Share

Bab 5

Penulis: Nini Manies
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 07:47:22

"Sinting?" Kening Gery berkerut mendengar perkataan Marisa. "Sinting gimana? Trus kamu di tempatkan di bagian apa?" tanyanya.

"Aku jadi asisten pribadinya CEO kita."

Gery cukup terkejut dan ikut senang. "Wah! Hebat!" ujarnya seraya bertepuk tangan.

"Nanti kita bicarakan lagi! Sekarang mendingan kita cari makan dulu! Aku laper!" kata Marisa.

"Ya udah, ayo!" Gery pun menarik lengan Marisa dan membawanya pergi ke tempat penjualan makanan yang ada disekitar perkantoran sana. Mereka memesan dua porsi nasi Padang. Suasana ramai karena jam makan siang para pegawai kantor.

"Maksud kamu tadi apa, Mar? Kamu bilang CEO kita itu-sinting?" tanya Gery.

"Iya Ger! HP aku di tahan sampai jam makan siang karena aku foto selfie sekali doang!" jawab Marisa kesal.

"Lagian kamu ada-ada aja! Lagi kerja kok ambil foto selfie?! Gak profesional! CEO itu kan pasti menginginkan kinerja yang sempurna!"

"Oke, aku salah! Tapi apa pantas kalau selama menahan HP aku itu dia utak-atik HP aku?! Bertanya apakah wallpaper yang ada di lockscreen itu pacar aku?! Bertanya juga tentang kamu yang terus kirim WA sama aku! Sampai-sampai aku di bilang bisa dibayar perusahaan rivalnya untuk membocorkan rahasia perusahaan!"

'Glek!' Gery sampai menelan ludahnya sendiri mendengar pengakuan Marisa tentang CEO mereka. "Ngeri juga sih!" ucap Gery. "Tapi bener itu cowok ganteng berjas yang tadi pagi ada di lift?"

"Bukan! Tapi mirip sih! Beda banget pokoknya! Kalau yang tadi pagi ramah, yang ini kayak beruang kutub!"

"Kayak Aldebaran?" celetuk Gery.

"Gantengan ini sih!"

Gery berfikir lama lalu berucap, "Berarti sekarang kamu harus bisa jaga sikap yang baik! Pikirkan betul-betul sebelum kamu berbuat sesuatu di depan dia. Bagaimanapun dia CEO kita. Kita butuh nilai bagus dari dia." nasehat Gery.

"Ya, kamu benar..." jawab Marisa lemas.

"Sabar ya..." Gery mengacak rambut Marisa.

"Ya Gery, aku pasti sabar... Oh ya, kamu gimana di bagian gudang?"

"Lumayan capek Mar! Tadi ada banyak barang expor yang keluar gudang. Aku bantu angkut-angkut ke mobil box. Trus bantu Pak Nino nyatet-nyatet."

"Kita tukeran yuk?! Aku bagian gudang, kamu jadi asisten CEO!"

"Mana bisa begitu?! Aku harus pake rok mini, sepatu hak tinggi dan lipstik?"

Marisa tertawa. Gery selalu bisa membuat suasana lebih hidup dan ceria. "Makasih Ger. Kamu selalu bisa bikin aku senyum. Tapi sekarang aku males ke kantor lagi... Aku kangen Fero..."

"WA aja! Suruh Fero jemput kamu. Biar bisa langsung kencan!" usul Gery.

"Iya juga ya... Mudah-mudahan dia gak ada shooting malam ini,"

Fero, pacar Marisa adalah seorang kru di lokasi shooting di bagian kameramen. Keahliannya dalam fotografi menuntunnya bekerja di industri entertainment. Sering juga Fero mengabadikan foto Marisa hasil jepretannya di media sosial mereka berdua.

Sementara itu, sang CEO tampan Indra Perdana sedang menatap ke bawah dari kaca jendela ruangannya. Dari kaca jendela itu dia bisa melihat langsung ke arah gerbang kantornya. Jelas terlihat suasana dan siapa-siapa saja yang hilir dan mudik masuk ke area kantornya.

Indra yang saat itu berdiri sambil menyeruput kopi susunya melihat bagaimana Marisa dan Gery masuk gerbang beriringan. Gery tampak menepuk bahu Marisa yang berwajah murung.

"Dasar perempuan! Katanya bukan pacar tapi akrab sekali! Bagaimana dengan cowok di wallpaper HP nya?! Bukannya itu pacarnya?! Tapi kenapa ia malah berjalan mesra dengan cowok kelam itu?!" batin Indra geram.

"Aku harus tahu lebih jelas mengenai dia! Bagaimanapun dia adalah asisten pribadi ku! Bagaimana jika ternyata ia hanya seorang mahasiswa bodoh yang hanya mengandalkan tampang saja?!

"Menyebalkan! Tebar pesona sana sini! Mentang-mentang dia mempunyai wajah cantik dan tubuh yang proporsional! Sok-sokan mempunyai pacar dua! Sepertinya aku harus melihat berkas yang dia bawa tadi!"

Saat Marisa muncul kembali ke ruangannya, Indra tampak sedang kembali sibuk dengan laptopnya.

"Pak Indra, Bapak sudah makan?" tanya Marisa peduli.

Indra mengangkat sedikit wajahnya. "Apa perlu kamu bertanya seperti itu?!" tanyanya dingin.

"Tadi sewaktu saya tinggal, Bapak sedang meneliti laptop. Sekarang pada saat saya kembali, Bapak masih sibuk dengan laptop Bapak. Kalau Bapak mau mungkin saya bisa bawakan Bapak makan siang?"

"Gak usah sok perduli kamu! Tadi saya sudah makan siang dan juga minum kopi! Saya biasa makan siang di ruangan ini! Saya juga orang yang tidak suka buang-buang waktu dalam bersantap! Memangnya kamu! Makan siang saja satu jam!"

Ya ampun! Apa ia sudah salah bicara lagi?! "Oh, Bapak sudah makan siang? Ya sudah, saya akan lanjutkan pekerjaan saya." Marisa duduk kembali di depan meja kerjanya.

"Cowok kelam yang bernama Gery itu, pacar kedua kamu?" tanya Indra tiba-tiba.

"Nah! Kumat lagi keponya!" batin Marisa geram. "Sudah saya katakan Gery bukan pacar saya, Pak. Kami sama-sama mahasiswa PKL disini, di perusahaan Bapak."

"Kalau memang dia bukan pacar kamu, kamu tidak boleh sedekat itu dengan dia! Ini tempat kerja! Jaga privasi kamu! Jaga jarak saat kalian berdua di area kantor! Tadi saya lihat kamu berjalan beriringan sama dia dan dia menepuk bahu kamu! Itu tidak pantas! Kalian cuma mahasiswa PKL! Saya saja pemilik perusahaan ini tidak pernah memperlihatkan kedekatan dengan siapapun disini!"

"Iya Pak, saya benar-benar minta maaf! Saya mengerti dan tidak akan mengulanginya lagi!"

"Bagus! Sekarang lanjutkan pekerjaan kamu!"

Marisa menggeram kesal dalam hatinya. "Dari tadi juga aku mau kerja! Kamu yang duluan ngajak ngomong!" rutuk Marisa dalam hatinya.

"Mana hasil kerja kamu yang tadi?! Kamu sudah buat schedule saya Minggu ini?"

"Sudah Pak!"

"Kamu pastikan tidak menggangu jadwal pribadi saya?!"

"Tentu Pak, saya sudah diberitahu oleh Mbak Bella tentang jadwal pribadi Bapak. Selasa sore main band, Rabu dan Kamis pagi ada fitness, dan Sabtu ada acara pribadi bersama tunangan Bapak!" nada suara Marisa meninggi saat dia mengucapkan kata tunangan Bapak.

"Hm..."

Marisa memulai pekerjaan selanjutnya. Menyiapkan berkas-berkas yang harus Indra tanda tangani.

Mulai saat ini Marisa harus lebih hati-hati dalam menghadapi Indra. Sebisa mungkin Marisa harus menghindari konflik dan beradu argumentasi dengan Indra. Sebagaimanapun Indra terus mencari celah kesalahannya.

Marisa harus bertahan dan terus bertahan karena ini ada pintu menuju nilai baik untuk kelulusannya! Marisa sudah menjalani kuliahnya selama kurang lebih empat tahun dan kini tidak mungkin harus gagal mendapatkan kelulusan hanya karena seorang CEO tampan tapi menyebalkan seperti Indra Perdana!

Tiga bulan adalah waktu yang singkat dan pasti Marisa akan dapat menjalaninya! Dan pada saatnya nanti Marisa tidak akan butuh lagi seorang Indra Perdana untuk rekomendasi nilai kelulusannya! Tapi untuk saat ini memang sepertinya Marisa harus cari aman.

Marisa harus bekerja dengan baik, mengurangi kesalahan, dan yang terpenting menghindari perdebatan dengan Indra Perdana!

Walaupun Marisa akui dia sudah kehilangan semangat di hari pertama bekerja di perusahaan ini. Dan penyemangat Marisa untuk saat ini adalah Fero! Fero adalah sumber semangat yang pasti akan membuat Marisa tersenyum lagi!

Marisa pun diam-diam mengirim WA pada Fero agar pacarnya itu bisa menjemputnya pada sore nanti

"Iya sayang, sore ini aku akan jemput kamu ke kantor tempat kamu kerja" kata Fero dalam balasan WA nya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CEO Buaya Darat    Bab 103

    Seperti mimpi rasanya saat Marisa makan siang bersama Indra di restoran seafood yang biasanya Marisa datangi bersama Andro. Marisa kini menyadari kalau dia merasa sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Indra.Sama halnya dengan Indra, dia juga merasa tidak percaya kalau saat ini dia sedang bersama Marisa di restoran seafood yang biasanya Indra datangi bersama Sofie. Indra bahkan mengira kalau dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Marisa."Kamu apa kabar, Marisa?" tanya Indra di sela-sela suapannya."Alhamdulillah baik, Anda sendiri bagaimana?" Marisa balik bertanya."Saya baik-baik saja! Memangnya kamu pikir saya galau karena kepergian kamu?!" Indra jadi sewot!"Lho kok mendadak ketus sih? Saya kan tidak berpikir begitu!" kata Marisa."Mungkin saja kamu berpikir begitu! Saya hanya merasa tidak ada semangat saat-saat ini" Indra malah jaim. Padahal begitu kelimpungan nya dia selama beberapa hari ini karena merasa kehilangan Marisa."Tadi Anda bilang kalau Anda sangat merindukan saya?

  • CEO Buaya Darat    Bab 102

    Marisa tiba di depan ruang metting bertepatan dengan waktu metting tersebut di mulai. Nafas Marisa sampai terengah-engah karena setengah berlari dan terburu-buru agar bisa sampai secepatnya di Perdana Enterprise."Maaf, apakah saya hampir terlambat?" tanya Marisa begitu melihat ada Bella dan Pak Rafi di depan ruang metting."Marisa! Untungnya kamu segera muncul!" seru Pak Rafi."Ya Tuhan! Saya kira kamu gak akan datang, Marisa!" seru Bella."Sekarang bagaimana? Apakah metting nya sudah di mulai? Apakah Pak Indra sudah bisa di hubungi?" tanya Marisa lagi."Pak Indra masih belum ada kabarnya. Kamu segera saja masuk kedalam ruang metting dan memulai metting nya!" kata Pak Rafi."Iya, Marisa! Lakukanlah tugas ini semaksimal mungkin!" seru Bella."Baiklah, saya akan coba" kata Marisa dan memantapkan hatinya untuk memasuki ruang metting. "Bismillah"Marisa pun menggelar metting pertama kalinya tanpa kehadiran Indra. Walaupun ini terasa sangat membebani pikiran Marisa, tapi untungnya semua

  • CEO Buaya Darat    Bab 101

    Baru kali ini selama memegang Perdana Enterprise, Indra tidak datang ke kantor padahal tidak sedang dalam perjalanan dinas keluar. Sudah pukul delapan lebih tiga puluh menit tapi Indra belum terlihat datang ke kantor.Bella sudah beberapa kali memasuki ruangan CEO untuk memastikan keberadaan Indra, tapi Indra belum juga muncul. Bella menjadi bingung karena hari ini ada metting dengan salah satu klien penting yaitu Pak Setiawan yang mettingnya minta di schedule ulang karena pada Senin lalu Indra tidak fokus. Sementara metting di jadwalkan pada pukul sepuluh pagi ini."Aduh! Pak Indra kemana sih?! Aku sudah kirim WA tapi tidak dibaca! Aku telepon tidak di angkat! Ini metting nya mau di cancel apa bagaimana?!" batin Bella.Akhirnya Bella menemui Pak Rafi di ruangannya dan membicarakan masalah metting pagi itu. Bella meminta pendapat Pak Rafi tentang apa yang seharusnya dia lakukan karena Indra tidak bisa di hubungi."Jadi bagaimana, pak? Saya bingung menangani masalah ini" kata Bella p

  • CEO Buaya Darat    Bab 100

    Indra Perdana saat itu sedang berada didalam ruangan kerjanya, masih mengerjakan semua pekerjaannya sendirian karena tidak ada Marisa yang biasanya membantu semua pekerjaannya.Ternyata mengurus semua pekerjaan sendirian itu sangat merepotkan! Indra harus beberapa kali menghubungi Bella karena lupa jadwal metting yang harus dia jalani hari itu. Belum lagi Indra harus mencatat sendiri semua hasil metting dan mengevaluasinya secara mandiri pula!"Sial! Ini semua gara-gara Marisa! Kenapa dia pergi saat pekerjaan kantor benar-benar menumpuk?! Dia pasti sedang enak-enakan rebahan! Sementara saya disini sendiri mengurusi semua pekerjaan ini! Apa saya minta Bella untuk menjadi asisten pribadi saya untuk sementara waktu?! Ah! Tidak bisa! Bella itu kan sekretaris saya! Bella harus tetap berada di kantor. Sementara saya membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa menemani saya metting diluar!" pikir Indra.Semakin lama berpikir, Indra semakin merasa tidak nyaman dan tidak fokus pada pekerjaan

  • CEO Buaya Darat    Bab 99

    Fero menggeleng kemudian berucap. "Aku bukannya main-main sama Mbak Niki. Tapi kan kita harus pikir-pikir dulu sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Jadi saat ini aku masih dalam tahap penjajakan. Lagipula kan kalau aku menikah sama dia, aku juga akan langsung punya dua anak yang masih kecil! Aku harus benar-benar mapan dulu! Belum lagi orang tuaku, apakah mereka akan setuju kalau aku menikah dengan seorang janda?!""Itu terserah kamu! Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama Mbak Niki. Dan masalah permintaan maaf kamu, aku udah maafin kok. Sekarang kamu lebih baik pindah duduk ke tempat lain! Jangan satu meja sama aku! Aku gak mau kalau sampai nanti ada yang bilang sama Mbak Niki tentang kita makan bersama disini!" kata Marisa."Kamu jangan gitu dong, Mar. Kamu masih marah ya sama aku?! Kalau kamu sudah memaafkan aku, artinya kita bisa bersahabat. Kita bisa dong makan bersama disini. Aku yang traktir! Gimana?!"Marisa menggeleng "Ya gak bisa begitu! Walaupun kita sudah berb

  • CEO Buaya Darat    Bab 98

    Pagi itu Marisa menyempatkan diri untuk beres-beres kos-annya. Sudah lama sekali Marisa tidak pernah beres-beres rumah. Mungkin hanya sesekali Marisa bisa menyapu kos-annya itu selama bekerja di Perdana Enterprise. Sekarang Marisa berkesempatan untuk mengepel, mengelap kaca, dan juga mencuci gorden.Semalam Andro masih rutin menelepon Marisa. Bahkan mereka sampai berjam-jam bertelepon ria. Andro sebenarnya ingin sekali bisa melakukan video call dengan Marisa. Tapi Marisa menolak karena alasan HP nya sudah mau lowbat. Padahal batu HP nya penuh.Entah kenapa selama seminggu lebih Andro pergi ke Turki. Selama itu pula perasaan Marisa semakin mengambang. Marisa tidak pernah merasakan kerinduan seperti yang Andro rasakan. Yang ada justru semalaman tadi Marisa mengingat-ingat Indra!Bagaimana sekarang keadaan Indra? Apakah dia marah dan membenci Marisa? Bisakah Indra memimpin metting tanpa bantuan Marisa? Bagaimana hubungan Indra sekarang dengan Kayla? Dan apakah Indra sudah berbaikan denga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status