Share

Bab 4

Author: Nini Manies
last update Huling Na-update: 2025-02-23 10:21:13

Marisa memasuki kembali ke ruangan CEO. Tampak Indra sedang sibuk dengan laptopnya di depan meja kerja. Marisa mencoba menyapa dengan menanyakan dimana meja kerjanya.

"Maaf, Pak Indra. Saya bisa mulai bekerja dimana? Di ruangan ini atau di ruang lainnya?"

Indra mengangkat sedikit wajahnya dan mengangkat sebelah alisnya. "Kamu bekerja di ruangan ini! Disini! Kamu kan asisten pribadi saya! Itu meja kerja kamu! Kerjakan tugas kamu dengan baik dan jangan banyak bertanya! Saya sedang sibuk! Kamu tahu berapa milyar aset perusahaan yang akan hilang kalau saya melayani kamu bicara terus?!"

"Maaf Pak..." Marisa menunduk lalu segera duduk di depan meja kerjanya yang tidak jauh dari meja kerja Indra. "Ya Allah... Masa nanyain dimana ruangan aku aja bisa menghilangkan aset perusahaan..?" batin Marisa lirih sekaligus dongkol.

Marisa mulai membuka laptopnya dan meneliti schedule Indra untuk Minggu ini. Ada beberapa jadwal metting di perusahaan Perdana Enterprise juga di perusahaan klien. Marisa juga harus membuat print berkas-berkas yang harus Indra tanda tangani sebagai persetujuan kalau Indra bersedia metting dengan kliennya.

Marisa merasa senang bisa mulai bekerja di kantoran seperti impiannya selama ini. Menjadi wanita karier yang duduk di depan meja kerja dengan ditemani sebuah laptop. Kalau Mamanya tahu pasti senang! Apa ia kirim foto saja ke Mamanya ya?

Marisa mengeluarkan HP dari tas kecilnya lalu mengambil foto selfie untuk dikirim pada Mamanya di Bogor. Foto yang memperlihatkan Marisa tersenyum dengan laptop di meja kerjanya.

"Heh! Apa yang kamu lakukan?!" tiba-tiba terdengar keras teguran Indra.

Marisa terkejut bukan main. Dia pikir Indra tidak akan melihat kegiatan selfienya karena sedang sibuk dengan laptopnya. "Maaf Pak, saya mau kirim foto selfie buat Mama saya dirumah..." jawab Marisa takut.

"Apa kamu bilang? Kirim foto selfie?!"

"Iya Pak. Mama pasti senang melihat saya sudah mulai kerja."

"Dasar konyol! Berikan HP kamu!" Indra membentak.

Marisa maju dan memberikan HP nya dengan takut-takut. Indra melotot melihat foto selfie Marisa. Bahkan Marisa tak berani menatap sepasang mata sadis yang menakutkan itu. Diperhatikannya sebentar foto selfie itu dan langsung dihapusnya!

"Kamu ini benar-benar tidak profesional! Jangan selfi di ruangan saya! Kamu ada disini untuk bekerja! Bukan untuk foto selfie! Kamu mau kerja atau tidak?! Kamu butuh uang dan rekomendasi dari saya, bukan?!"

"Iya, saya benar-benar minta maaf, Pak..." Marisa sampai berkaca-kaca saat meminta maaf pada Indra.

"Duduk dan kembali bekerja!"

"HP saya Pak?"

"HP kamu saya tahan! Agar kamu bisa fokus dalam bekerja!"

Marisa merenggut kesal dalam hatinya. "Baik, Pak..." hanya dua kata itu yang Marisa dapat ucapkan.

Marisa pun kembali duduk di kursi kerjanya dengan mood yang berantakan "Kenapa jadi ada penahanan HP begini?! Ini sih udah melanggar hak asasi pribadi!" batin Marisa geram tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Marisa terpaksa menekuni laptop untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi, tunggu dulu! Kenapa Indra malah terlihat mengotak-atik HP milik Marisa?! Wah! Ini sudah keterlaluan!

"Maaf Pak, HP saya jangan di buka-buka!" pinta Marisa.

Indra hanya melirik sedikit lalu melanjutkan membuka-buka HP Marisa.

"Pak Indra Perdana, mohon maaf HP saya jangan di buka-buka! Itu wilayah pribadi saya!" pinta Marisa lagi dengan menggunakan sedikit penekanan.

"Siapa cowok yang berfoto sama kamu ini?! Yang kamu jadikan wallpaper?!" Indra malah bertanya hal yang lain.

"Apa saya harus menjawab pertanyaan Bapak?" Marisa balik bertanya dengan alis yang terangkat sebelah.

"Dasar! Masih kecil udah pacaran!" rutuk Indra lalu menaruh HP Marisa di mejanya dengan setengah dibanting!

"Aduh! Bisa rusak HP aku!" keluh Marisa dalam hati. Ia menggigit bibirnya sendiri sambil menahan kesal.

"Kerjakan tugas kamu! Lihat! Saya sudah simpan HP kamu! Kamu pikir saya tertarik dengan apa isi HP kamu?!"

Marisa kembali fokus pada laptopnya. "Kalau gak kepo dan tertarik, ngapain buka-buka HP aku?! Segala bilang aku masih kecil udah pacaran! Umur aku udah 22 tahun! Menyebalkan!"

Tiba jam makan siang seolah menjadi nafas baru bagi Marisa. Bagaimana tidak?! Hampir empat jam ia berada satu ruangan bersama seorang pria yang sangat-sangat tidak menyenangkan!

"Pak, saya boleh keluar untuk makan siang? Tugas saya sudah selesai. Saya sudah menyusun jadwal Bapak untuk seminggu ini," kata Marisa.

"Saya mengizinkan kamu keluar untuk makan siang. Tapi jam satu kamu sudah harus ada disini lagi untuk membuat berkas-berkas yang harus saya tanda tangani!"

"Baik Pak Indra, saya akan kembali secepat mungkin."

"Silahkan keluar dari ruangan saya!"

"Maaf, HP saya Pak,"

"Oh, HP kamu? Ambil! Kamu pikir saya perduli dengan HP kamu ini?! Saya hanya perduli pada kinerja kamu!" Indra menggeser HP Marisa yang ada diatas meja kerjanya ke arah Marisa hingga hampir jatuh ke lantai kalau saja marisa tidak sigap mengambilnya.

"Ya Tuhan ini orang gak ada sopan santun nya sama sekali! Mentang-mentang CEO!" geram Marisa dalam hatinya.

"Ya sudah, keluar sana! Pacar kamu yang bernama Gery sudah mengirim puluhan pesan sama kamu! Aneh kamu ini! Masih kecil punya pacar dua! Saya lihat wallpaper kamu bersama cowok mesra sekali! Tapi yang terus kirim WA bukan cowok yang ada di wallpaper kamu itu!" Indra malah merutuk.

"Gery bukan pacar saya Pak. Gery teman saya yang juga PKL di perusahaan ini." sela Marisa.

"Saya tidak butuh penjelasan kamu! Saya hanya khawatir kalau dalam percintaan saja kamu bisa mendua seperti itu, jangan-jangan kalau ada rival bisnis saya yang menawarkan kamu uang untuk menjadi mata-mata untuk membocorkan rahasia di perusahaan ini kamu mau saja! Kamu butuh uang, bukan?!"

"Ya Allah! Kenal juga aku enggak sama rival bisnisnya!" keluh Marisa pelan lalu segera keluar dari ruangan itu daripada harus terus mendengarkan ocehan Indra yang absurd!

Di depan pintu ruangan, Marisa berkali-kali mengelus dadanya. Dia tidak habis pikir dengan CEO-nya yang bernama Indra Perdana itu.

Indra Perdana itu benar-benar seorang pria tampan sempurna tetapi sepertinya agak sinting! Tidak ada seorangpun yang betah bekerja menjadi asisten pribadinya selama beberapa tahun perusahaan ini dipimpin oleh Pak Indra, begitu tadi kata Bella, sekretaris nya sendiri!

Teringat kembali Marisa pada kata-kata Gery saat tadi pagi Marisa enggan melakukan doa sebelum masuk ke area gedung perkantoran.

"Dapet CEO galak dan bawel baru tahu rasa kamu!"

Apakah ini akibat dari Marisa tidak melakukan doa seperti yang diajarkan Gery? Ah rasanya tidak! Gery juga tidak mendapat posisi yang nyaman!

Marisa memeriksa HPnya yang ternyata memang sudah banyak pesan dari Gery untuk mengajak makan siang bersama. Marisa segera membalas WA dari Gery dan turun ke lantai bawah untuk menemui Gery di lobi.

"Lama amat bales nya, Mar!" ucap Gery saat bertemu Marisa.

"Iya, aku gak pegang HP," jawab Marisa lemas.

"Di silent?"

"Bukan, HP aku di tahan Pak Indra Perdana, CEO di perusahaan kita ini!"

"Hah?! Di tahan?!"

"Ya! Dan kamu tahu Ger?!"

"Gak tahu lah! Kamu kan belum cerita!"

"Pak Indra itu ganteng, gagah, sempurna!" ujar Marisa berapi-api. "Tapi aku rasa... Dia agak sinting!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • CEO Buaya Darat    Bab 127

    Bandara internasional Soekarno-Hatta pukul 20:00 malam. Andro Perdana tiba dengan menyeret koper besarnya. Walaupun saat itu tubuhnya terasa sangat lelah, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, Marisa. Sudah banyak agenda yang di susun nya setiba di Jakarta bersama Marisa.Pertama tentu saja makan malam bersama malam ini. Andro bahkan sudah menyiapkan satu tas mewah keluaran terbaru dari Turki yang khusus dia beli untuk Marisa. Selanjutnya mengajak Mama dan Indra untuk menemui keluarga Marisa di Bogor untuk melamar gadis itu. Andro juga sudah membeli sebuah cincin pertunangan yang akan dia pakaian pada jari manis Marisa saat acara pertunangan mereka nanti.Agenda selanjutnya adalah mengajak Marisa untuk pergi umrah berdua sebelum menentukan tanggal pernikahan mereka berdua. Setelah itu tentu saja rencana untuk berbulan madu ke Dubai, membeli rumah sendiri, dan segera memiliki momongan.Andro jadi senyum-senyum sendiri saat membayangkan bahwa sebentar

  • CEO Buaya Darat    Bab 126

    Dengan kepala tertunduk, Indra berkata memelas kepada Marisa agar jangan pergi meninggalkannya. "Saya mohon kepada kamu, Marisa... Jangan tinggalkan saya disini untuk bertemu dengan Andro...! Saya sangat mencintai kamu dan saya tidak mau kehilangan kamu dan saya tidak bisa merelakan kamu pergi menemui Andro...!"Kesombongan dan keangkuhan seorang Indra Perdana langsung runtuh seketika itu juga! Tidak ada lagi kata-kata kasar dan penuh nada menghina. Tidak ada lagi bentakan dan perintah yang bernada arogan. Hanya karena dia telah jatuh cinta kepada seorang wanita sederhana bernama Marisa.Marisa sendiri menjadi serba salah karena Indra bertekuk lutut seperti itu, tapi Marisa juga tidak bisa untuk tidak menjemput Andro! "Pak Indra, jangan berlutut seperti ini! Saya mohon...! Izinkan saya untuk pergi menjemput Andro, saya sudah berjanji untuk menjemput nya saat pulang ke Indonesia" Marisa sampai memohon pada Indra agar mengizinkannya untuk pergi."Tidak, Marisa! Saya bilang kamu tidak bo

  • CEO Buaya Darat    Bab 125

    Alangkah kagetnya Gery saat tiba-tiba mendengar suara keras Indra di telepon!"Hey, Gery kelam! Seenaknya saja kamu bilang kalau saya ini arogan! Kalau saya ini menyebalkan tingkat dewa! Kamu lupa siapa diri kamu?! Kamu hanya seorang mahasiswa biasa yang magang di kantor saya! Kamu bisa mendapatkan nilai bagus untuk PKL kamu atas kemurahan hati saya! Sekarang kamu malah mengolok-olok saya! Apakah kamu tidak tahu kalau HP saya ini sedang dalam keadaan load speaker?!""Astagfirullah! M... Maaf Pak Indra...! Maafkan saya, saya tidak sengaja!" kata Gery dengan nada tercekat."Saya bisa saja mencabut kembali nilai bagus yang saya berikan untuk kamu dan kamu akan semakin lama menjadi mahasiswa! Kamu harus mengulang kembali dari awal! Bahkan saya bisa pastikan kamu tidak akan di terima di perusahaan manapun jika suatu saat kamu PKL lagi!""Ampun, Pak Indra... Sekali lagi saya minta maaf...! Saya cuma bercanda sama Marisa..."Marisa mencoba menenangkan Indra dengan mengelus-elus punggung pria

  • CEO Buaya Darat    Bab 124

    Lama Indra mencium Marisa hingga akhirnya Marisa tersadar dan segera melepaskan diri dari pelukan Indra. Dengan tergesa-gesa Marisa menyeka bibirnya sendiri yang merah basah."Kenapa di seka?! Biarkan saja kering sendiri" kata Indra usil."Kenapa sih Anda selalu saja mencari kesempatan untuk mencium saya!" keluh Marisa."Lho, kan saya di bawah! Kamu yang di atas! Kamu yang mencium saya lebih dulu! Kalau akhirnya saya membalasnya kan itu juga karena kamu menikmatinya!"Marisa tidak bisa menjawab karena merasa kalau memang dia duluan yang mencium Indra!"Lagi-lagi Pak Indra berhasil mencium ku! Ih! Kenapa sih aku tidak bisa menolak! Kalau sudah begini jadinya, bagaimana aku bisa melepaskan diri dan melupakan dia!" rutuk Marisa dalam hatinya."Sekarang kita pergi belanja! Kamu ganti daster kamu!" kata Indra."Apakah harus? Saya kan tidak akan lama berada disini! Lagipula Anda juga sudah mulai membaik!" kata Marisa."Kamu ini bisa tidak sih kalau di ajak sesuatu tidak usah mencari alasan

  • CEO Buaya Darat    Bab 123

    Marisa tersenyum kecil dan berkata, "Ini masih pagi sekali, Pak Indra. Jangan mengigau atau semalam tadi Anda kurang tidur?"Indra tampak khawatir karena Marisa tidak mempercayai kata-katanya. Padahal semalaman tadi Indra memikirkan Marisa hingga merasa lelah dan akhirnya memutuskan untuk berterus terang kepada Marisa tentang perasaannya yang selama ini di pendam terhadap gadis itu.Indra sudah memutuskan untuk menjadikan Marisa sebagai kekasihnya yang baru. Tidak perduli kalau Marisa adalah kekasih adiknya sendiri. Kalau Marisa mencintai dirinya, kenapa Marisa harus bersama Andro?! Tidak mungkin Marisa mencintai kakak beradik sekaligus, bukan?!"Kamu pikir saya mengigau! Saya tidak sedang tertidur dan saya menyatakan semua itu dengan kesadaran penuh!" geram Indra!"Saya tidak percaya!" tegas Marisa!"Kenapa?!""Setelah apa yang terjadi selama ini, bagaimana perlakuan Anda terhadap saya, mana yang saya percaya kalau Anda menyimpan perasaan cinta kepada saya!""Tapi saya tidak berbohon

  • CEO Buaya Darat    Bab 122

    Marisa merasa tidak mengerti dengan jalan pikirannya saat ini. Dia berada di sebuah vila di kawasan puncak Bogor bersama Sang CEO arogan yang bernama Indra Perdana. Seorang CEO menyebalkan yang selama ini selalu saja menghina dan bersikap kasar kepadanya. Dan Marisa justru bersedia ikut ke vila ini untuk menjadi perawat pribadi Indra sampai pria itu sembuh. Tanpa kontrak kerja yang jelas, gaji yang belum tentu, juga akses komunikasi yang di batasi! Pekerjaan macam apa ini?!Bukankah Marisa adalah seorang mahasiswi jurusan akuntansi yang sudah menyelesaikan praktek kerja lapangan nya di perusahaan Perdana Enterprise?! Dan sekarang kenapa Marisa masih saja berurusan dengan Indra Perdana?! Masih saja terlibat dalam kehidupan nya! Masih saja menjadi bawahannya!Dan gila nya Marisa tidak bisa menolak! Tidak bisa pergi, tidak bisa lari, dan tidak bisa menghindar! Padahal saat berada di rumah sakit langganan Indra siang tadi, Marisa sudah punya kesempatan untuk melepaskan diri dari belenggu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status