampe kami ketiduran," sahut Yudha.

"Oke," jawabku sambil mengedipkan mata.

Setibanya disana kulihat Mas Eko tengah mengipasi deretan tusuk sate diatas bara yang tampaknya berjumlah lebih dari 30 tusuk. Aneh sekali, padahal dia tinggal sendiri tetapi mengapa terus menerus membeli makanan dengan jumlah banyak.

"Saya beli satenya 25 tusuk aja," sahutku.

"Siap, nanti setelah Kang Dedi, ya," sahut Mas Eko.

"Sebenarnya malam itu saya pernah mengantar sepiring sate ke rumah ini untuk cewek cantik yang mengaku bernama Rere."

"Masa? Rere siapa ya, saya gak kenal," ucap Kang Dedi dengan wajah santai.

Mas Eko langsung termenung dan merasa heran. Tampaknya ia memiliki pemikiran yang sama, yaitu merasa heran dengan penampakan wanita misterius yang kadang ada kadang menghilang.

"Wanita misterius itu juga pernah meminta air bahkan mencuri makanan dari dapur saya," sahutku.

"Masa? Kok aneh ya masa hantu bisa nyuri makanan." Ekspresi wajahnya masih terlihat santai menanggapi semua ceritaku, seolah antara percaya dan tidak.

Setelah pesanan satenya siap, Kang Dedi langsung membayar lalu masuk rumah.

Tiba-tiba kulihat Mas Eko seperti kurang fokus menyiapkan sate pesananku, ia tampak celingukan sambil sesekali memegangi bulu kuduknya.

"Ngeri ya kalau dipikir-pikir, masa saya waktu itu bercanda sama Kuntilanak," bisiknya.

"Untung cuma bercanda, gak sampai nganu, kalau nganu mungkin burung Mas Eko sudah hilang," sahutku.

"Hus, jangan ngomong sembarangan," ucapnya sambil memegangi celana bagian depannya.

"Fokus saja membakar sate, anak-anak saya sudah lapar," ucapku.

Ia mengangguk lalu mulai membalikan deretan sate itu.

"Sebenarnya saya masih ragu kalau Rere itu demit, soalnya saya melihat jelas kalau dia itu napak di lantai," ucap Mas Eko.

"Sama, saya juga pernah melihat dia napak di lantai, dia seperti manusia biasa bukan setan, tetapi malam kemarin saya sempat dikejar Kuntilanak dari rumah ini, wajahnya serem banget beda sama wanita cantik yang meminta air panas dan mencuri makanan di dapur saya."

Wanita itu memang sangat misterius dan membingungkan. Jika dia manusia, tetapi mengapa ia bisa bersembunyi seperti bunglon yang sulit dicari keberadaannya. Kalau dia setan, masa dia butuh makanan hingga beberapa kali mencuri makanan di dapurku. Sejak Kang Dedi menempati rumah ini lagi, wanita misterius itu tak pernah lagi mengetuk pintu rumahku untuk meminta air panas ataupun mencuri makanan, mungkinkah karena Kang Dedi telah menyiapkan semua keperluannya sehingga ia tak lagi berkeliaran keluar rumah.

Tiba-tiba terdengar suara cekikikan dari dalam rumah Kang Dedi hingga membuat kami terkejut. Mas Eko langsung menyerahkan sate pesanku lalu lari terbirit-birit sambil mendorong gerobaknya padahal aku belum sempat membayar.

Aku pun segera meninggalkan rumah itu karena semakin lama suasana terasa semakin mencekam.

Sebenarnya siapakah sosok wanita misterius itu, kalau hantu istrinya Kang Dedi rasanya bukan, karena aku sempat akrab dengannya dan mengenali wajahnya.

Apakah Kang Dedi menyembunyikan wanita di rumahnya? Tetapi bagaimana caranya wanita itu selalu hilang setiap kali polisi mencarinya. Bahkan saat penggeledahan itu, beberapa polisi lainnya mengepung dari kebun samping dan belakang rumah untuk memastikan siapa tahu wanita itu keluar dari arah samping atau belakang. Namun, ternyata mereka tak bisa menemukan keberadaan wanita itu walaupun semua pintu sebelumnya telah terkunci dengan rapat.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Burung Suamiku Menghilang   Rencana

    "Setiap gue nyaris diculik, lo selalu ada. Apa jangan-jangan lo dalang dibalik semua ini?" tanya Siti pada Bryan yang dalam perjalanan pulang bersama Yura."Jadi gue harus diem aja melihat lo dalam bahaya?" tanya Bryan dengan wajah kesal."Kak Sinta, kita seharusnya berterima kasih sama Kakak ini," ucap Yura sambil menatap kagum wajah tampan Bryan."Sinta?" "Iya, nama panjangnya Kak Siti Yasinta, jadi bisa dipanggil Sinta juga," sahut Yura."Oh, ya, by the way gue Bryan.""Gue Yura, Kak.""Hati-hati Yura kalau kenalan sama cowok asing, jangan mentang-mentang dia good looking, karena bisa saja dia juga salah satu anggota kawanan penculik itu," ucap Siti sambil melirik ke arah Bryan dengan wajah sinis."Kalau gue penculik, gak mungkin gue balikin lo ke suami lo!" sahut Bryan dengan wajah kesal."Udah jangan berantem," ucap Yura sambil kembali menatap ketampanan lelaki berwajah bule yang tengah fokus menyetir.Beberapa waktu kemudian ia menghentikan mobilnya di depan rumah Siti. "Cepet

  • Burung Suamiku Menghilang   Stiker Kelabang

    Suatu hari Yura mendatangi rumah Yudha dan Siti. Mata Rendi langsung terbelalak melihat kecantikan gadis itu."Biasa aja lihatnya Rendi Lukmanul Hakim," ucap Yura sambil menutup mulutnya yang tengah menganga."Makin cantik aja, Kak Yura. Oh, iya, makasih banget, loh karena masih mengingat nama kepanjanganku dengan lengkap.""Udah, ah, berisik, aku mau ketemu sama Kak Sinta.""Kak Siti maksudmu?""Iya, whatever."Rendi mempersilahkan Yura masuk, tampak Siti tengah melatih bela diri pada beberapa gadis seusia Rendi."Kak!" panggil Yura.Siti langsung menoleh dan berjalan menghampiri adik iparnya itu."Kenapa gak bilang-bilang mau kesini?" Siti langsung memeluknya dengan erat."Ada hal penting yang ingin kubicarakan." Yura melirik ke arah Rendi seolah obrolannya itu tak ingin didengar siapapun."Oke, aku tak akan dengerin percakapan kalian," ucap Rendi sambil bergegas pergi."Rend, mainnya jangan jauh-jauh ya," ujar Siti."Siap, Kak." Siti mengajak Yura ke ruang tamu, lalu mempersilahka

  • Burung Suamiku Menghilang   Bryan

    Siti menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tasnya masih ada, karena di dalamnya ada ponsel yang GPSnya selalu aktif. Ia sengaja selalu mengaktifkan GPS agar Yudha bisa melacak keberadaannya.Namun, rupanya para penculik itu telah mengamankan tasnya lebih dahulu. Bukan hanya dimatikan tapi dilempar jauh dari mobilnya. Siti mencoba mencari cara agar ia bisa lolos, lalu tiba-tiba ia menggedor-gedorkan kepalanya ke kaca mobil, berharap menjadi perhatian bagi para pengendara lain.Namun, tiba-tiba penjahat itu mengacungkan pisau kepadanya."Berani macam-macam? Maka pisau ini akan menari di wajah cantikmu!" ancam penjahat itu.Siti mencoba pasrah sambil mencari cara lain untuk kabur. Jantungnya semakin berdegup lebih kencang saat ia lihat mobil yang membawanya semakin melaju menjauhi kota tempat tinggalnya. Mobil Siti semakin membayangkan bahwa dirinya akan kembali disekap seperti beberapa hari lalu.Setelah beberapa jam berlalu, mobil itu berhenti tepat di sebuah villa. Siti menoleh ke

  • Burung Suamiku Menghilang   Lelaki Misterius

    Dua lelaki itu melayangkan tendangannya hingga tubuh Siti terpental, sedangkan dua remaja tadi hanya berdiri dengan tubuh gemetaran."Kalian pergi dari sini!" teriak Siti.Dua remaja itu langsung kabur meninggalkan Siti yang tengah mencoba bangkit walau harus menahan rasa sakit.Dua lelaki itu langsung menangkap Siti, tetapi dengan sisa tenaga yang ada, ia berhasil membuat kedua lelaki bertubuh tinggi besar itu kembali terguling. Tanpa berlama-lama ia mencoba untuk kabur. Namun, dua lelaki tadi langsung bangkit dan mengejar Siti yang masih berada di gerbang, sedangkan dua remaja tadi telah jauh meninggalkannya.Dua lelaki tadi berhasil kembali menangkap Siti. Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju ke arah rumah itu. Seorang lelaki tampan bak Aktor Hollywood keluar dari mobil bersama dua remaja tadi."Lepaskan wanita itu!" teriak lelaki tampan yang mengenakan jas hitam dan kaca mata hitam."Bbbbb--."Belum sempat dua penjahat itu mengatakan sesuatu, tiba-tiba lelaki itu melayangkan

  • Burung Suamiku Menghilang   Sindikat Perdagangan Wanita

    Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren

  • Burung Suamiku Menghilang   Siti dan Yudha

    Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status