Pak Rafi mengajak Marisa masuk ke ruangan CEO yang megah itu. Di dalam ruangan itu, tampak sedang duduk seorang pria tampan berjas di atas sofa mewah yang ada disana. Ruangan kerja itu terdiri dari dua meja kerja di sudut kiri dan seperangkat sofa di sudut kanan.
Tapi, tunggu dulu! Bukankah itu adalah pria tampan berjas yang tadi Marisa temui bersama Gery di dalam lift?! Sepertinya iya, tapi kenapa seolah ada yang janggal. Apa? "Selamat pagi, Pak." sapa Pak Rafi penuh rasa hormat. "Hm!" pria tampan berjas itu hanya berdehem pelan. Pak Rafi mengajak Marisa duduk di atas sofa dan memperkenalkannya. "Pak Indra, ini adalah Marisa. Mahasiswa yang akan ikut program PKL di perusahaan ini. Dari rekomendasi dan berkas yang diberikan oleh kampus Guna Bakti, sepertinya dia adalah mahasiswa yang ulet dan berprestasi. Untuk lebih jelasnya, silahkan Bapak lihat sendiri berkasnya," tutur Pak Rafi. "Saya sudah berbicara dengan Bu Retno, dosen pembimbing yang menempatkan dia disini. Silahkan kamu keluar dari ruangan ini!" sahut pria tampan berjas itu. "Baik Pak! Saya pamit dulu." Pak Rafi segera meninggalkan ruangan CEO tanpa mendapat jawaban dari sang CEO. Kini hanya tinggal Marisa berdua dengan pria tampan berjas yang adalah CEO itu. Marisa kini seolah tersadar kalau pria tampan yang duduk dihadapannya itu bukanlah pria yang sama saat tadi dia naik lift bersama Gery. Keduanya memang memiliki wajah yang hampir sama tapi ada beberapa perbedaan yang tampak disana. Dua ketampanan yang sempurna tapi memiliki sisi lain yang berbeda. Yang paling jelas terlihat adanya perbedaan pada raut wajah mereka. Kalau pria yang di lift tadi memiliki raut wajah penuh senyum dan ramah, sementara yang satu ini memiliki raut wajah sombong dan arogan. "Kamu Marisa?" tanya pria tampan itu seraya menatap Marisa. "Iya, Pak. Saya Marisa." jawab Marisa. "Saya Indra Perdana. CEO utama di perusahaan ini." "Ya Pak." "Saat ini saya sedang membutuhkan asisten pribadi untuk membantu pekerjaan saya. Kebetulan asisten pribadi saya sudah tidak bekerja lagi bersama saya karena usai melahirkan dan pasti akan sibuk mengurus bayinya. Saya tidak tahu apakah dia akan kembali lagi bekerja di perusahaan ini atau tidak. "Untuk sementara waktu selama kamu praktek kerja lapangan disini, kamu bisa menggantikan posisinya. Kamu bertugas mengurus semua jadwal metting saya, baik dengan seluruh kepala bagian di perusahaan ini maupun dengan klien bisnis saya. "Saya tidak mau ada jadwal metting saya yang bentrok satu dengan yang lainnya! Saya juga tidak mau ada jadwal metting yang berbenturan dengan jadwal pribadi saya! Kamu juga berkewajiban menemani seluruh acara metting saya dan mencatat semua yang penting dalam metting tersebut! "Satu hal lagi, saya juga ingin kamu menyiapkan semua berkas yang harus saya tanda tangani setiap harinya!" Marisa cukup terkejut. Dia tidak menyangka kalau dia akan langsung dijadikan asisten pribadi seorang CEO! Tapi ini adalah kesempatan baik untuk mengembangkan karier nya kedepan! "Kamu mengerti?!" tanya sang CEO dingin. "Baik Pak, saya mengerti!" jawab Marisa antusias. "Bagus! Untuk tugas kamu hari ini kamu bisa langsung berkomunikasi dengan sekretaris pribadi saya di depan ruangan ini, namanya Bella." "Baik Pak." "Kamu bisa mulai bekerja hari ini juga!" "Ini berkas saya Pak," Marisa meletakkan berkasnya di atas meja. "Berkas?! Apa kamu pikir saya harus meluangkan waktu untuk melihat berkas kamu yang sama sekali tidak penting itu?!" tanya Indra dengan matanya yang sedikit menyipit dan kening berkerut. "Barangkali Pak..." jawab Marisa takut. Nada suara Indra tadi sangat tidak bersahabat. "Heh! Yang utama di perusahaan ini adalah tugas kamu dan kepentingan saya! Mengenai berkas kamu, saya tidak tertarik sama sekali! Bu Retno adalah istri dari rekan kerja saya. Jadi saya percaya beliau tidak akan merekomendasikan orang yang tidak ada gunanya di perusahaan ini! "Sekarang kerjakan saja apa yang menjadi tugas kamu! Biar kinerja kamu yang membuktikan kalau kamu ini bisa bertahan di perusahaan ini atau tidak! "Kamu butuh rekomendasi baik dari saya, bukan?! Kalau begitu lakukan saja apa yang menjadi kewajiban kamu dan tidak usah cari muka di hadapan saya! Saya tidak suka seorang penjilat!" Indra malah mengucapkan kata-kata keras yang sama sekali tidak disangka-sangka oleh Marisa. Marisa sampai berkali-kali menelan ludah sendiri karena mendapat kata-kata keras seperti itu dari mulut atasan barunya! Marisa sampai tidak tahu apa yang harus dia katakan untuk menjawabnya. "Yang penting bagi saya kamu cukup berpenampilan cantik dan menarik untuk menjadi partner saya disetiap metiing yang akan saya datangi!" ujar Indra lagi. Wajah Marisa memerah mendengar kata-kata Indra yang seolah tidak menghargainya sama sekali. "Sekarang kamu temui Bella disebelah ruangan saya! Kamu tanyakan apa saja schedule saya untuk Minggu ini dan kamu manage sebaik mungkin!" "B-baik, Pak..." jawab Marisa takut dan segera pamit keluar dari ruangan itu. "Saya pamit ke ruangan sebelah dulu, Pak." Indra sama sekali tidak menjawab. Marisa berdiri di depan ruangan sekretaris Indra yang berada di sebelah ruangan CEO. Sambil mengelus dadanya Marisa membatin, "Ya Allah... Apa salahku tiba-tiba Pak Indra marah-marah seperti itu? Aku kan hanya menawarkan berkas yang aku bawa agar dia memeriksanya... Heran! Ganteng-ganteng kok kayak singa!" Tiba-tiba Marisa teringat laki-laki yang ia temui tadi di lift. Yang mempunyai wajah bagai pinang dibelah dua dengan Indra Perdana. "Kemana ya, cowok ganteng yang tadi aku temui di lift? Wajahnya mirip banget sama Pak Indra! Apa itu Pak Indra? Ah! Mana mungkin! Bukan! Dia bukan Pak Indra! Cowok yang tadi di lift kelihatan ramah banget, sementara Pak Indra..." Marisa pun segera memasuki ruangan sekretaris Indra dan bertemu dengan seorang wanita dewasa yang anggun disana. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah. "Mbak Bella, perkenalkan saya Marisa. Mulai hari ini saya yang akan menjadi asisten Pak Indra selama tiga bulan kedepan. Saya mohon kerja samanya." kata Marisa seraya menyodorkan tangannya. Bella pun menjabat tangan Marisa. "Ya, saya Bella, sekretaris Pak Indra Perdana. Oh, kamu mahasiswa PKL itu ya?" "Iya, Mbak sudah tahu?" "Tadi Pak Indra sudah kirim WA pada saya," "Oh ya, Mbak." Selanjutnya Bella menjelaskan apa-apa saja yang menjadi tugas Marisa selama PKL di perusahaan Perdana Enterprise. Gaya bicara Bella sangat lugas dan mudah dipahami. Marisa mengangguk-angguk dan mencoba memahami setiap perkataan Bella. Intinya Marisa bertugas mengurus seluruh jadwal metting Indra dan menemaninya selama metting juga menyiapkan semua berkas yang harus di tanda tangani oleh Indra. "Kamu mengerti, Marisa?" tanya Bella. "Saya mengerti, Mbak." jawab Marisa. "Oh ya, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang Pak Indra. Kamu tidak boleh membuat jadwal metting di hari-hari dimana Pak Indra ada jadwal pribadi! Yang pertama hari Selasa sore, beliau ada jadwal main Band bersama teman-teman masa kuliahnya. Rabu dan Kamis pagi juga beliau ada jadwal fitnes, dan terakhir tidak ada acara apapun pada hari Sabtu karena itu adalah waktu dimana beliau pasti menghabiskan waktu bersama tunangannya!" "Tunangan?" Hati Marisa serasa mencelos. "Ya, Pak Indra sudah bertunangan!" Marisa sempat terdiam lalu menjawab, "Ya Mbak, saya akan mengingatnya..." "Semoga sukses, Marisa. Perlu kamu ketahui juga kalau Pak Indra adalah seorang yang ferfeksionis. Beliau tidak mengenal kata lumayan atau sekedar. Baginya semua yang dikerjakan untuknya adalah SEMPURNA! Kerja yang tekun dan bersungguh-sungguh. "Bekerja sebagai asisten pribadi Pak Indra adalah hal yang tidak mudah. Tidak ada satupun orang yang cocok memegang pekerjaan itu selama beberapa tahun perusahaan ini dipimpin Pak Indra. Asisten pribadi yang terakhir adalah yang terlama bisa bertahan bekerja disini. Itupun karena dia adalah sepupunya Pak Indra."Seperti mimpi rasanya saat Marisa makan siang bersama Indra di restoran seafood yang biasanya Marisa datangi bersama Andro. Marisa kini menyadari kalau dia merasa sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Indra.Sama halnya dengan Indra, dia juga merasa tidak percaya kalau saat ini dia sedang bersama Marisa di restoran seafood yang biasanya Indra datangi bersama Sofie. Indra bahkan mengira kalau dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Marisa."Kamu apa kabar, Marisa?" tanya Indra di sela-sela suapannya."Alhamdulillah baik, Anda sendiri bagaimana?" Marisa balik bertanya."Saya baik-baik saja! Memangnya kamu pikir saya galau karena kepergian kamu?!" Indra jadi sewot!"Lho kok mendadak ketus sih? Saya kan tidak berpikir begitu!" kata Marisa."Mungkin saja kamu berpikir begitu! Saya hanya merasa tidak ada semangat saat-saat ini" Indra malah jaim. Padahal begitu kelimpungan nya dia selama beberapa hari ini karena merasa kehilangan Marisa."Tadi Anda bilang kalau Anda sangat merindukan saya?
Marisa tiba di depan ruang metting bertepatan dengan waktu metting tersebut di mulai. Nafas Marisa sampai terengah-engah karena setengah berlari dan terburu-buru agar bisa sampai secepatnya di Perdana Enterprise."Maaf, apakah saya hampir terlambat?" tanya Marisa begitu melihat ada Bella dan Pak Rafi di depan ruang metting."Marisa! Untungnya kamu segera muncul!" seru Pak Rafi."Ya Tuhan! Saya kira kamu gak akan datang, Marisa!" seru Bella."Sekarang bagaimana? Apakah metting nya sudah di mulai? Apakah Pak Indra sudah bisa di hubungi?" tanya Marisa lagi."Pak Indra masih belum ada kabarnya. Kamu segera saja masuk kedalam ruang metting dan memulai metting nya!" kata Pak Rafi."Iya, Marisa! Lakukanlah tugas ini semaksimal mungkin!" seru Bella."Baiklah, saya akan coba" kata Marisa dan memantapkan hatinya untuk memasuki ruang metting. "Bismillah"Marisa pun menggelar metting pertama kalinya tanpa kehadiran Indra. Walaupun ini terasa sangat membebani pikiran Marisa, tapi untungnya semua
Baru kali ini selama memegang Perdana Enterprise, Indra tidak datang ke kantor padahal tidak sedang dalam perjalanan dinas keluar. Sudah pukul delapan lebih tiga puluh menit tapi Indra belum terlihat datang ke kantor.Bella sudah beberapa kali memasuki ruangan CEO untuk memastikan keberadaan Indra, tapi Indra belum juga muncul. Bella menjadi bingung karena hari ini ada metting dengan salah satu klien penting yaitu Pak Setiawan yang mettingnya minta di schedule ulang karena pada Senin lalu Indra tidak fokus. Sementara metting di jadwalkan pada pukul sepuluh pagi ini."Aduh! Pak Indra kemana sih?! Aku sudah kirim WA tapi tidak dibaca! Aku telepon tidak di angkat! Ini metting nya mau di cancel apa bagaimana?!" batin Bella.Akhirnya Bella menemui Pak Rafi di ruangannya dan membicarakan masalah metting pagi itu. Bella meminta pendapat Pak Rafi tentang apa yang seharusnya dia lakukan karena Indra tidak bisa di hubungi."Jadi bagaimana, pak? Saya bingung menangani masalah ini" kata Bella p
Indra Perdana saat itu sedang berada didalam ruangan kerjanya, masih mengerjakan semua pekerjaannya sendirian karena tidak ada Marisa yang biasanya membantu semua pekerjaannya.Ternyata mengurus semua pekerjaan sendirian itu sangat merepotkan! Indra harus beberapa kali menghubungi Bella karena lupa jadwal metting yang harus dia jalani hari itu. Belum lagi Indra harus mencatat sendiri semua hasil metting dan mengevaluasinya secara mandiri pula!"Sial! Ini semua gara-gara Marisa! Kenapa dia pergi saat pekerjaan kantor benar-benar menumpuk?! Dia pasti sedang enak-enakan rebahan! Sementara saya disini sendiri mengurusi semua pekerjaan ini! Apa saya minta Bella untuk menjadi asisten pribadi saya untuk sementara waktu?! Ah! Tidak bisa! Bella itu kan sekretaris saya! Bella harus tetap berada di kantor. Sementara saya membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa menemani saya metting diluar!" pikir Indra.Semakin lama berpikir, Indra semakin merasa tidak nyaman dan tidak fokus pada pekerjaan
Fero menggeleng kemudian berucap. "Aku bukannya main-main sama Mbak Niki. Tapi kan kita harus pikir-pikir dulu sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Jadi saat ini aku masih dalam tahap penjajakan. Lagipula kan kalau aku menikah sama dia, aku juga akan langsung punya dua anak yang masih kecil! Aku harus benar-benar mapan dulu! Belum lagi orang tuaku, apakah mereka akan setuju kalau aku menikah dengan seorang janda?!""Itu terserah kamu! Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama Mbak Niki. Dan masalah permintaan maaf kamu, aku udah maafin kok. Sekarang kamu lebih baik pindah duduk ke tempat lain! Jangan satu meja sama aku! Aku gak mau kalau sampai nanti ada yang bilang sama Mbak Niki tentang kita makan bersama disini!" kata Marisa."Kamu jangan gitu dong, Mar. Kamu masih marah ya sama aku?! Kalau kamu sudah memaafkan aku, artinya kita bisa bersahabat. Kita bisa dong makan bersama disini. Aku yang traktir! Gimana?!"Marisa menggeleng "Ya gak bisa begitu! Walaupun kita sudah berb
Pagi itu Marisa menyempatkan diri untuk beres-beres kos-annya. Sudah lama sekali Marisa tidak pernah beres-beres rumah. Mungkin hanya sesekali Marisa bisa menyapu kos-annya itu selama bekerja di Perdana Enterprise. Sekarang Marisa berkesempatan untuk mengepel, mengelap kaca, dan juga mencuci gorden.Semalam Andro masih rutin menelepon Marisa. Bahkan mereka sampai berjam-jam bertelepon ria. Andro sebenarnya ingin sekali bisa melakukan video call dengan Marisa. Tapi Marisa menolak karena alasan HP nya sudah mau lowbat. Padahal batu HP nya penuh.Entah kenapa selama seminggu lebih Andro pergi ke Turki. Selama itu pula perasaan Marisa semakin mengambang. Marisa tidak pernah merasakan kerinduan seperti yang Andro rasakan. Yang ada justru semalaman tadi Marisa mengingat-ingat Indra!Bagaimana sekarang keadaan Indra? Apakah dia marah dan membenci Marisa? Bisakah Indra memimpin metting tanpa bantuan Marisa? Bagaimana hubungan Indra sekarang dengan Kayla? Dan apakah Indra sudah berbaikan denga