"Menunggu di rumah? Apa maksudnya?" Mendadak Mega menjadi linglung.
"Iya, di rumah calon mertuamu. Maksud oma, kau akan memperkenalkan diri dengan papanya Alex nanti." Mata Mega sedikit melebar ketika mendengar perkataan oma.
Mega langsung mengalihkan perhatiannya dari Alex. Wanita itu berjalan perlahan menghampiri oma, meraih kedua tangannya, dan mencoba meluruskan kesalahpahaman yang dibuat Alex dengan sengaja.
"Nyonya, Anda salah paham. Aku benar-benar tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya selain sebagai atasan dan bawahan," ucap sungguh-sungguh.
Oma bingung, dia memerhatikan mata Mega untuk mencari kejujuran di sana. Namun, oma malah tidak bisa menilai arti tatapan Mega sekarang.
"Tapi tadi Alex bilang kalau kau calon istrinya." Oma terlihat agak sedih dan itu membuat Mega merasa sangat bersalah.
"Tapi pada kenyatannya aku memang hanya karyawan biasa di sini, Nyonya." Mega tetap menjelaskan yang sebenarnya.
"Ah, k
Jangan lupa komen ya teman-teman.
Mega sadar sebelum mereka sampai di rumah sakit. Dia terlihat bingung ketika menyadari dirinya berada di dalam sebuah mobil asing dan hanya berdua saja dengan pria yang telah melibatkan dirinya ke dalam masalah besar. "Kau sudah sadar?" Suara Alex yang lembut dan penuh dengan kekhawatiran membuat Mega merinding. "Apa dia khawatir kepadaku?" gumamnya lirih seraya menahan sedikit perasaan kesal dalam hatinya. Mega memilih diam, dia malas menjawab pertanyaan pria yang membuat kepalanya terasa hampir pecah. Alex menoleh sebentar ke belakang karena pertanyaannya di abaikan. "Kau bisu?" sindirnya dengan nada tinggi. Mega masih bungkam, dia malah dengan sengaja mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil. "Aku bertanya pada manusia, bukan patung." Alex membanting setir kemudi dengan kasar dan berhenti di pinggir jalan. "Aduh!" Mega memegang dahinya yang terbentur jok depan karena ulah Alex yang membaha
"Huh, wanita itu membuat aku membuang waktu sia-sia." Alex memijit pelipisnya. Dia tidak sadar kalau waktunya terbuang sia-sia bukan karena Mega, tetapi karena dirinya sendiri yang membuat masalah dengan wanita itu. 'Kalau dia membuang waktumu, kenapa kau masih mau mengurusnya?' batin Harun keheranan. "Tuan, aku sungguh penasaran dengan hubungan kalian." Harun bertanya, dia berharap pria di depannya itu akan khilaf saat menjawab nanti. "Menurutmu apa ikatan yang cocok untuk hubungan kami?" Alex tersenyum smirk, dia tidak akan terjebak dalam pertanyaan dokter muda itu. "Sepertinya kau menyukai wanita itu, tetapi tidak dengannya." Harun tertawa kecil setelah mengatakan pendapatnya. "Apa maksudmu?" Alex sedikit tersinggung. Berani sekali Harun mengatakan demikian, memangnya ada wanita yang mampu menolak pesonanya? Ada, wanita itu adalah Mega. Dia tidak akan mudah terpesona dengan tampang Alex yang bagi Mega sangat p
"Oma tidak akan berpikir seperti itu, aku sangat mengenalnya dan kau sudah menjelekkan omaku padahal kalian baru bertemu satu kali." Entah kenapa Alex merasa sangat tersinggung dengan pemikiran rendah Mega. "Tapi bisa saja beliau-" "Kau sedang menjelek-jelekkan omaku?" Alex membentak dan menyela. Dia mendadak murka, bahkan mengepalkan tangan dengan sangat kuat, otot-otot wajahnya menegang, garis-garis yang bergelombang terlihat samar di dahinya. Mega terkejut, dengan perasaan takut dia melihat wajah Alex. Sungguh, auranya saat ini benar-benar berhasil membuat Mega sangat ketakutan. Wanita itu bahkan tidak lagi berani menatap wajah tampan Alex. "Bu-bu-kan begitu—" Mega menggeleng, kenapa masalahnya jadi semakin rumit sekarang? Mega hanya mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya. Dia sama sekali tidak memiliki maksud untuk menjelek-jelekkan wanita paruh baya itu. Alex semakin murka, senyuman sinis penuh penghinaan dia berikan
Alex menatap tajam Kim yang sedang merintih menahan sakit akibat ulahnya. "Aaargh!" Kim meringis menahan rasa sakit di lengan kanannya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menekan tangan lain yang terluka. Bisa dipastikan dalam beberapa menit ke depan lengan itu akan memar. Kim tidak siap ketika Alex tiba-tiba mendorongnya sehingga dia tidak melakukan perlindungan diri, bahkan pria itu sangat tidak menyangka kalau tuan mudanya akan melalukan hal seperti itu. Pandangan mata Kim saat ini tertuju kepada Mega, dia bisa menyimpulkan kalau wanita itu sedang merasa bersalah kepadanya. Dari sorot mata Mega sudah terlihat kalau wanita itu juga mengkhawatirkan Kim. "Kenapa kau .... kau be-ru-bah?" tanya Mega kepada Alex dengan nada datar dengan suara yang hampir tidak terdengar karena tertutup suara isak tangis yang cukup kencang. Sungguh, baru pertama kali dia menangis seperti itu karena seseorang melukainya dengan sengaja. Alex benar-benar psikopat tidak
Dua jam berlalu dengan cepat, Alex membawa Mega pulang dari rumah sakit setelah berdebat panjang dengan dokter Harun karena dokter muda itu tidak mengizinkan Mega dibawa pulang hari itu karena kondisinya yang semula sudah membaik kembali seperti sebelumnya. Namun, dengan terus memaksa dan mengancam dokter muda itu. Akhirnya Alex bisa membawa Mega pulang dari rumah sakit itu. "Ikut aku!" Alex menarik kasar tangan wanita itu dan membawanya keluar dari ruangan inap. "Aku tidak mau, tolong lepaskan tanganmu!" Mega menggeleng, dia menarik-narik tangannya dari genggaman Alex. Jujur sekarang dia memiliki rasa takut berlebihan kepada pria itu setelah apa yang dilakukannya. "Papa dan oma sudah menunggu kita terlalu lama, aku tidak mau membuat mereka menunggu lebih lama lagi." Alex terus menarik tangan wanita itu sampai di parkiran rumah sakit walau mendapat tatapan bermacam-macam arti dari beberapa perawat, dokter, dan pengunjung yang berada di rumah sak
Mega tidak membuka mulutnya di sepanjang perjalanan karena bentakan Alex tadi. Dia bahkan dengan sengaja mengabaikan Alex yang terus berusaha memancingnya untuk bicara. 'Tadi dia membentak agar aku diam, tetapi nyatanya dia terus memancingku untuk bicara. Dasar pria plin-plan!' batinnya penuh kebencian. Mega menatap ke arah luar kaca mobil, pemandangan jalanan jauh lebih indah daripada pria berwajah tampan di sebelahnya. "Lain kali kalau kau berani mengabaikan aku maka ayahmu yang akan menerima hukumannya," ucap Alex sengit saat mereka telah sampai di rumah utama. "Kau selalu mengancam." Akhirnya Mega bicaranya dengan nada yang sangat geram. "Itu karena kau tidak akan menurut jika tidak diancam," sahut Alex dengan wajah dingin. "Rasanya aku ingin mati saja," gumam Mega dengan mata memerah mulai berkaca-kaca. Dia sudah lelah terus menerus menghadapi takdir yang membuatnya sering terluka. "Kalau kau mati p
"Sepertinya aku terlalu memanjakan dirimu, ya, sampai kau memiliki keberanian yang besar untuk membantah setiap keputusan yang aku buat?" Alex menatap dingin Mega, seulas senyum jengkel terlukis di wajah tampannya.'Keputusan yang kau buat secara sepihak itu?Sebelumnya kita belum membicarakan masalah serius ini, bahkan tidak ada perjanjian untuk melanjutkan sandiwara ini ke jenjang pernikahan.' Mega balas menatap Alex sampai padangan keduanya bertemu."Kenapa kau diam?" Alex bersuara lagi.Mega menggeleng. "Kau salah paham padaku, aku tidak membantah, hanya sedikit tidak setuju karena kita belum membahas masalah ini sebelumnya." Mega membela diri, dia tidak mau dipojokkan seolah-olah memang dialah yang bersalah.Walau baru bertemu Alex beberapa kali dan mengetahui sifat pria itu sedikit demi sedikit. Namun, Mega sudah bisa menilai dan membedakan macam-macam arti senyuman Alex. Dan sekarang pun dia tahu kalau Alex tersenyum karena pria itu kesal."B
"Mereka sangat cocok, 'kan, Mahes?" tanya Oma sebelum pergi ke kamarnya. Dia menatap punggung Alex dan Mega yang telah menjauh. "Ya, Ma." Mahesa mengangguk, tetapi ada perasaan tidak nyaman di hatinya karena melihat Mega sama sekali tidak terlihat kalau mencintai putranya. "Kapan kau akan menemui sahabat lamamu itu?" tanya oma lagi, kali ini dia menatap putranya penasaran. "Secepatnya, aku ingin berbicara banyak dengannya." Mahesa menjawab cepat, seulas senyum tipis terbit di bibirnya. "Bagus, kalau begitu sekarang kau tidurlah!" perintah oma penuh perhatian walau putranya itu sering sekali membuatnya naik darah karena pendapat mereka sering sekali tidak sama. "Ya, Ma. Selamat istirahat." Mahesa melangkah pelan menuju kamarnya. *** Alex terus menarik tangan Mega dan membawa wanita itu ke lantai tiga dengan berjalan kaki. Pria itu sepertinya tidak merasa kasihan dengan Mega yang sedang sakit d