Marisa memasuki kembali ke ruangan CEO. Tampak Indra sedang sibuk dengan laptopnya di depan meja kerja. Marisa mencoba menyapa dengan menanyakan dimana meja kerjanya.
"Maaf, Pak Indra. Saya bisa mulai bekerja dimana? Di ruangan ini atau di ruang lainnya?" Indra mengangkat sedikit wajahnya dan mengangkat sebelah alisnya. "Kamu bekerja di ruangan ini! Disini! Kamu kan asisten pribadi saya! Itu meja kerja kamu! Kerjakan tugas kamu dengan baik dan jangan banyak bertanya! Saya sedang sibuk! Kamu tahu berapa milyar aset perusahaan yang akan hilang kalau saya melayani kamu bicara terus?!" "Maaf Pak..." Marisa menunduk lalu segera duduk di depan meja kerjanya yang tidak jauh dari meja kerja Indra. "Ya Allah... Masa nanyain dimana ruangan aku aja bisa menghilangkan aset perusahaan..?" batin Marisa lirih sekaligus dongkol. Marisa mulai membuka laptopnya dan meneliti schedule Indra untuk Minggu ini. Ada beberapa jadwal metting di perusahaan Perdana Enterprise juga di perusahaan klien. Marisa juga harus membuat print berkas-berkas yang harus Indra tanda tangani sebagai persetujuan kalau Indra bersedia metting dengan kliennya. Marisa merasa senang bisa mulai bekerja di kantoran seperti impiannya selama ini. Menjadi wanita karier yang duduk di depan meja kerja dengan ditemani sebuah laptop. Kalau Mamanya tahu pasti senang! Apa ia kirim foto saja ke Mamanya ya? Marisa mengeluarkan HP dari tas kecilnya lalu mengambil foto selfie untuk dikirim pada Mamanya di Bogor. Foto yang memperlihatkan Marisa tersenyum dengan laptop di meja kerjanya. "Heh! Apa yang kamu lakukan?!" tiba-tiba terdengar keras teguran Indra. Marisa terkejut bukan main. Dia pikir Indra tidak akan melihat kegiatan selfienya karena sedang sibuk dengan laptopnya. "Maaf Pak, saya mau kirim foto selfie buat Mama saya dirumah..." jawab Marisa takut. "Apa kamu bilang? Kirim foto selfie?!" "Iya Pak. Mama pasti senang melihat saya sudah mulai kerja." "Dasar konyol! Berikan HP kamu!" Indra membentak. Marisa maju dan memberikan HP nya dengan takut-takut. Indra melotot melihat foto selfie Marisa. Bahkan Marisa tak berani menatap sepasang mata sadis yang menakutkan itu. Diperhatikannya sebentar foto selfie itu dan langsung dihapusnya! "Kamu ini benar-benar tidak profesional! Jangan selfi di ruangan saya! Kamu ada disini untuk bekerja! Bukan untuk foto selfie! Kamu mau kerja atau tidak?! Kamu butuh uang dan rekomendasi dari saya, bukan?!" "Iya, saya benar-benar minta maaf, Pak..." Marisa sampai berkaca-kaca saat meminta maaf pada Indra. "Duduk dan kembali bekerja!" "HP saya Pak?" "HP kamu saya tahan! Agar kamu bisa fokus dalam bekerja!" Marisa merenggut kesal dalam hatinya. "Baik, Pak..." hanya dua kata itu yang Marisa dapat ucapkan. Marisa pun kembali duduk di kursi kerjanya dengan mood yang berantakan "Kenapa jadi ada penahanan HP begini?! Ini sih udah melanggar hak asasi pribadi!" batin Marisa geram tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Marisa terpaksa menekuni laptop untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi, tunggu dulu! Kenapa Indra malah terlihat mengotak-atik HP milik Marisa?! Wah! Ini sudah keterlaluan! "Maaf Pak, HP saya jangan di buka-buka!" pinta Marisa. Indra hanya melirik sedikit lalu melanjutkan membuka-buka HP Marisa. "Pak Indra Perdana, mohon maaf HP saya jangan di buka-buka! Itu wilayah pribadi saya!" pinta Marisa lagi dengan menggunakan sedikit penekanan. "Siapa cowok yang berfoto sama kamu ini?! Yang kamu jadikan wallpaper?!" Indra malah bertanya hal yang lain. "Apa saya harus menjawab pertanyaan Bapak?" Marisa balik bertanya dengan alis yang terangkat sebelah. "Dasar! Masih kecil udah pacaran!" rutuk Indra lalu menaruh HP Marisa di mejanya dengan setengah dibanting! "Aduh! Bisa rusak HP aku!" keluh Marisa dalam hati. Ia menggigit bibirnya sendiri sambil menahan kesal. "Kerjakan tugas kamu! Lihat! Saya sudah simpan HP kamu! Kamu pikir saya tertarik dengan apa isi HP kamu?!" Marisa kembali fokus pada laptopnya. "Kalau gak kepo dan tertarik, ngapain buka-buka HP aku?! Segala bilang aku masih kecil udah pacaran! Umur aku udah 22 tahun! Menyebalkan!" Tiba jam makan siang seolah menjadi nafas baru bagi Marisa. Bagaimana tidak?! Hampir empat jam ia berada satu ruangan bersama seorang pria yang sangat-sangat tidak menyenangkan! "Pak, saya boleh keluar untuk makan siang? Tugas saya sudah selesai. Saya sudah menyusun jadwal Bapak untuk seminggu ini," kata Marisa. "Saya mengizinkan kamu keluar untuk makan siang. Tapi jam satu kamu sudah harus ada disini lagi untuk membuat berkas-berkas yang harus saya tanda tangani!" "Baik Pak Indra, saya akan kembali secepat mungkin." "Silahkan keluar dari ruangan saya!" "Maaf, HP saya Pak," "Oh, HP kamu? Ambil! Kamu pikir saya perduli dengan HP kamu ini?! Saya hanya perduli pada kinerja kamu!" Indra menggeser HP Marisa yang ada diatas meja kerjanya ke arah Marisa hingga hampir jatuh ke lantai kalau saja marisa tidak sigap mengambilnya. "Ya Tuhan ini orang gak ada sopan santun nya sama sekali! Mentang-mentang CEO!" geram Marisa dalam hatinya. "Ya sudah, keluar sana! Pacar kamu yang bernama Gery sudah mengirim puluhan pesan sama kamu! Aneh kamu ini! Masih kecil punya pacar dua! Saya lihat wallpaper kamu bersama cowok mesra sekali! Tapi yang terus kirim WA bukan cowok yang ada di wallpaper kamu itu!" Indra malah merutuk. "Gery bukan pacar saya Pak. Gery teman saya yang juga PKL di perusahaan ini." sela Marisa. "Saya tidak butuh penjelasan kamu! Saya hanya khawatir kalau dalam percintaan saja kamu bisa mendua seperti itu, jangan-jangan kalau ada rival bisnis saya yang menawarkan kamu uang untuk menjadi mata-mata untuk membocorkan rahasia di perusahaan ini kamu mau saja! Kamu butuh uang, bukan?!" "Ya Allah! Kenal juga aku enggak sama rival bisnisnya!" keluh Marisa pelan lalu segera keluar dari ruangan itu daripada harus terus mendengarkan ocehan Indra yang absurd! Di depan pintu ruangan, Marisa berkali-kali mengelus dadanya. Dia tidak habis pikir dengan CEO-nya yang bernama Indra Perdana itu. Indra Perdana itu benar-benar seorang pria tampan sempurna tetapi sepertinya agak sinting! Tidak ada seorangpun yang betah bekerja menjadi asisten pribadinya selama beberapa tahun perusahaan ini dipimpin oleh Pak Indra, begitu tadi kata Bella, sekretaris nya sendiri! Teringat kembali Marisa pada kata-kata Gery saat tadi pagi Marisa enggan melakukan doa sebelum masuk ke area gedung perkantoran. "Dapet CEO galak dan bawel baru tahu rasa kamu!" Apakah ini akibat dari Marisa tidak melakukan doa seperti yang diajarkan Gery? Ah rasanya tidak! Gery juga tidak mendapat posisi yang nyaman! Marisa memeriksa HPnya yang ternyata memang sudah banyak pesan dari Gery untuk mengajak makan siang bersama. Marisa segera membalas WA dari Gery dan turun ke lantai bawah untuk menemui Gery di lobi. "Lama amat bales nya, Mar!" ucap Gery saat bertemu Marisa. "Iya, aku gak pegang HP," jawab Marisa lemas. "Di silent?" "Bukan, HP aku di tahan Pak Indra Perdana, CEO di perusahaan kita ini!" "Hah?! Di tahan?!" "Ya! Dan kamu tahu Ger?!" "Gak tahu lah! Kamu kan belum cerita!" "Pak Indra itu ganteng, gagah, sempurna!" ujar Marisa berapi-api. "Tapi aku rasa... Dia agak sinting!"Seperti mimpi rasanya saat Marisa makan siang bersama Indra di restoran seafood yang biasanya Marisa datangi bersama Andro. Marisa kini menyadari kalau dia merasa sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Indra.Sama halnya dengan Indra, dia juga merasa tidak percaya kalau saat ini dia sedang bersama Marisa di restoran seafood yang biasanya Indra datangi bersama Sofie. Indra bahkan mengira kalau dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Marisa."Kamu apa kabar, Marisa?" tanya Indra di sela-sela suapannya."Alhamdulillah baik, Anda sendiri bagaimana?" Marisa balik bertanya."Saya baik-baik saja! Memangnya kamu pikir saya galau karena kepergian kamu?!" Indra jadi sewot!"Lho kok mendadak ketus sih? Saya kan tidak berpikir begitu!" kata Marisa."Mungkin saja kamu berpikir begitu! Saya hanya merasa tidak ada semangat saat-saat ini" Indra malah jaim. Padahal begitu kelimpungan nya dia selama beberapa hari ini karena merasa kehilangan Marisa."Tadi Anda bilang kalau Anda sangat merindukan saya?
Marisa tiba di depan ruang metting bertepatan dengan waktu metting tersebut di mulai. Nafas Marisa sampai terengah-engah karena setengah berlari dan terburu-buru agar bisa sampai secepatnya di Perdana Enterprise."Maaf, apakah saya hampir terlambat?" tanya Marisa begitu melihat ada Bella dan Pak Rafi di depan ruang metting."Marisa! Untungnya kamu segera muncul!" seru Pak Rafi."Ya Tuhan! Saya kira kamu gak akan datang, Marisa!" seru Bella."Sekarang bagaimana? Apakah metting nya sudah di mulai? Apakah Pak Indra sudah bisa di hubungi?" tanya Marisa lagi."Pak Indra masih belum ada kabarnya. Kamu segera saja masuk kedalam ruang metting dan memulai metting nya!" kata Pak Rafi."Iya, Marisa! Lakukanlah tugas ini semaksimal mungkin!" seru Bella."Baiklah, saya akan coba" kata Marisa dan memantapkan hatinya untuk memasuki ruang metting. "Bismillah"Marisa pun menggelar metting pertama kalinya tanpa kehadiran Indra. Walaupun ini terasa sangat membebani pikiran Marisa, tapi untungnya semua
Baru kali ini selama memegang Perdana Enterprise, Indra tidak datang ke kantor padahal tidak sedang dalam perjalanan dinas keluar. Sudah pukul delapan lebih tiga puluh menit tapi Indra belum terlihat datang ke kantor.Bella sudah beberapa kali memasuki ruangan CEO untuk memastikan keberadaan Indra, tapi Indra belum juga muncul. Bella menjadi bingung karena hari ini ada metting dengan salah satu klien penting yaitu Pak Setiawan yang mettingnya minta di schedule ulang karena pada Senin lalu Indra tidak fokus. Sementara metting di jadwalkan pada pukul sepuluh pagi ini."Aduh! Pak Indra kemana sih?! Aku sudah kirim WA tapi tidak dibaca! Aku telepon tidak di angkat! Ini metting nya mau di cancel apa bagaimana?!" batin Bella.Akhirnya Bella menemui Pak Rafi di ruangannya dan membicarakan masalah metting pagi itu. Bella meminta pendapat Pak Rafi tentang apa yang seharusnya dia lakukan karena Indra tidak bisa di hubungi."Jadi bagaimana, pak? Saya bingung menangani masalah ini" kata Bella p
Indra Perdana saat itu sedang berada didalam ruangan kerjanya, masih mengerjakan semua pekerjaannya sendirian karena tidak ada Marisa yang biasanya membantu semua pekerjaannya.Ternyata mengurus semua pekerjaan sendirian itu sangat merepotkan! Indra harus beberapa kali menghubungi Bella karena lupa jadwal metting yang harus dia jalani hari itu. Belum lagi Indra harus mencatat sendiri semua hasil metting dan mengevaluasinya secara mandiri pula!"Sial! Ini semua gara-gara Marisa! Kenapa dia pergi saat pekerjaan kantor benar-benar menumpuk?! Dia pasti sedang enak-enakan rebahan! Sementara saya disini sendiri mengurusi semua pekerjaan ini! Apa saya minta Bella untuk menjadi asisten pribadi saya untuk sementara waktu?! Ah! Tidak bisa! Bella itu kan sekretaris saya! Bella harus tetap berada di kantor. Sementara saya membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa menemani saya metting diluar!" pikir Indra.Semakin lama berpikir, Indra semakin merasa tidak nyaman dan tidak fokus pada pekerjaan
Fero menggeleng kemudian berucap. "Aku bukannya main-main sama Mbak Niki. Tapi kan kita harus pikir-pikir dulu sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Jadi saat ini aku masih dalam tahap penjajakan. Lagipula kan kalau aku menikah sama dia, aku juga akan langsung punya dua anak yang masih kecil! Aku harus benar-benar mapan dulu! Belum lagi orang tuaku, apakah mereka akan setuju kalau aku menikah dengan seorang janda?!""Itu terserah kamu! Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama Mbak Niki. Dan masalah permintaan maaf kamu, aku udah maafin kok. Sekarang kamu lebih baik pindah duduk ke tempat lain! Jangan satu meja sama aku! Aku gak mau kalau sampai nanti ada yang bilang sama Mbak Niki tentang kita makan bersama disini!" kata Marisa."Kamu jangan gitu dong, Mar. Kamu masih marah ya sama aku?! Kalau kamu sudah memaafkan aku, artinya kita bisa bersahabat. Kita bisa dong makan bersama disini. Aku yang traktir! Gimana?!"Marisa menggeleng "Ya gak bisa begitu! Walaupun kita sudah berb
Pagi itu Marisa menyempatkan diri untuk beres-beres kos-annya. Sudah lama sekali Marisa tidak pernah beres-beres rumah. Mungkin hanya sesekali Marisa bisa menyapu kos-annya itu selama bekerja di Perdana Enterprise. Sekarang Marisa berkesempatan untuk mengepel, mengelap kaca, dan juga mencuci gorden.Semalam Andro masih rutin menelepon Marisa. Bahkan mereka sampai berjam-jam bertelepon ria. Andro sebenarnya ingin sekali bisa melakukan video call dengan Marisa. Tapi Marisa menolak karena alasan HP nya sudah mau lowbat. Padahal batu HP nya penuh.Entah kenapa selama seminggu lebih Andro pergi ke Turki. Selama itu pula perasaan Marisa semakin mengambang. Marisa tidak pernah merasakan kerinduan seperti yang Andro rasakan. Yang ada justru semalaman tadi Marisa mengingat-ingat Indra!Bagaimana sekarang keadaan Indra? Apakah dia marah dan membenci Marisa? Bisakah Indra memimpin metting tanpa bantuan Marisa? Bagaimana hubungan Indra sekarang dengan Kayla? Dan apakah Indra sudah berbaikan denga