Sesampainya di rumah Sora, Dimas langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Dia tidak peduli jika akan dianggap tidak sopan.
"Sora, di mana kau?" teriak Dimas dari ruang keluarga. Suaranya yang besar membuat Sora langsung menuju ke ruangan itu dengan wajah kesal.
"Di mana sopan santunmu ketika bertamu ke rumah orang?" Sora menuding wajah Dimas penuh amarah. Awalnya dia berpikir jika Dimas mungkin masih akan bersikap baik padanya. Namun, degannya ternyata sangat salah.
"Persetan dengan sopan santun. Cepat katakan informasi apa yang akan kau beritahukan padaku!" Dimas menatap jam di pergelangan tangannya, tidak ingin membuang banyak waktu.
Sora merasa ingin memukul kepala pria itu karena sangat menyebalkan. Dalam hatinya dia mengutuk pria itu dengan sumpah serapah.
"Apa begini caramu bertanya kepada wanita yang sudah sering menghangatkan ranjangmu?" kesal Sora dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Tidak usa
"Kau benar-benar pria tidak bermoral," ujar Sora seraya berdiri. Pantatnya terasa cukup sakit karena benturan yang cukup keras tadi."Terserah apa katamu. Jika kau tidak mau memberitahu aku tentang informasi itu dengan jujur, aku tidak peduli lagi dan akan pergi dari sini sekarang." Dimas melangkah cepat menuju pintu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi di rumah wanita tua itu karena menganggap Sora hanya main-main."Aku sudah memberitahumu, terserah kau mau percaya atau tidak," teriak Sora menatap tajam punggung lebar pria itu."Mega tidak mungkin menikah dengan pria lain karena satu-satunya yang dia cintai hanya aku," ujar Dimas dengan sangat percaya diri. Dia menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap Sora jijik.Sora terkekeh penuh ejekan. Dia berpikir jika Dimas adalah pria yang sangat tidak tahu malu."Kau akan memohon padaku untuk kembali suatu hari nanti," ucap Sora penuh dengan rasa dendam."Mustahil! Itu tidak akan pernah
"Mudah bagimu saat mengatakannya, tetapi berbeda dengan diriku." Mega masih merasa cemas. Dia mengerucutkan bibirnya dan Alex yang gemas langsung menciumnya. "Sudah aku bilang tidak usah dipikirkan. Kau akan cepat tua jika memikirkan apa kata orang. Mereka tidak mengerti sepenuhnya tentang kita sehingga tidak ada sesuatu hal yang perlu kau takutkan." Alex mengusap lembut pipi Mega. Namun, wanita itu langsung memukul tangan Alex karena pipinya kini belepotan saus lobster. "Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana perasaanku karena aku bukan wanita." Mega mengelap pipinya dengan tisu, kemudian menyudahi makannya. "Kau ternyata sangat banyak bicara, ya?" Alex malah terkekeh dan mengabaikan istrinya yang sedang ngambek. Mega tidak menjawab. Dia pergi ke dapur kemudian mencuci tangannya yang kotor. Setelah makan, mereka kembali ke kamar dan berbincang di sana. Tidak ada aktivitas lain yang mereka lakukan karena ingin menghab
Alex hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan istrinya. Dia segera melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju tempat kerjanya. Sesampainya di perusahaan Alex langsung menggandeng tangan Mega sampai mereka masuk ke lobi perusahaan dan terkejut ketika melihat semua karyawan berkumpul di sana. 'Kenapa mereka di sini semua? Apa perusahaan mempunyai masalah besar?' Mega mengangkat sebelah alisnya karena penasaran. "Selamat pagi dan selamat datang kembali di perusahaan, Tuan dan Nyonya Alex." Semua karyawan perusahaan Alex tersenyum dan memberi penghormatan kepada pasangan petinggi perusahaan mereka. "Selamat atas pernikahan kalian, Tuan dan Nyonya. Semoga Tuhan memberkati dan pernikahan kalian bertahan hingga maut yang memisahkan." "Kalian pasangan yang sangat serasi. Semoga segera dikaruniai buah hati." Mega hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya karena dia bingung mau menjawab bagaimana. Alasannya
"Kau bisa memahami sendiri, Sayang. Lagipula, aku tidak akan pernah cemburu denganmu," ucap Mega ketus. Dia tidak ingin mengakui kalau sebenarnya memang cemburu. Mega tidak ingin Alex menjadi besar kepala kalau tahu.Alex langsung menyeringai ketika Mega tidak mau mengaku kalau sedang cemburu, tetapi malah memanggilnya dengan panggilan sayang."Kau tidak mau mengaku?" Alex mencubit hidung Mega sampai memerah. Wanita itu langsung melotot sambil mengusap hidungnya."Tidak ada sesuatu yang perlu aku akui," jawab Mega kesal.Alex tertawa keras, didorongnya tubuh sang istri sampai punggungnya menempel di lift kemudian mengukung tubuhnya dengan kedua tangan di sisi kanan dan kiri.Dengan posisi mereka yang sedekat itu, Alex dapat mencium aroma harum yang khas tubuh istrinya."Kau mau apa?" Mega mendongak dan menatap mata suaminya yang juga sedang menatapnya."Kalau aku mau menciummu di sini apa boleh?" Alex mengangka
"Wow, aku tidak menyangka kalau kau masih ingat dengan kejadian itu." Alex tersenyum lembut melihat istrinya yang malu-malu."Bagaimana mungkin aku tidak mengingatnya jika di saat itu juga kau membual jika aku adalah calon istrimu. Huh, aku sadar jika kau memang brengsek dari dulu." Mega masih menutup wajahnya, kesalahpahaman oma waktu itu membuat setengah dari kehidupannya berubah."Hahaha ... asal kau tahu, bahkan jika bukan karena oma salah paham dan percaya dengan ucapanku. Aku tetap akan menikah denganmu." Alex menatap sang istri dari kursi kerjanya."Oh, ya?" Mega tersenyum meremehkan. Dia tidak mudah percaya dengan perkataan suaminya. "Em, apa yang membuatmu ingin menikah denganku?" tanyanya yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Entahlah, aku hanya tertarik padamu ketika kita bertemu di lift beberapa bulan lalu." Alex merasa sangat tidak dihormati saat itu, mengingatnya saja langsung membuatnya merasa kesal."Memaluk
"Alex, aku ti-" Mega ingin menjelaskan jika dirinya tidak menyamakan Alex dengan si brengsek Dimas."Diam!" bentak Alex dengan emosi bergejolak dalam dirinya.Mega tersentak hingga dia hanya bisa menundukkan kepala seraya meremas jari tangannya. Matanya pun telah memerah dan berkaca-kaca.Alex sudah marah dan dia tahu itu, akan sangat berbahaya jika dia terus memancing emosi pria itu walau tidak disengaja.Tanpa Mega sadari, butiran air bening menetes di pipinya yang halus dan sedikit berisi. Tidak ada niat sedikitpun dalam hatinya untuk mengusap air mata itu."Kenapa kau malah menangis?" Melihat air mata di pipi Mega membuat Alex merasa iba.Apa dia terlalu kasar pada istrinya tadi. Namun, dia berpikir ulang jika wajah dia marah, suami mana yang tidak akan marah ketika istrinya sendiri meragukan dirinya. Menyamakan dia dengan pria brengsek lain yang juga tidak disukainya.Mega tidak menjawab dan masih be
Rasanya ... sedikit asin karena tercampur dengan air mata wanita itu. Namun, sama sekali tidak mengurangi kenikmatannya.Mega memejamkan matanya menikmati ciuman Alex yang lembut seperti tidak ada nafsu di dalamnya."Duduk di sini dan jangan turun kalau bukan aku yang menyuruhmu!" pinta Alex setelah mereka menyelesaikan ciumannya.Alex membawa Mega duduk di pangkuannya, sedangkan dirinya duduk di kursi kerjanya. Alex tidak akan keberatan mengetik file ke laptop walau di depannya terhalang Mega."Kakimu akan pegal nanti, apa itu tidak apa-apa?" tanya Mega lirih dengan suaranya yang serak."Tidak! Karena aku akan meminta ciuman setiap lima menit sekali. Rasanya lebih menyenangkan bekerja dengan istri sendiri." Alex mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.Mega tersenyum malu, dia awalnya berpikir jika suaminya akan marah besar dan meninggalkannya seperti dulu. Namun, ternyata Alex masih mau memaafkan dirinya.Mega berjanji akan menjadi
'Rasakan ini, bisa-bisanya kau masih memikirkan tentang tubuhku!' gerutu Mega dalam hati. "Akh ... Sayang!" Alex berteriak karena dia mendapat hadiah cubitan kecil dari Mega. "Iya, kenapa kau memanggilku?" Mega tersenyum simpul penuh kemenangan. Baru dicubit saja sudah berteriak, bagaimana kalau digigit coba. "Alex, kau kenapa berteriak?" tanya Oma yang terkejut karenanya. Dia menatap Alex khawatir dan penasaran. "Iya, kau kenapa?" sahut Mahendra dan Mahesa bersamaan. Keduanya menghentikan makan tatapan mereka langsung tertuju ke arah Alex. "Tidak apa-apa, tadi hanya ada serangga kecil yang mencubit pinggang ku. Jadi, aku mengadu kepada Mega," jawab Alex seraya melirik Mega yang melotot padanya. Alex tahu istrinya pasti tidak diterima disamakan dengan serangga. Namun, itu tidak masalah karena wajah kesal istrinya sangat menghibur. "Oma kira ada apa, kau sudah membuat omamu ini khawatir. Lain kali jangan begini lagi, ya!"