Jakarta, 10 Oktober 2022.
"Tess!" "Tess!" "Di mana aku.." Seorang gadis bergaun putih panjang berjalan perlahan di sebuah tempat yang asing. Langkahnya penuh keraguan, karena ketakutan menyelimutinya. Gadis itu adalah Selena. Selena menelusuri area yang lembab dan diselimuti kabut tebal. Suasana di sekitarnya terasa suram, dan jarak pandangnya terbatas hanya beberapa meter dari tempat ia berdiri. "Papa?" panggil Selena, berharap ayah angkatnya mendengar. Namun, keanehan tempat itu membuatnya semakin resah. "Rangga?" Selena melangkah dengan hati-hati, seolah-olah ia berjalan dalam kegelapan. Lalu, dari balik kabut di depannya, tampak sosok perempuan berdiri mengenakan busana kerajaan zaman dahulu, dengan bunga melati menghiasi sisi kanan kepalanya. Wanita itu berdiri membelakangi Selena. Rasa penasaran menyelimuti Selena, namun ia tetap diam, hanya memperhatikan tanpa berani bertanya. "Jangan ikut campur, Nak," ujar perempuan itu tiba-tiba. "Anda berbicara padaku?" tanya Selena kebingungan. "Ya, menurutmu siapa lagi? Aku peringatkan sekali lagi, jangan ikut campur atau akan ada konsekuensinya," kata wanita itu. "Maaf, saya kurang memahami maksud Anda, Nyai," jawab Selena, menyapa sosok itu dengan sebutan Nyai. "Aku tidak akan mengganggumu karena ada yang melindungimu. Tapi jika kamu terus mencampuri urusanku, sebesar apa pun pelindungmu, akan kuhadapi," ujar wanita itu dengan tegas. Sosok tersebut lalu berbalik dan perlahan menghilang di tengah kabut. "Nyai, tunggu!" panggil Selena, tetapi wanita berbusana kerajaan kuno itu telah pergi. Selena melangkah lebih jauh ke depan, mencoba mencari sosok perempuan itu, memusatkan pandangannya, namun tetap tidak menemukannya. Hingga tiba-tiba, sesosok wajah mengerikan dengan mata hitam pekat dan mulut menganga muncul tepat di hadapannya. "AAAH!!" Selena tersentak ketakutan. Ternyata, Selena hanya bermimpi. Ia terbangun dengan napas terengah-engah, syok dengan mimpi yang baru dialaminya. "Astaghfirullah.. Sudah berkali-kali aku bermimpi hal seperti ini, ada apa ini, ya Allah..." gumam Selena, masih terguncang. Ia bangkit dan meminum air putih dari nakasnya, lalu menyadari sosok teteh putih menatapnya dengan tatapan tajam. "Teteh, ada apa?" tanya Selena, keheranan. "Hati-hati, ya, Selena..." ujar Teteh Putih sambil mengusap rambut panjangnya. "Hati-hati? Aku kan hanya tidur, bukan mau pergi," balas Selena bingung. "Pokoknya hati-hati, Selena..." ulang Teteh Putih, lalu dia mulai menangis dan perlahan menghilang. Selena tertegun melihatnya, merasa aneh dengan sikap Teteh Putih yang tiba-tiba murung. Namun, ia tak terlalu memikirkannya lagi. Ketika melihat jam, ternyata sudah menjelang pagi, dan Selena pun bangun untuk berwudhu di kamar mandi. Sudah beberapa bulan berlalu sejak Nicholas pergi ke luar negeri, dan selama itu, Selena masih terus membantu sosok-sosok atau orang-orang yang terkena gangguan tanpa bantuan Nicholas. Kini, ia ditemani oleh Rangga, yang tinggal di rumah ayah Nicholas sebagai pelindung sekaligus teman bagi Selena. Musim hujan pun tiba, dan setiap hari hujan terus turun, seperti pagi ini, saat Selena sudah siap mengenakan seragam sekolahnya, hujan deras mengguyur di luar. "Nak, nanti Papa ada jadwal operasi, jadi mungkin pulangnya agak malam," ujar ayah Nicholas sambil sarapan bersama Selena. Rangga duduk di meja yang sama, ikut sarapan bersama mereka. "Baik, Pa," sahut Selena sambil tersenyum. "Kenapa abangmu tidak menelepon hari ini? Biasanya pagi-pagi sudah ribut seperti orang demo," tanya ayah Nicholas, membuat Selena tertawa kecil. "Tadi malam bilangnya pagi ini tidak telepon, katanya sedang sibuk," jawab Selena. "Hmm, sok sibuk," ujar ayah Nicholas sambil terkekeh, membuat Selena ikut tertawa. "Mungkin nggak ya, Pa, kalau Bang Nicholas sudah punya pacar?" tanya Selena sambil tersenyum lebar. "Bisa jadi," sahut Rangga menimpali. "Hmm... menurut Papa, itu kecil kemungkinan. Abangmu bukan tipe yang mudah tertarik untuk pacaran dengan orang asing. Lagipula, budaya di sana sangat berbeda dengan budaya kita, pergaulannya sangat.. bebas," jawab ayah Nicholas. "Iya juga sih.. Bang Nicholas itu kayak tembok," celetuk Selena, membuat ayahnya tertawa kecil. "Tanya saja langsung ke abangmu, siapa tahu dia bisa jawab rasa penasaranmu," ujar ayah Nicholas. "Papa pergi dulu ya, hati-hati ke sekolah," ujar ayahnya. Selena pun mencium tangan ayah Nicholas, diikuti oleh Rangga yang melakukan hal sama. Meskipun Rangga bekerja di rumah itu, ayah Nicholas memperlakukannya dengan penuh kebaikan, seolah-olah ia bagian dari keluarga. Setelah itu, Selena dan Rangga berangkat ke sekolah. Saat di dalam mobil, tiba-tiba Nicholas menelepon lewat video, membuat Selena tersenyum senang. "Abang!" panggil Selena dengan antusias. Terdengar suara tawa dari Nicholas di seberang. "Mau berangkat sekolah, ya?" tanya Nicholas, dan Selena mengangguk. "Iya, tapi suara Abang bindeng, sakit ya?" tanya Selena khawatir. "Hmm, beberapa bulan nggak ketemu, anak cerewet jadi sakit, nih," sahut Nicholas, membuat Selena cemberut sambil terkekeh. "Bilang aja kangen, kan.." ledek Selena, membuat Nicholas tertawa kecil. Rangga tersenyum melihat keakraban Selena dengan abang kandungnya. Selena yang baik hati memang selalu bisa membuat orang di sekitarnya menyayanginya. Rangga teringat masa kecil mereka, saat dirinya menjadi satu-satunya teman Selena karena Selena sering dianggap aneh. Tapi sekarang, semua orang menyayanginya. Rangga merasa senang melihat perubahan itu. Selena dan Nicholas hanya berbicara sebentar, sekitar sepuluh menit saja, karena Nicholas sedang sangat sibuk. Namun, ia tetap menyempatkan diri untuk menghubungi Selena. Sesampainya di sekolah, mereka melanjutkan pelajaran seperti biasa, hingga akhirnya tiba waktu istirahat. Saat itu, Linggar, pemuda berwajah dingin yang selalu terlihat tak tersenyum, mendekati Selena. "Linggar, ada apa?" tanya Selena. "Bisa ikut gue sebentar?" tanya Linggar. "Eh, kemana?" tanya Selena, namun Linggar hanya diam dan menatapnya. Selena merasa ngeri karena tatapan Linggar sulit untuk dipahami. "Selena, kenapa?" tanya Rangga, sambil menatap Linggar. Linggar juga melirik Rangga. Suasana di kelas mendadak tegang, dengan Selena dikelilingi dua cowok tampan yang kepribadiannya begitu berbeda, Linggar yang dingin seperti es dan Rangga yang hangat seperti api. "Nanti aja," kata Linggar singkat, lalu pergi meninggalkan Selena. Selena pun menghela napas panjang setelah Linggar pergi. "Kenapa, Selena? Dia ganggu kamu?" tanya Rangga, terlihat khawatir. "Ayo, kita keluar dulu. Nanti aku ceritakan di kantin," ajak Selena, dan Rangga mengangguk setuju. Mereka pun keluar dari kelas, dan Selena mulai menceritakan mengapa Linggar mendatanginya. Rangga hanya mengangguk-angguk mendengarkan cerita Selena. "Hm.. tapi kayaknya dia anak nakal, ya? Wajahnya bengis banget, nggak ada senyum-senyumnya," komentar Rangga. Selena terkekeh mendengarnya. "Jangan gitu, nanti kalau dia dengar gimana?" ujar Selena sambil tertawa, lalu mereka mLinggarkah ke kantin. “Cuma nggak nyangka aja.. aku harus bertemu dengan calon tumbal pesugihan di zaman yang sudah sangat maju ini. Entah orang tua Linggar yang terlibat, atau mungkin Linggar punya nasib yang sama seperti aku dulu,” pikir Selena dalam hati. Selena sudah paham arti dari asap hitam yang sering mengikuti seseorang, artinya orang itu akan segera meninggal karena akan dijadikan tumbal dalam pesugihan. Beruntung, Selena telah dilatih oleh Ustadz Sholeh dan ayah Nicholas, jadi dia bisa mengenali dan mengusirnya, dengan bantuan sosok aki. Setelah itu, Selena merasa perutnya sangat sakit. Dia memutuskan untuk pergi ke toilet, meninggalkan Rangga yang sedang makan di kantin. Meskipun Rangga ingin ikut, Selena melarangnya dan menyuruhnya untuk melanjutkan makan. "Aduh.. sakit banget," gumam Selena sambil memegang perutnya yang terasa melilit. Saat keluar dari toilet, Selena tak sengaja bertemu dengan Linggar yang baru keluar dari kamar mandi. Saat itu, dia melihat asap hitam kembali mengelilingi Linggar. “Asapnya ada lagi..” pikir Selena, khawatir. "Ikut gue," kata Linggar, sambil menarik tangan Selena menjauh dari toilet. Mereka berdua kini berada di samping lapangan tenis. "Linggar, maaf," kata Selena, sambil menggenggam tangan Linggar dengan erat dan memejamkan matanya. Linggar terdiam, terkejut, sambil memandang tangan yang digenggam oleh Selena. Ia juga memperhatikan Selena yang tampak sangat fokus dengan mata terpejam. Di dalam hati Selena, ia sedang melihat sosok wanita cantik seperti ratu, mengenakan pakaian kuno, namun matanya tampak seperti mata reptil. Selena hanya bisa melihat setengah tubuh sosok itu, yang kemudian berkata sesuatu padanya. "Jangan ikut campur, nak.." kata sosok itu dengan senyuman, tapi senyumnya penuh makna. "Aku akan menyelamatkannya," jawab Selena tegas, lalu membuka matanya dan bertemu tatap dengan Linggar. "Lu, mau menyelamatkan siapa?" tanya Linggar, bingung. "Elu.." jawab Selena, lalu melepaskan genggaman tangannya dari tangan Linggar. Waktu istirahat kelas Selena pun berakhir, dan Selena buru-buru berlari meninggalkan Linggar yang masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. "Nyelametin gue?" gumam Linggar pelan. Sebelumnya, dia berniat bertanya sesuatu pada Selena, namun kini semua rencananya terlupakan setelah Selena mengatakan hal yang sangat aneh.Seorang gadis tengah marah dan kesal karena usahanya dan rencananya tidak berhasil, sudah berhari-hari bahkan sudah hampir dua minggu tapi tidak ada sedikitpun kemajuan dari apa yang direncanakannya. Dia sedang menangis tersedu-sedu di kamarnya sampai temannya kebingungan karena gadis itu mengurung diri sejak kemarin."Allee, come on.. buka pintunya!"Ya, Allee.. dia belum pulang ke LA dan dia masih di Jakarta. la masih berusaha mengejar Nicholas, Allee bahkan tidak peduli dengan pendidikannya dan terus menerus berusaha agar misinya berhasil, misi untuk menaklukan Nicholas.Tapi sejak dirinya datang ke dukun yang dipanggil Aki sampai hari ini, dia belum mendapat hasil apapun. Bahkan saat dirinya bertemu dengan Nicholas pun Nicholas tidak merespon apapun, malah kini semakin menjauh seolah benar-benar tidak mengenal Allee."Kamu bilang aku bisa mendapatkan Nicholas dengan cara yang kamu katakan, sekarang mana! Aku tidak mendapatkan apapun, Nicholas malah semakin jauh dariku." Teriak All
Selena tidak masuk kuliah akhirnya, karena dia sedang mual dan muntah-muntah parah. Tidak ada yang keluar sebenarnya, tapi Selena terus mual dan muntah air saja.Nicholas juga akhirnya tidak masuk dan dia merawat Selena di rumah, tapi sekarang dia sedang ke apotek untuk membeli sesuatu."Bu, beli alat tes kehamilan tiga dari merk yang berbeda." Ujar Nicholas, si ibu apoteker terkejut mendengarnya, seorang laki-laki beli alat tes kehamilan."Oke, sebentar mas." Ujar apoteker.Tak lama alat tes kehamilan dari tiga merk berbeda pun dikeluarkan, Nicholas lalu membayarnya. Nicholas hendak pergi tapi dia kembali lagi dan bertanya pada ibu apoteker."Bu, mau nanya sedikit boleh?" Tanya Nicholas, ibu apoteker pun terkekeh."Banyak juga boleh, mas. Mau nanya apa?" Tanya ibu apoteker."Nggak jadi deh bu, makasih." Ujar Nicholas, lalu pergi.Nicholas pun pulang ke rumah, dan ternyata Selena masih belum bangun lagi padahal sudah jam 7 pagi. Nicholas kemudian perlahan membangunkan Selena."Dek.."
Beberapa hari setelahnya, datang kabar baik dari Linggar dan Reyna yang ternyata mereka berhasil mendapat restu kedua orang tua Linggar dan mereka akan langsung dinikahkan bulan depan.Mendadak memang, semua karena kedua orang tua Linggar takut mereka jadi zina karena mereka tinggal satu atap walau tidak satu kamar. Apalagi ibunya Linggar yang sangat takut, padahal Linggar tidak benar-benar sudah menyentuh Reyna, tapi ibunya parno."Ecieee.. yang bulan depan mau nikah." Goda Selena pada Reyna, Reyna tersenyum-senyum digoda seperti itu."Harusnya kalian dipingit loh, bulan depan itu tinggal menghitung hari." Ujar Selena."Pingit!? Tapi kan aku nggak punya tempat tinggal." Ujar Reyna, Reyna menanggapinya dengan serius."Parah si Linggar, nggak mikirin kesana berarti." Ujar Deon."Seriusan harus dipingit?" Tanya Reyna."Harus, sebuah tradisi nenek moyang itu." Ujar Deon dan Reyna tampak celingukan menatap Selena." Lu juga dulu gitu, Sel?" Tanya Reyna tapi Selena menggeleng."Gue cuma di
Selena meminta agar ibu panti ikut pulang dengannya, kini ibu panti yang masih terisak-isak itu duduk di mobil Selena dengan nafasnya yang masih sesenggukan."Fuad.." Gumamnya."Ibu, Fuad mau ngomong sama ibu." Ujar Selena dan ibu panti menatap Selena."Fuad di sini?" Tanya ibu panti dan Selena mengangguk."Fuad duduk di sebelah ibu, dia sedih liat ibu terus-terusan nangis." Sahut Selena, dan ibu panti menoleh ke sebelahnya yang jelas tidak ada siapapun."Maafın ibu nak, semuanya salah ibu, kalo aja ibu nggak ijinin kamu ngamen, kamu nggak akan seperti ini." Ujarnya, pada udara kosong.Tapi di jok belakang itu, Fuad sedang sesenggukan menatap ibu pantinya yang terus menangisinya. Ingin rasanya Fuad memeluk tapi tidak bisa."Aku akan ijinkan Fuad masuk ke badan aku, dia pengen ngomong sama ibu." Ujar Selena dan ibu panti mengangguk.Selena memejamkan mata sambil membaca doa dalam hatinya dan Fuad pun masuk ke dalam tubuh Selena. Fuad yang masuk ke dalam tubuh Selena langsung memeluk ib
Malam hari setelah Selena sampai di rumah, dia langsung mandi dan langsung terkapar di ranjang, karena dia sudah sangat kelelahan setelah seharian itu berada di panti.Nicholas yang juga baru selesai mandi langsung menyusul Selena ke ranjang, ia mengecup kening Selena dan memandangi wajah perempuan yang sangat dicintainya itu."Kenapa, sayang?" Tanya Nicholas, karena Selena terus terpejam."Aku kebawa astral terus dari tadi, bang." Sahut Selena, Nicholas pun langsung membaca doa untuk membantu memagari Selena agar stabil."Jangan dipikirin terus sayang, jadinya nggak kebawa astral. Tutup dulu, kamu butuh istirahat, sayang." Ujar Nicholas, dan Selena mengangguk lalu membuka matanya.Selena pun menutup mata batinnya lalu kemudian masuk kedalam pelukan Nicholas, Nicholas pun mengusap kepala Selena dan mengecupnya beberapa kali."Bobo, ya.. jangan dipikirin terus, kan besok tim pencarian akannyari jasadnya Fuad." Ujar Nicholas dan Selena mengangguk sambil mencari posisi yang nyaman di pel
Fuad kembali duduk di taman setelah melihat ibu panti menangis histeris sampai pingsan, dia sedih karena ternyata dirinya sudah meninggal. Selena yang mencari keberadaan hantu Fuad pun tertegun melihat hantu Fuad yang menangis di taman. "Fuad.." Panggil Selena, dan Fuad menoleh dengan wajah sedihnya. "Kak, ibu baik-baik aja kan?" Tanya Fuad, dia marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apapun untuk ibu pantinya, akhirnya dia memilih pergi. "Mereka semua sedih.." Sahut Selena, dan Fuad kembali menunduk. "Fuad.. Kakak tau ini berat banget buat kamu, tapi coba kamu ingat-ingat dimana kali terakhir kamu berada?" Ujar Selena, dan Fuad tampak terdiam "Dimana kamu mengalami kecelakaan?" Tanya Selena. "Yang aku inget.." (Kisah balik Fuad dimulai) Seminggu yang lalu, adalah hari jumat. Fuad sedang mengamen di pinggiran jalan yang biasanya namun di sana sudah banyak yang mengenal Fuad sehingga orang-orang di sana tidak lagi memberikan uang pada Fuad. Fuad pun berp