공유

MASALAH BARU

last update 최신 업데이트: 2025-08-13 19:10:29

Lucio tiba-tiba merasa kedinginan. Ia berusaha membuka matanya. Ia kaget bukan main ketika menyadari ia sedang berada di dalam sebuah kamar mewah seperti kamar hotel.

"Kamu sudah sadar?" Suara itu tiba-tiba membuatnya mendapatkan kesadarannya sepenuhnya. Lucio membuka kedua matanya lalu bangkit dari ranjang. Ia kaget bukan main setelah melihat sosok seorang gadis di tepi ranjang. Jantungnya seketika kembali berdegup sangat kencang untuk kesekian kalinya.

"Aku Maya. Kamu menabrakku sebelum kamu pingsan sehingga aku membawamu kesini."

Mendengar kata Maya, Lucio mengucak kedua matanya agar dapat dengan sempurna memandangi gadis yang menyebut namanya Maya. Yang ia pikir saat ini wanita di hadapannya adalah Maya yang tadi bersamanya di hotel.

"Ahh,,, syukurlah. Bukan Maya yang tadi," gumamnya setelah berhasil menangkap dengan jelas wajah gadis itu lalu kembali merebahkan tubuhnya lagi ke ranjang.                                  

                                               * * * * * *

Feren dan yang lainnya kembali ke kos dengan senyum sumringah karena telah diterima bekerja di sebuah Cafe.

Sosok pertama yang mereka cari setibanya di kost ialah Lucio. Namun sosok yang mereka cari tak juga mereka temukan keberadaannya di dalam kost yang berukuran sangat sempit itu. "Kita terlalu lama di luar. Mungkin Lucio bosan sendirian di kost. Dia mungkin telah pergi ke taman," ucap Feren kepada rekan-rekannya.

"Coba telepon dan tanya keberadaannya. Dia harus tahu berita bagus ini."

"Kalian tidak ada yang tahu kemana dia pergi? Apakah dia juga sudah mendapat pekerjaan baru?" Tanya Bambang penasaran pada yang lainnya.

"Harusnya kita langsung pulang setelah selesai interview tadi. Pras sih yang kelamaan belanjanya, padahal nanti kerja juga ada seragamnya, iya kan?" sahut Bram mulai menyalahkan Pras.

Kebersamaan mereka di dalam kost berukuran kecil itu membuat mereka sudah seperti saudara. Susah dan senang mereka rasakan bersama.

"Kalian ini ada apa sih? Kenapa jadi saling menyalahkan? Memangnya Lucio hilang?" Tanya Feren yang nampak mulai kesal dengan rekan-rekannya yang mendebatkan ketidakberadaan Lucio saat ini di kost.

"Yasudah, kamu telepon dia sekarang. Tanya dia dimana sekarang. Suruh dia pulang sekarang juga. Dia harus tahu kalau kita berlima sudah diterima kerja," sahut Juan menyela Feren yang nampak masih kesal dengan sikap rekan-rekannya.

"Sudah, tapi tak ada jawaban. Mungkin dia lagi sibuk," sahut Feren yang sedari tadi ternyata sudah mencoba menelepon Lucio beberapa kali namun tak ada jawaban.

"Kalau begitu kalain tunggu disini, aku dan Bambang akan keluar untuk membeli makan malam kita, kita harus rayakan ini," ucap Juan yang langsung menarik lengan Bambang untuk pergi bersama dengannya.

Suasana hening seketika. Feren masih terus mencoba menelepon Lucio namun masih gagal. Tak ada jawaban sama sekali dari Lucio.

Hampir setengah jam menunggu, Feren tiba-tiba dikagetkan oleh bunyi handphonenya. Ia mengira itu adalah Lucio.

Ternyata...

"Feren, to,,, tolong kesini segera, aku dan Juan kecelakaan, tolong kesini segera ya,,,," ucap Bambang dengan nada suara penuh ketakutan.

"Hah, kok bisa? Kalian posisinya dimana sekarang? Shareloc ya, aku segera kesana." Tanpa mengatakan apa-apa, Feren diam-diam langsung pergi meninggalkan Pras dan Erik. Ia tak mau membuat keduanya panik dan ketakutan. Pras dan Erik yang tidak tahu apa-apa hanya diam dan tidak membuat gerakan apapun di dalam kost. Hanya rebahan sambil memainkan gawai mereka masing-masing.

Sementara di sana, Lucio masih terbaring di ranjang milik Maya. Pengaruh alkohol yang ia minum dan ditambah benturan dengan Maya membuat kepalanya masih terasa pusing.

"Hei, ayo bangun. Aku sudah memesan makanan untukmu. Kamu makan dulu, ya." Maya mencoba menepuk pundak Lucio untuk membangunkannya. Setelah mencoba beberapa kali, Lucio pun bergerak dan bangun.

"Mmhh, maaf. Kepalaku masih terasa pusing," ucap Lucio setelah berhasil duduk dan berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya.

"Kamu tidak apa-apa? Apakah ada bagian tubuhmu yang sakit?" Tanya Lucio lagi pada gadis yang masih duduk di hadapannya.

"Aku tidak apa-apa. Hanya lenganku yang masih agak terasa sakitnya tapi it's okay. Tidak masalah."

"Maaf, aku sama sekali tidak melihatmu tadi," lanjut Lucio setelah berhasil memperoleh kesadaran dan ingatannya yang utuh.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu lari dari dalam hotel tadi?" Kali ini giliran Maya yang bertanya. Tentu saja ia penasaran apa yang telah terjadi dengan Lucio tadi di dalam hotel.

Lucio hanya diam, tak menjawab apa-apa sambil perlahan berusaha untuk bangkit dari ranjang.

"Hati-hati, pelan-pelan ya. Kalau masih pusing istirahat lagi saja, tidak apa-apa," ucap Maya lembut sambil bergerak cepat meraih tangan Lucio yang hampir jatuh ketika berusaha untuk berdiri.

"Tidak apa-apa. Terima kasih. Aku mau ke toilet, boleh?"

"Aku antar ya," sahut Maya lembut.

"Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri. Maaf sudah merepotkanmu," balas Lucio lembut mencegah Maya yang berusaha menuntunnya ke toilet.

Diam-diam Maya terus memperhatikan langkah Lucio. Ia kembali ke dapur dan mengambil makanan yang sudah ia pesan setelah Lucio berhasil masuk ke dalam toilet. "Handphone kamu berdering beberapa kali tadi, mungkin ada hal yang penting," ucap Maya memberitahu Lucio setelah lelaki yang tak sengaja menabraknya itu keluar dari toilet.

"Oh, ya? Aku sama sekali tak mendengarnya." Dengan cepat Lucio langsung meraih gawainya dan mengeceknya. Dan benar, ia menemukan tujuh belas panggilan tak terjawan dari Feren.

"Feren, ada apa ini?" Sekilas tampak kekhawatiran muncul di raut wajah Lucio setelah mengetahui Feren telah meneleponnya berkali-kali. Tanpa berpikir panjang lagi ia langsung menelepon Feren.

"Halo, Feren. Maaf tadi aku sama sekali tak mendengar bunyi handphonenya. Ada apa?" Tanya Lucio dengan nada panik setelah teleponnya berhasil terhubung dengan Feren.

"Dimanapun kamu saat ini, apapun yang kamu lakukan, tolong pulang sekarang juga. Aku shareloc sekarang."

Singkat, padat dan tegas. Tanpa basa-basi. Lucio dibuat semakin bingung oleh Feren. Ia mencoba menebak-nebak apa yang telah terjadi namun kepalanya kembali terasa sakit saat ia mencoba berpikir.

"Maaf, aku harus pulang. Teman-temanku membutuhkanku sekarang."

"Tapi kepalamu masih pusing, kamu yakin mau pergi secepat itu?" Tanya Maya berusaha mencegah Lucio.

Tanpa menjawab apapun, dan tidak mau menunggu tanggapan apapun lagi dari Maya, Lucio langsung bergegas pergi meninggalkan kamar Maya.

Namun setelah berhasil keluar dari kamar milik Maya, Lucio sekali lagi diserang oleh rasa takut yang ia rasakan sebelum kejadiannya dengan Maya di pintu hotel. Ia mengenali tempat ia berada saat ini.

"Ahhh, sialaaannn. Ternyata aku masih di hotel ini," umpat Lucio setelah melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa ia masih di hotel yang sama. Hanya beda kamar.

Lucio bergegas cepat untuk sampai ke bassement parkiran sepeda motornya lalu dengan penuh hati-hati bergerak meninggalkan hotel yang telah meninggalkan kesan buruk baginya di hari pertamanya datang kesini.

"Feren, sebenarnya apa yang terjadi? Please, jangan membuatku panik seperti ini." Kini, pikirannya kembali fokus tertuju pada saudara-saudaranya. Ia melirik ke layar gawainya yang sedang menampilkan peta dan garis warna biru yang harus ia ikuti saat ini agar bisa sampai pada tempat dimana Feren berada.

Ia sejenak melupakan kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu di hotel. Juga gadis yang baru saja ia tinggalkan setelah pertolongannya mampu mengembalikan kesadaran Lucio.

Siapa dia sebenarnya? Apa yang dia lakukan di hotel ini? Semoga bisa bertemu dengannya lagi esok atau lusa. 

Maya tersenyum seorang diri memikirkan sosok Lucio yang ia temui tanpa sengaja tadi di depan pintu. Ia memegangi bahunya lalu kembali tersenyum seorang diri.

Aku harus bertemu dengannya lagi. Harus....

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • CALL ME NUMBER ONE   GAIRAH CINTA PAGI HARI

    Mona terjaga saat merasa ingin buang air kecil. Ia membuka matanya dan betapa kagetnya ia saat menyadari ternyata Number One masih memeluknya dengan erat. Tangan Number One masih melingkar di perutnya. "Oh my God, ini kapan ya terakhir kali aku ngerasain tidur dipeluk kek gini? Udah lama banget gak sih? Ah, Number One. Kamu emang paling pinter bikin aku meleleh pagi-pagi gini," batin Mona sambil tersenyum bahagia. Niatnya ia langsung bangun dan menuju ke kamar mandi namun ia urungkan niatnya saat menyadari sesuatu yang lain. Number One memeluknya dalam keadaan telanjang. Dan yang lebih gilanya lagi, batang rudal Number One dalam keadaan turn on. Mungkin pengaruh ereksi pagi hari namun itu sangat menggoda Mona. Ingin sekali ia langsung menyentuh batang rudal yang semalaman mengokang di bagian pantatnya. "Ngga, aku ke kamar mandi buang air dulu. Abis itu, bakal aku balas kamu. Mumpung masih tidur, kan?" Pikir Mona jorok dan nakal. Ia dengan sangat pelan bergerak turun dari ran

  • CALL ME NUMBER ONE   KLIMAKS BERKALI-KALI (2)

    Setelah dua kali mencapai puncak kenikmatannya, Number One sama sekali tak membiarkan kesempatan bagi Mona untuk leluasa sedikitpun. Kedua tangannya masih diikat. Tanpa sehelai kainpun yang menututpi tubuhnya. Lubang gua miliknya pun masih tetap menganga di bawah sana. Ada rasa kepuasan tersendiri bagi Number One. Entah kenapa, saat Mona berhasil membuat dirinya berhasil mencapai puncak terlebih dahulu, ia merasa dendam dan ingin menyiksa wanita itu. Dan itu masih terjadi hingga kini.Number One duduk santai menikmati sebatang rokok. Ia sama sekali tak peduli dengan kondisi Mona. Ada rasa tak tega namun Number One masih merasa belum puas menyiksa wanita itu."Kamu serius membiarkan aka seperti ini sampai pagi?" Tanya Mona seketika. Tak ada kemarahan apapun dalam dirinya. Ia justru menikmati cara Number One memperlakukannya. "Aku masih belum puas bermain-main denganmu, Nona. Maafkan aku, tapi Nona tenang saja. Aku bakal puasin Nona," janji Number One. Lalu kembali fokus menikmati ro

  • CALL ME NUMBER ONE   PERTEMUAN FEREN DAN MAYA

    Setelah lama mengurung diri di kamar, Maya memutuskan untuk keluar sejenak. Tujuannya kali ini ialah taman tempat ia bertemu dengan Number One. Ia meninggalkan Nancy seorang diri di kamarnya. Namun ternyata, Nancy diam-diam mengetahui kepergian ibunya saat mendengar bunyi daun pintu dibukakan. Bukan tanpa sebab Maya ingin mencari angin segar atau sekedar menenangkan dirinya. Ia masih terbebani dengan permintaan putrinya. "Aku menolak permintaan Nancy, otomatis aku udah gak bisa lagi ketemu sama Number One. Kalaupun masih bisa, aku harus bermain rapi. Nancy gak boleh tahu sama sekali," pikir Maya seorang diri sedari tadi di kamarnya. Nancy yang mengetahui bahwa ibunya hendak pergi, diam-diam mengikuti. Namun saat tahu bahwa ibunya hanya pergi ke taman, Nancy akhirnya kembali ke rumah. Ia memilih pulang dan istirahat karena besok masih hari sekolah.Sementara itu, di lain tempat, Juan dan Bambang mencari keberadaan Feren. "Gue gak tahu, bro. Pas pulang tadi gue masih sempet liat dia

  • CALL ME NUMBER ONE   KLIMAKS BERKALI-KALI

    Seperti yang sudah-sudah, Number One paling tidak terima jika ia dikalahkan oleh wanitanya. Ia memejamkan matanya, membiarkan Mona tersenyum puas di atas perutnya setelah merasa menang atas dirinya. "Kita liat aja nanti, kamu atau aku yang bakal merengek minta dikasihani." Mona membalikkan tubuhnya setelah berhasil menelan semua cairan kental milik Number One. "Aku pikir kamu kuat loh, ternyata cuma segini? Baru diemut udah tumpah duluan," ledek Mona sambil tersenyum puas. Setelah mendengar kalimat itu keluar dari mulut Mona, Number One membuka matanya. Ia menatap penuh dendam wanita yang sedang tersenyum bangga itu. Secepat kilat, setelah berhasil mengumpulkan tenaganya, Number One mendorong tubuh Mona agar menempel ke dinding. "Wow, ada yang marah nih kayanya," ucap Mona masih dengan nada meledek dan berusaha tetap tenang. Sedangkan Number One sudah dipenuhi ambisi besar untuk menyiksa Mona. Number One melirik ke tempat lain seolah mencari sesuatu. Dan ia mendapatkan ide setela

  • CALL ME NUMBER ONE   MALAM PANJANG MONA (2)

    "Ahh, kamu ternyata pintar banget ya Number One?" Number One diam. Tak ada jawaban apa-apa. Hanya sebuah pelukan erat yang ia berikan pada pinggang Mona, sambil terus memagut bibir seksi Mona. Ia sendiri pun telah dikuasai oleh nafsunya sendiri.Sejurus kemudian, saat Number One sudah tak kuasa lagi menahan nafsunya, ia menggendong Mona ke ranjang. Kemudian meletakannya ke atas ranjang. Number One berdiri sejenak, menatap Mona dengan tatapan nakal dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seolah-olah ingin segera menerjang wanita itu sekarang juga.Namun lelaki itu diam, membiarkan Mona berbaring santai. Ia meraih gelas yang masih berada di tangan Mona lalu meletakkannya kembali ke atas meja. Number One berjalan kembali ke atas ranjang, mendekati Mona lalu membukan dress berwarna merah yang dikenakan oleh Mona. Ia menyisakan sepasang pakaian dalam atas dan bawah milik Mona, lalu kembali ke meja. Tanpa berpikir lebih lama lagi, Number One me

  • CALL ME NUMBER ONE   MALAM PANJANG MONA

    "Berapapun lamanya, aku siap melayanimu, Nona." Sebuah jawaban singkat. Sebuah respon balik yang tak pernah dilakukan Number One selama ini. Panggilan Nona yang ia berikan pada Mona membuat wanita itu seketika mematung lagi. Pipinya memerah, mulutnya bungkam, namun tidak di dadanya. Jantung Mona berdegup sangat kencang. Ia sungguh jatuh cinta dengan lelaki yang ada di hadapannya saat ini. Namun ia sadar bahwa itu tak mungkin terjadi. Mona sadar akan usianya. Juga sadar bahwa semua ini hanya sesaat saja. Hubungannya dengan Toni memang tidak seharmonis pasangan lain. Toni lebih memilih wanita lain untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Sedangkan Mona, ia terperangkap disini sekarang. Bukan berarti ia tak lihai soal urusan ranjang, tapi inilah kenyataannya.Semua itu membawanya untuk berada disini. Bahkan ia tak tahu menahu bahwa Toni ternyata selingkuh dengan teman baiknya sendiri. Karena itu, Mona pun melakukan hal yang sama. Tapi bukan untuk mendua. Hanya untuk sesaat. Hanya untuk meme

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status