Share

Part 4. Lucky

Aku sedang menjemur Mochi dan Reo di luar saat Ranti datang menghampiriku. Dia datang dengan wajah tertekuk lalu menatapku dengan puppy eyes andalannya. Oh tidak bisa. Aku tidak akan luluh lagi dengan mata bulat yang cantik itu.

"Keykey, kok kamu marahnya lama banget?"

"Nggak usah panggil aku pakai nama itu deh Ran. Geli aku dengarnya."

"Iya aku nggak akan panggil kamu gitu lagi asal kamu maafin aku, ya?"

"Nggak."

"Ayo dong. Aku beneran nyesel, nggak akan aku ulangi. Janji."

"Ya memang nggak seharusnya kamu ngulang perbuatan itu. Baik ke aku atau ke siapa pun."

"Aku harus lakuin apa biar kamu maafin aku?"

"Nggak tau. Aku lagi males mikir, lagi pengen sendiri."

Mata bulat yang penuh permohonan tadi berubah menjadi delikan tajam. Kan sudah kuduga raut sedih tadi hanya kepura-puraan agar aku luluh.

"Tega banget sih kamu ngusir aku lagi. Nggak, kali ini aku nggak bakal pergi sampai kamu maafin aku. Aku udah biarin kamu sendiri empat hari, aku nggak ganggu kamu, aku nggak hubungi kamu. Sekarang aku butuh kepastian."

Kawan-kawan, percayalah bahwa manusia sempurna itu tidak ada. Sada dan Ranti contohnya. Sifat Ranti yang paling malas aku hadapi sedari dulu adalah ke-lebayan-nya yang menurutku sangat diluar batas wajar. Contohnya seperti saat sekarang ini. Jika ada yang tak sengaja mendengar percakapan kami ini tanpa tahu duduk perkaranya, pastilah mereka akan mengira kami pasangan penyuka sesama jenis yang sedang bertengkar.

"Ran, plis deh."

"Selama empat hari itu juga aku udah mikir bener-bener, dan aku sadar apa yang aku lakuin emang kekanakan dan wajar kalau kamu semarah itu. Jadi sebagai gantinya aku korbankan dua voucher all you can eat punya aku, khusus buat kamu."

Mendengar sogokan Ranti di akhir kalimatnya membuat aku menoleh seketika. Jika ini di anime, aku yakin mataku pasti sudah berbinar dengan bintang-bintang. Harga diriku memang semurah itu jika dihadapkan pada makanan.

Ranti mengorbankan voucher makanan adalah sesuatu yang langka. Walaupun terlahir dengan sendok emas di mulutnya, Ranti tetap memiliki jiwa pemburu diskonan dan gratisan apalagi jika itu adalah makanan. Mungkin karena terlalu lama berteman denganku sampai dia tertular sifat rakyat jelata yang aku miliki.

Makan adalah satu diantara beberapa hal yang bisa menyatukan kami. "Ok deal!"

"Hohoho aku tau kamu bakal luluh dengan sogokan ini. Ayo berangkat."

"Tunggu dong. Aku harus kasih para majikan ini makan, kalau mereka udah kenyang baru bisa pergi.” Tentu saja aku harus memastikan dua makhluk ini aman sebelum aku tinggalkan, terutama Reo. Aku bisa diusir dari sini bahkan bisa mati digorok jika aku lalai dalam menjaga anak kesayangan Sada ini.

Seperti baru sadar akan sesuatu, Ranti memekik histeris. Benar-benar ratu lebay, "astaga dragon! Kamu sekarang punya dua pabrik bulu yang bakal berterbangan kemana-mana? Kamu beneran seniat itu ya nyari partner hidup buat Mochi?"

Reo yang sudah mulai kering berjalan menghampiri kaki Ranti.

"Key plis jauhin" Ranti berlari ke belakangku untuk berlindung dari serangan Reo. Ranti itu alergi dengan bulu kucing.

Melihat Ranti yang kesulitan menghindari Reo, aku membawanya ke gendonganku bersama dengan Mochi sambil tertawa. Benar-benar sebuah hiburan di siang hari.

Aku menatap Reo yang berontak dalam gendonganku, "duh sabar ya boy, dia nggak suka kucing. Kalau kamu jadi buaya baru dia bakal suka"

"Enak aja!"

"Buktinya kamu selalu terjebak dengan janji manis buaya-buaya"

"Skip skip. Sekarang aku penasaran dari mana kamu dapat kucing hitam yang maco ini."

"Panjang ceritanya"

"Cerita aja, aku pasti dengerin."

"Nggak deh, lagi nggak mood. Kapan-kapan aja aku ceritain."                       

-£-

Setelah menuntaskan hasrat makanku yang selalu menggebu-gebu, aku tersandar lemas di kursi resto.

"Alhamdulillah aku kenyang banget. Terima kasih untuk rezeki hari ini ya Allah."

"Enak ya Key makanannya. Kapan-kapan kita wajib makan disini lagi."

Aku mengangguk, "kalau aku udah dapat kerja."

"Oh iya kerja! Aku baru ingat sesuatu," seru Ranti.

"Apa?"

"Aku udah dapat kerjaan buat kamu."

"Kerja dimana?"

"Di Pearly. Kamu gantiin Mbak Mayang aja, soalnya dia mau resign abis melahirkan. Susah juga kalau harus nyari asisten baru, mending kamu aja."

Pearly itu adalah usaha di bidang kecantikan yang didirikan oleh Ranti. Atas dasar kecintaannya pada kecantikan wajah dan tubuh, Ranti menciptakan produk skincare dan bodycare sendiri. Kini produk dari Pearly sudah tersebar luas dan sangat laris di pasaran.

Bukan tak bersyukur mendapat tawaran kerja dari Ranti, tapi berkerja dengan teman terasa salah buatku. Jika ingin, sejak awal pasti aku sudah menanyakan posisi kosong pada Ranti di tempat kerjanya. Namun bekerja dengan teman baik sendiri mempunyai banyak risiko menurutku. Satu yang paling rentan adalah hubungan personalku dengan Ranti yang bisa rusak kapan saja akibat masalah pekerjaan, dan aku tidak mau itu terjadi.

Seumur hidup hanya Ranti teman yang selalu ada disampingku, yang benar-benar tulus berteman denganku, yang tidak pernah menganggap aku jelek. Pertemanan ini lebih berarti untukku dari pada sebuah pekerjaan.

"Kok diam Key? Apa kamu mau posisi yang lain? Bilang aja, nanti aku usahain"

"Nggak nggak. Bukan gitu. Aku udah lebih dulu dapat tawaran kerjaan."

"Oh ya? Kerja dimana? Bagian apa?"

Aku menggeleng "belum tau."

"Kok bisa? Emang pas nawarin kerjaan, orangnya nggak bilang kamu mau ditempatin di bidang apa?"

"Nggak ada. Aku cuma dikasih alamat dan besok disuruh kesana."

Ranti menatapku dengan pandangan menelisik, "kamu yakin sama tawarannya? Kalau ternyata kamu ditipu gimana? Emang orang yang ngasih tawaran itu bisa dipercaya?"

Pertanyaan Ranti membuatku teringat dengan percakapanku dan Sada kemarin. Entah kenapa aku geli sendiri mengingat aksi merajuknya kemarin. Lucunya, tadi pagi dia menghubungiku lagi seperti tak terjadi apa-apa. Benar-benar aneh.

"Key? Kok malah ketawa sih?"

"Hah? Nggak, tadi aku keinget sesuatu aja. Orangnya bisa dipercaya kok, aku percaya sama dia."

"Yaudah kalau gitu. Nanti kalau ternyata kerjaannya nggak cocok, kamu kasih tau aku ya."

"Siap ndoro. Aku ke toilet dulu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status