Share

BAB 92

Author: jasheline
last update Last Updated: 2025-02-28 01:33:38

KEESOKAN HARINYA

Selena duduk di meja belajarnya, pena menari di atas halaman sebuah buku bersampul biru muda, buku diary miliknya. Senyum manis menghiasi wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya tahu betapa bahagianya ia saat ini.

Dari sudut ruangan, ibunya memperhatikan putrinya dengan penuh kasih. Kebahagiaan Selena seolah menular padanya.

“Apa yang bikin kamu bahagia, sayang?” suara lembut ibunya menyapa.

Selena tersentak, hampir lupa bahwa ibunya tak bisa ia sentuh lagi. Refleks, ia hampir saja memeluk sosok yang begitu dirindukannya.

"Hmm, sepertinya Bunda tahu," lanjut ibunya dengan senyum penuh arti. "Anak Bunda lagi kasmaran, ya?"

Selena tersipu. “Hehe... Bunda.”

"Menurut Bunda, Bang Nicholas gimana?" tanyanya, ragu-ragu tapi penuh harap.

"Nicholas?" sang ibu tersenyum. "Dia anak yang baik. Saleh, sopan santun, dan penyayang."

Selena semakin tersenyum malu-malu. Pipinya bersemu merah.

"Bunda, Selena udah jadi pacarnya Bang Nicholas," bisiknya dengan nada bahagia.

Ya, pacarn
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 93

    Selena tiba di sebuah perumahan yang tampak sepi, bayangan pohon menari-nari di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Di depan sebuah rumah kosong, Linggar sudah menunggu dengan wajah tegang. Begitu melihat mobil Selena berhenti, ia langsung berlari menghampiri, nafasnya tersengal."Selena, tolongin sepupuku!" serunya panik.Selena turun dari mobil, ekspresinya berubah tajam. "Dimana dia? Jangan bilang kamu tinggalin dia sendirian!?""Enggak! Abangnya ada di atas, jagain dia," jawab Linggar cepat. Tanpa banyak bicara, mereka segera masuk ke dalam rumah, langkah kaki mereka menggema di lorong gelap menuju lantai atas.Begitu mencapai lantai dua, suara teriakan menggema dari dalam salah satu kamar. Selena merasakan hawa yang begitu berat, seakan udara di ruangan itu lebih padat dari biasanya."Deon!" Linggar menerobos masuk, melihat sepupunya yang tengah mengamuk.Di tengah ruangan yang berantakan, Deon meronta-ronta, tubuhnya dipeluk erat oleh kakaknya yang sudah kelelahan menahannya. M

    Last Updated : 2025-02-28
  • CALON TUMBAL   BAB 94

    Sepupu Linggar sudah sadar, dan kini mereka semua berada di dalam mobil. Seharusnya mereka segera pergi dari rumah itu, tapi Selena masih berat meninggalkan dua anak kecil yang dilihatnya di dalam.Di luar, Linggar sibuk bertanya kepada warga sekitar tentang rumah kosong itu. Salah satu yang bersedia berbicara adalah seorang tukang kebun yang tinggal di sebelahnya."Setelah tahun 2011, pemilik rumah ini pergi entah ke mana. Tiba-tiba aja kosong. Beberapa bulan kemudian, ada plang ‘Rumah Dijual’ dipasang," ujar si tukang kebun.Linggar mengangguk, mendengarkan dengan saksama."Setiap malam ada suara-suara aneh," lanjut pria itu. "Kadang suara perempuan teriak, kadang kayak orang berantem sambil banting-banting barang. Padahal nggak ada yang tinggal di situ. Pernah juga ada maling yang masuk, malah dia sendiri yang teriak minta tolong. Katanya lihat kuntilanak!"Linggar merinding. "Jadi rumah ini memang angker, ya, Pak?" tanyanya.Tukang kebun itu mengangguk mantap. "Angker banget. Stra

    Last Updated : 2025-03-01
  • CALON TUMBAL   BAB 95

    Selena kembali ke alam nyata dan langsung melihat Linggar meneriaki Deon dari atas. Wajah Deon pucat pasi, tubuhnya sedikit gemetar. Padahal baru saja dia merasa lebih baik, tapi kini kembali terjebak dalam pengalaman mistis yang mengerikan. "Kenapa, De!?" seru Linggar, nada suaranya penuh kekhawatiran. "I-it... tadi gue lihat orang nggak ada kepalanya..." suara Deon bergetar saat dia menunjuk ke arah dapur. Selena menatapnya serius. "Li, Deon sebaiknya nggak di sini. Dia lumayan sensitif." "Bang, bawa Deon keluar. Tunggu di mobil aja," ujar Linggar kepada abang sepupu mereka. Tanpa banyak tanya, abangnya langsung menggandeng Deon yang masih shock dan membawanya pergi. Kini, perhatian Selena kembali pada sosok perempuan di hadapannya, wanita yang menangis tersedu-sedu. Wanita itu masih tidak sadar bahwa anak-anaknya sudah lama meninggal. Meski tinggal dalam rumah yang sama, mereka tak pernah bertemu karena berada di dimensi yang berbeda. Waktu kematian mereka pun terjadi pa

    Last Updated : 2025-03-06
  • CALON TUMBAL   BAB 96

    Selena akhirnya kembali ke rumah setelah seharian berada di rumah kosong yang misterius. Di sana, dia sempat mengungkap beberapa rahasia, meski masih ada yang belum terpecahkan, jasad Liora, Adel, dan kepala ayah mereka yang belum ditemukan. Keletihan menghampirinya. Setelah mandi, Selena merebahkan tubuhnya di ranjang, meski hatinya belum tenang.Dia belum mendapat kabar dari Nicholas, tampaknya Nicholas belum tiba. Padahal, sebelum transit, Nicholas sempat menghubunginya, namun Selena sedang sibuk memikirkan sosok-sosok yang baru saja dia bantu. Ada sesuatu yang terasa berbeda malam itu. Di luar rumahnya, Selena merasa ada energi besar yang mengintai.Tiba-tiba, ibunya muncul di depan kamar Selena, tapi wajah cantiknya berubah menjadi wajah seram, dengan aura yang mengandung energi kuat, seolah siap melindungi Selena dari bahaya yang datang."Ada yang ikut aku, ya?" gumam Selena dengan cemas.Dengan kekuatan mata batinnya, Selena melihat sesosok bayangan hitam besar berdiri di luar,

    Last Updated : 2025-03-07
  • CALON TUMBAL   BAB 97

    Selena menyapu pandangannya ke sekeliling, mencari sosok ibu Liora. Namun, yang pertama kali tertangkap matanya justru lebih mengerikan seorang pria tanpa kepala berdiri diam, menghadap ke arahnya. Detik berikutnya, ia melihat ibu Liora muncul di lantai dua, berdiri di samping pria itu. Tatapan mereka tertuju ke bawah, ke arah Selena dan Pak Bondan."Selena, sampaikan pada Bang Bondan... kami sangat berterima kasih. Dia selalu peduli pada kami. Bang Bondan adalah abang yang luar biasa, paman yang baik untuk Liora dan Abel," suara lembut ibu Liora menggema, tetapi mengandung kepedihan yang dalam.Ia menarik napas sebelum melanjutkan, "Bilang padanya agar tak lagi bersedih. Kami sudah tenang sekarang. Kami hanya ingin dia terus mendoakan kami. Kami menyayanginya."Selena mengangguk pelan, menyerap setiap kata sebelum menyampaikannya kepada Pak Bondan."Mereka bilang, terima kasih karena Om Bondan sudah menjadi abang dan paman yang baik untuk Liora dan Abel. Om juga jangan bersedih lagi,

    Last Updated : 2025-03-08
  • CALON TUMBAL   BAB 98

    Selena dan Linggar melangkah masuk ke dalam kelas. Mereka satu jurusan. Selena duduk di sebelah kanan Linggar, sementara di sisi lainnya, seorang mahasiswi duduk diam. Wajah gadis itu mengingatkan Selena pada seseorang... Saras.Namun, ada sesuatu yang berbeda. Gadis itu menggunakan susuk, dan energinya terasa begitu pekat, lebih gelap dari Saras. Yang Selena lihat bukan sekadar dua lapisan wajah, melainkan banyak. Terlalu banyak.“Kenapa? Kayaknya lu ngeliatin gue terus dari tadi?” suara gadis itu tiba-tiba memecah keheningan.Selena tersentak, tapi dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. “Gue lupa nama lu, boleh kenalan lagi? Gue Selena,” ujarnya santai, berusaha tidak menyinggung perasaan si gadis.“Ohh, bilang dong. Gue Intan, Intan Lupita.” Gadis itu akhirnya memperkenalkan diri.Saat Selena menjabat tangannya, sesuatu yang aneh terjadi. Kulit Intan terasa panas, hampir seperti terbakar. Ada sesuatu yang tidak beres. Pikiran Selena melayang, bertanya-tanya kenapa banyak pere

    Last Updated : 2025-03-09
  • CALON TUMBAL   BAB 99

    Selena dan Linggar duduk di lobi universitas, menunggu jemputan masing-masing. Linggar melirik jam di pergelangan tangannya, sementara matanya sesekali mencari sosok Deon, temannya yang beda jurusan dan belum juga muncul."Nyebelin banget tuh orang," gerutu Linggar tiba-tiba. "Pokoknya, nggak ada yang boleh gantiin posisi Rangga di sirkel kita!"Selena menoleh dengan alis terangkat. Nada suara Linggar mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar omelan biasa. Ia terkekeh, mengingat bagaimana Linggar dan Rangga selalu saja ribut kalau sedang bersama. Tapi sekarang? Linggar justru menegaskan kalau tak ada yang bisa menggantikan Rangga. Menarik. Tanpa sadar, mereka sebenarnya saling mendukung satu sama lain."Aku rasa Kak Faaz cuma berusaha jadi senior yang baik," sahut Selena santai. "Biar junior-juniornya bisa lebih akrab sama dia juga. Lagian, dia juga nggak sombong, kan? Mau nyapa kita, padahal kita anak baru."Linggar mendecak pelan. "Sama aja, tetap sok asik."Selena tertawa kecil. T

    Last Updated : 2025-03-11
  • CALON TUMBAL   BAB 100

    Setelah menunaikan sholat maghrib, Selena duduk di kamar, masih mengenakan mukenanya. Ponselnya bergetar, menampilkan panggilan video dari Nicholas. Senyum merekah di wajahnya saat ia mengangkat panggilan itu.Di layar, Nicholas juga masih mengenakan koko, tampak baru saja selesai sholat."Assalamu’alaikum," Nicholas menyapa lebih dulu."Wa’alaikumussalam. Abang udah bangun? Mau Subuhan?" tanya Selena, melihatnya dengan tatapan lembut.Nicholas mengangguk, "Iya. Kapan kita bisa sholat bareng, ya?"Selena terkekeh. "Masih lama, Bang. Abang jadi dokter dulu."Nicholas ikut tertawa. "Hehehe, gimana kuliah hari ini, Dek?""Lancar, Alhamdulillah. Tapi abang nggak bilang kalau di kampus ada banyak sosok..." Selena mengerucutkan bibir, seolah sedikit menggerutu.Nicholas langsung waspada. "Sosok?! Terus kamu diganggu, Sayang?""Iya, ada yang jail. Terus beberapa hari lalu ada kerasukan massal, Bang. Lima orang kena gara-gara ulah hantu iseng. Sekarang aku malah terkenal di kampus, katanya si

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 127

    Selena sedang berada di dalam kamarnya dan dia sedang menangis sesenggukan sekarang setelah sholat Isya, dia masih terpikirkan dengan apa yang ayah Nicholas katakan tentang kondisinya."Hiks! Hiks! Ya Allah, gimana caranya ngomong sama abang." Gumam Selena.Ponselnya berdering dan itu panggilan video dari Nicholas. Tapi Selena bingung bagaimana dia harus menghadapi Nicholas, wajah sembab dan suaranya yang bindeng tentu akan mengundang pertanyaan dan kekhawatiran Nicholas.(Kilas Balik Selena Bermula)Sebelumnya Selena masih mematok di depan kaki ayah Nicholas, ia masih menunggu ayahnya itu jujur dan berterus terang padanya. Ayah Nicholas seolah terpojok, bahkan dia tidak tega melihat Selena yang terus duduk di bawah kakinya sambil sesekali menghapus air matanya.Akhirnya ayah Nicholas menghembuskan nafasnya dan tersenyum, lalu mencoba membangunkan Selena dari duduknya, tapi Selena tidak mau."Haihh.. memang susah menyembunyikan sesuatu dari kamu, hehehe.." Kekeh ayah Nicholas."Bangun

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status