Share

Bab 2

Penulis: Nini Manies
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 12:59:56

Senin paginya, Marisa dan Gery berangkat pagi-pagi sekali menuju perusahaan Perdana Enterprise dimana mereka akan menjalani praktek kerja lapangan selama tiga bulan.

Marisa dengan rambut panjang hitamnya yang dibiarkan terurai, kemeja putih dan rok span selutut berwarna biru navy. Wajahnya di beri bedak tipis, lipglos pink, dan tanpa alis buatan.

Gery dengan kemeja putih, celana bahan berwarna hitam, sabuk dan juga wajahnya dengan dagu yang sudah rapi dicukur.

Marisa siap masuk gerbang depan gedung perusahaan itu saat Gery menarik lengannya. "Nanti, Mar," ucap Gery.

"Ada apa?" tanya Marisa.

"Berdoa dulu!"

"Bismillah..."

"Bukan gitu, Mar!"

"Terus gimana?"

Gery berdoa dengan dua telapak tangan terbuka dan mata terpejam, tak lupa usai berdoa dia mengusap wajahnya. "Amin ya Allah..."

"Kamu kebanyakan nonton sinetron Amanah Wali, Ger! Kayak masuk pasar genjing aja pake doa gitu segala!" kata Marisa.

"Ya kan biar berkah!"

"Tapi malu kalau keliatan security kantor!"

"Biarin! Nanti dapet CEO galak dan bawel baru tahu rasa kamu!"

"Udah ah! Ayo kita masuk!"

Marisa dan Gery pun memasuki gedung perkantoran yang luar biasa megah itu. Mereka disapa ramah petugas di lobi. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Kami berdua mahasiswa dari kampus Guna Bakti yang akan ikut PKL disini, Mbak." ujar Gery.

"Oh iya, silahkan kalian menghadap Pak Rafi di ruangan HRD. Kalian naik saja ke lantai dua dan ruangannya ada disebelah kanan. Nanti ada disana tertulis ruangan HRD."

"Makasih Mbak." ucap Marisa.

"Ya sama-sama."

Marisa dan Gery pun segera menuju lift dan masuk ke dalamnya. Baru saja Gery hendak memencet tombol penutup pintu, satu sosok tinggi besar tampan memakai jas hitam rapi terlanjur ikut memasuki lift. Tubuh tinggi tegap, kulit putih, dan rambut berkilau rapi yang dimilikinya semakin menambah pesona yang dipancarkannya. Aroma wangi segar memenuhi ruangan lift itu. Seketika Marisa merasa terpesona.

"Wah... Luar biasa tampannya..." batin Marisa dengan mata yang tak lepas-lepas dari pandangannya terhadap lelaki berjas hitam itu.

"Hai!" sapa sang pria tampan berjas itu.

"Selamat siang, Pak!" sapa Gery.

"Siang. Kalian siapa? Saya seperti baru melihat kalian berdua,"

"Kami mahasiswa yang mau PKL disini, Pak!" ujar Marisa.

"Oh begitu, nanti kalian temui Pak Rafi dilantai dua, ya,"

"Iya, udah tahu kok Pak," ucap Gery enteng.

"Hus! Sopan dikit!" bisik Marisa.

Pria berjas itu hanya tersenyum kecil seraya memandangi wajah Marisa.

Tiba dilantai dua, pintu lift terbuka. Gery dan Marisa keluar terlebih dahulu dari dalam lift. "Mari Pak," ucap Marisa.

"Mari, semoga nyaman PKL disini." kata pria tampan berjas itu.

Pintu lift pun tertutup kembali dan membawa pria berjas itu ke lantai yang lebih tinggi.

"Ganteng ya?" kata Marisa seraya senyum-senyum sendiri.

"Heeh, keliatan banget aura orang kaya nya..." timpal Gery.

"Kamu ini, Ger! Tadi waktu Bapak ganteng itu bilang kita temui Pak Rafi di lantai dua, kamu malah jawab 'udah tahu Pak' , gak sopan banget!"

"Emangnya aku harus bilang gimana gitu?"

"Makasih Pak, gitu!"

"Oh..."

"Bapak ganteng tadi kayaknya orang penting di perusahaan ini! Mungkin CEO nya!"

"Iya, aku juga berpikir gitu."

"Udah ganteng, kaya, ramah lagi! Its so ferfect!" mata Marisa berbinar.

"Nah! Mulai ada tanda-tanda mau ngincer CEO nih!" tegur Gery.

"Apaan sih?!"

"Inget Fero ya!"

Fero adalah pacar Marisa yang sudah setengah tahun ini menjalin cinta dengan Marisa.

"Iyalah! Aku setia kok sama Fero!" tukas Marisa.

"Setia sih setia! Melihat Bapak ganteng tadi mata kamu langsung membrojol keluar!"

"Enak aja! Mata aku masih ada di dalam rongganya! Sekarang sebaiknya kita temui Pak Rafi!"

Mudah saja bagi Marisa dan Gery untuk menemukan ruangan HRD dan masuk ke dalamnya. Disana mereka disambut sang pemimpin HRD yang tak lain adalah Pak Rafi sendiri.

"Coba saya lihat berkas kalian berdua," kata Pak Rafi.

Marisa dan Gery segera menyerahkan berkas mereka. Lama juga Pak Rafi meneliti berkas itu sambil sesekali melirik kearah Marisa dan Gery yang dug-dugan.

"Berkas kalian bagus! Kalian termasuk mahasiswa berprestasi di kampus kalian. Saya menerima pengajuan PKL kalian di perusahaan ini. Selamat bergabung!" kata Pak Rafi seraya menyalami Marisa dan Gery.

"Terima kasih Pak!" ucap Marisa dan Gery berbarengan.

"Saya akan menempatkan Gery di bagian gudang karena saya lihat badan Gery yang besar dan kuat,"

Hati Gery mencelos. "B... Bagian gudang, Pak?"

"Iya, kebetulan bagian gudang kekurangan satu orang karyawan. Tugas kamu adalah membantu mengemasi barang yang masuk maupun yang keluar dan tidak lupa mencatat semua jumlahnya. Untuk lebih jelasnya nanti akan dijelaskan lebih rinci oleh kepala bagian gudang, yaitu Pak Nino"

"Baik Pak," ucap Gery terpaksa.

"Dan untuk Marisa, sepertinya kamu bisa saya tempatkan di bagian pembukuan. Nanti data dalam bentuk fisik bisa kamu tuangkan ke dalam bentuk digital. Di berkas saya lihat kamu bagus dalam komputer!" kata Pak Rafi kali ini pada Marisa"

"Baik Pak." kata Marisa.

Tiba-tiba telepon di ruangan Pak Rafi berbunyi nyaring. Pak Rafi segera mengangkatnya. Tidak jelas terdengar apa yang dibicarakan, hanya terdengar Pak Rafi bicara, "Iya Pak" berulang kali.

Selesai bicara melalui telepon, Pak Rafi menatap Marisa. "Marisa, barusan saya mendapat telepon dari Pak Indra Perdana selaku CEO di perusahaan ini. Beliau meminta saya untuk membawa kamu ke ruangannya sekarang!" tutur Pak Rafi.

"S... Saya?" tanya Marisa ragu.

"Ya, kamu!" Pak Rafi bangkit dari kursinya. "Ayo ikut saya! Dan kamu Gery, temui Pak Nino di belakang gedung bagian gudang!"

"Ya Pak." kata Gery.

Pak Rafi mendahului Marisa dan Gery keluar ruangan.

"Ger, maaf aku ikut Pak Rafi dulu ya?" kata Marisa yang sebenarnya iba pada Gery yang harus mendapat tugas di bagian gudang.

"Iya Mar, aku ke belakang dulu..." kata Gery lesu.

"Sabar ya Ger, mudah-mudahan kamu bisa segera masuk ke bagian lain yang lebih baik, bagian QC misalnya,"

"Gak papa, Mar. Emang aku udah dari sananya tampang kuli kok!"

"Jangan gitu, Ger... Aku jadi gak enak..."

"Biasa aja Mar, nanti siang kita makan bareng ya?"

"Oke, nanti kita kontekan."

"Mudah-mudahan kamu dikasih jabatan jadi sekertaris Pak CEO!"

"Ah, masa!"

"Ya mungkin aja pria gantengnya tadi yang telepon Pak Rafi biar kamu dibawa ke ruangannya buat jadi sekertarisnya!"

"Apa pria tadi itu benar-benar CEO di perusahaan ini?"

"Ah! Sial sekali aku! Pasti gara-gara aku bilang kurang sopan tadi jadi aku di tempatkan dibagian gudang! CEO ganteng itu udah sekongkol sama Pak Rafi untuk menjatuhkan aku!" kata Gery berapi-api.

"Ah kamu ini! Masa sampai kayak gitu?! Ya udah aku ikut Pak Rafi dulu." Marisa segera mengikuti Pak Rafi keluar ruangan dan mereka menuju lift dan naik ke lantai 8.

Marisa dan Pak Rafi sampai di lantai 8. Hawa di ruangan itu terasa lebih dingin membuat bulu-bulu halus yang ada lengan Marisa berdiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CEO Buaya Darat    Bab 82

    Indra membisu sepanjang perjalanan pulang dari tempat fitnes, sementara Kayla semakin merasa tidak enak karena merasa Indra tidak puas dengan pelayanannya.Kayla memegang paha Indra yang saat itu sedang sibuk mengemudikan mobilnya. "Pak Indra, Bapak kecewa, ya? Saya minta maaf... Anda masih mau kan dekat dengan saya?"katanya."Sudahlah, Kayla! Saya tidak ingin membahas kejadian tadi di fitnes center! Saya khilaf dan saya tidak akan pernah mengulanginya lagi! Kamu mau apa sebagai balasan atas apa yang telah kamu lakukan tadi untuk saya?" kata Indra.Kayla malah mengelus-elus paha Indra sampai ke pangkalnya dan menyandarkan kepalanya di bahu Indra. "Saya tidak minta apa-apa, Pak Indra. Saya hanya ingin Bapak jangan pernah meninggalkan saya. Saya sudah jatuh cinta pada Bapak. Saya tidak akan menolak jika Anda ingin mengulanginya lagi. Kapanpun Anda mau""Saya tidak akan melakukannya lagi! Dan saya juga tidak bisa menjanjikan apa-apa pada kamu! Saya bebas meninggalkan kamu kapanpun saya

  • CEO Buaya Darat    Bab 81

    Indra membawa Kayla ke fitnes center pribadinya. Dimana Indra bisa nge-gym sepuasnya tanpa harus berbaur bersama dengan orang lain.Baru saja memasuki ruangan fitnes, Kayla sudah merangkulkan kedua tangan di leher Indra dan mencium bibir Indra. Indra membalas ciuman Kayla dengan penuh nafsu. Keduanya berciuman lama dan ketat.Yang ada di benak Kayla saat ini adalah menyerahkan dirinya kedalam pelukan Indra dan melayani Indra sebaik mungkin. Agar Indra terkesan dengan pelayanan Kayla dan tidak akan meninggalkan wanita itu."Pokoknya saat ini Pak Indra harus bisa aku dapatkan dan aku buat ketagihan dengan permainan cintaku! Kalau dia sudah tahu rasanya bercinta denganku, dia pasti akan menjadikan aku simpanan pribadinya! Aku bisa dapat uang banyak dan apartemen pribadi! Pak Indra kan memiliki banyak apartemen mewah!" batin Kayla.Kayla mulai merapatkan tubuhnya ke tubuh Indra dan menggesek-gesekan bagian-bagian tubuhnya yang sensitif ke tubuh Indra. Ciuman Indra pun terasa semakin liar

  • CEO Buaya Darat    Bab 80

    Pada keesokan harinya Kayla menghampiri Marisa yang masih berada di ruang metting. Ruang metting saat itu sudah sepi setelah Indra mengadakan metting dengan para kepala bagian pada pukul satu siang dan baru saja usai tiga puluh menit yang lalu.Marisa memang masih berada disana karena masih harus membereskan berkas-berkas yang tadi di gunakan saat metting. Saat Kayla memasuki ruangan itu, Marisa tidak begitu memperhatikan."Selamat siang menjelang sore, Marisa" sapa Kayla."Sore, Kayla" balas Marisa dengan mata tidak beralih dari berkas-berkas yang berserakan di atas meja."Pak Indra Perdana ada dimana?" tanya Kayla."Pak Indra ada jadwal main Band bersama teman-teman masa kuliahnya. Kamu tidak tahu? Itukan sudah menjadi rutinitas Pak Indra" jawab Marisa agak menohok."Oh iya! Ya ampun aku lupa! Sebentar! Sepertinya Pak Indra sudah ngabarin aku. Tapi aku lupa cek HP aku!" Kayla memeriksa HP nya dan memekik. "Ya ampun! Pak Indra sudah kirim pesan WA! Dia minta izin untuk main Band sama

  • CEO Buaya Darat    Bab 79

    Marisa hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengusap dadanya. Betapa jumawanya seorang Indra Perdana sehingga dia merasa masih butuh selir setelah memiliki ratu secantik Sofie!"Ya, Pak Indra. Terserah Anda mau berbuat apa. Anda memang memiliki segalanya. Tapi kalau boleh saya memberikan sedikit masukan, saya mohon Anda mempertimbangkan perasaan Bu Sofie. Saya sebagai seorang wanita merasa ikut tersakiti. Apa Anda tidak punya sedikit saja rasa bersalah kepada Bu Sofie?" kata Marisa."Kamu pikir kamu ini siapa?! Kamu cuma bawahan saya! Bahkan kamu juga belum tentu berjodoh dengan adik saya! Kamu tidak pantas bicara seperti itu pada saya! Sekarang lebih baik kamu urusi saja urusan kamu sendiri! Jaga Andro baik-baik agar dia jangan sampai selingkuh di Turki sana! Saya sudah merestui hubungan kamu dan Andro! Bukannya berterima kasih kamu malah ikut campur urusan pribadi saya!" Indra berang."Maaf, Pak Indra yang terhormat. Saya hanya memberi sedikit masukan saja. Kalau Anda tidak berk

  • CEO Buaya Darat    Bab 78

    Marisa duduk di kursi kerjanya dan segera menyibukkan dirinya dengan menyusun laporan metting Jumat kemarin yang harus segera di berikan pada Indra untuk di tanda tangani.Marisa mencoba fokus pada pekerjaannya tapi pikirannya tidak bisa di ajak berkonsentrasi. Bagaimana bisa berkonsentrasi jika suara bercandaan Indra dan Kayla sangat jelas terdengar dan memaksa mata Marisa untuk melirik pada keduanya."Sebenarnya apa sih yang ada di pikiran Indra Perdana itu?! Baru saja kemarin memeluk ku, tapi pagi ini dia malah asyik bercanda dengan Kayla! Padahal aku baru saja berpikir kalau mungkin dia mulai ada rasa sayang kepada ku.Padahal dia sama sekali tidak pernah berubah! Dia hanya ingin mempermainkan perasaan ku saja! Tapi kenapa aku malah berpikir yang muluk! Aku bahkan sudah jatuh kedalam pelukannya dan bersandar di bahunya!"Marisa lalu teringat pada Andro yang kini sedang berada di Turki. Yang sedang bekerja keras agar saat nanti pulang bisa meyakinkan Indra untuk melamar Marisa."He

  • CEO Buaya Darat    Bab 77

    Mama menatap Indra dengan pandangan yang seolah tidak percaya. Bagaimana mungkin Indra mencintai Marisa?! Kekasih dari Andro, adiknya sendiri! Bahkan pada awal kedekatan Marisa dan Andro, Indra yang sangat menolak dengan menjelek-jelekkan Marisa."Kamu mencintai Marisa?! Ya Tuhan...! Sejak kapan?!" tanya Mama."Entahlah, Mam. Mungkin jauh sebelum Andro mendekati Marisa dan membawanya kesini! Dan kini yang jelas rasa itu semakin hari semakin kuat! Saya sendiri tidak mengerti kenapa saya bisa memiliki perasaan ini?! Kalau saja bisa, pasti saya sudah menghapusnya! Tapi saya tidak bisa!" tutur Indra mencurahkan isi hatinya."Dra, kamu tidak boleh menginginkan apa yang jadi milik Andro! Selama ini Andro tidak pernah seserius ini pada seorang gadis. Andro sangat mencintai Marisa. Mama mohon, Dra... Jangan kamu rebut Marisa dari Andro" Mama memohon."Saya tahu, Mama tidak usah khawatir. Saya tidak akan mengambil Marisa dari tangan Andro. Tapi saya minta waktu sebentar untuk bisa melupakan Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status