Fero adalah cowok pertama yang bisa membuat Marisa jatuh cinta. Wajahnya yang tampan, postur tinggi tegap dan kulitnya yang bersih menambah kebanggaan pada siapapun gadis yang bisa jadi kekasihnya.
Marisa adalah gadis beruntung yang bisa mendapatkan cinta Fero. Berawal dari saling follow I*******m masing-masing dan berujung ke pertemuan yang saling menautkan hati keduanya. Sore ini sepulang Marisa bekerja dan Fero menjemputnya, mereka menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke mall untuk membeli make up untuk Marisa dan diakhiri dengan makan malam berdua di warteg pinggir jalan favorit Marisa yang tidak jauh dari kos-annya. "Buat apa sih tadi kita beli make up sebanyak itu, Fer?" tanya Marisa. "Kan kamu udah jadi wanita karier! Kamu harus dandan setiap hari biar kelihatan cantik!" jawab Fero. "Kamu juga beliin aku banyak setelan kantoran," "Kan kamu sekarang jadi asisten pribadinya CEO. Kamu nanti akan banyak ikut metting sama dia. Kamu harus selalu tampak cantik." "Emangnya aku selama ini gak cantik, ya?" goda Marisa. Fero membelai pipi Marisa. "Kamu selama ini sangat cantik! Paling cantik malahan! Tapi cantiknya ya, gaya cantik anak kuliahan. Nah, selama tiga bulan kedepan kan kamu jadi wanita karir. Kamu harus merubah style kamu menjadi cantiknya wanita karir!" "Kamu gak apa-apa menghabiskan banyak uang buat aku?" "Ya gak papa dong, Sayang! Yang penting saat kamu nanti bersama CEO kamu itu, kamu jangan lupa sama aku!" Marisa menggenggam tangan Fero erat. "Aku gak akan lupa sama kamu, Fer! Seganteng apapun CEO ku itu!" "Oh, jadi CEO kamu itu ganteng?" Fero cemberut. "Ganteng sih..." jawab Marisa jujur. "Tapi ganteng kamu kok!" "Serius?!" "Serius! Lagipula dia udah terlalu dewasa dan udah punya tunangan juga! Pokoknya kamu lebih ganteng! Swear deh!" Marisa acungkan dua telunjuknya. "Kamu juga lebih cantik dari semua artis yang pernah aku lihat di lokasi shooting!" "Kalau aku jadi artis gimana?" "Susah Marisa! Jadi artis yang terkenal di zaman sekarang ini butuh sensasi! Kalau kamu mau pacaran settingan sama Billy Saputra sih..." goda Fero. "Ih! Ogah!" Marisa cemberut lalu mencubit pinggang Fero. Marisa merasa bahagia sekali malam ini. Rasa kesalnya akibat pengalaman pertama bekerja di Perdana Enterprise hari ini langsung hilang dengan adanya Fero. Pukul 9 malam Marisa di antar Fero pulang ke kos-an dengan motornya. Kos-an Marisa berada di dalam gang yang jarak satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya sejengkal saja. Banyak sekali tetangga julid di lingkungan kos-an Marisa. Salah satunya adalah Mbak Niki yang adalah janda anak dua tapi berpakaian layaknya anak ABG. Mbak Niki ini adalah tetangga Marisa yang paling julid. Sering sekali dia menyindir nyinyir Marisa kalau ada Fero datang ke kos-an Marisa. "Aduh! Malam-malam gini baru pulang! Dari mana aja Neng?!" sindir Mbak Niki. "Hari ini pertama aku PKL di kantor, Mbak!" jawab Marisa seraya membuka pintu kos-annya. "Malem banget pulangnya, kantor apaan?!" tanya Mbak Niki nyinyir. "Pulangnya jam empat sore kok!" Marisa mencoba tidak terpancing emosi. "Pulang kerja langsung kencan?! Apa gak mandi dulu?! Gak bau apa tuh ketek?!" Mbak Niki makin nyinyir. "Pacar saya yang cantik ini selalu wangi walaupun belum mandi kok, Mbak!" kali ini Fero yang menjawab. "Dasar orang lagi jatuh cinta! Bau ketek juga serasa wangi vanilla!" "Udahlah, Fer! Ayo masuk!" Marisa segera menarik tangan Fero ke dalam kos-an. "Tapi dia nyinyir banget, Mar!" sela Fero. "Antepin aja! Dia emang gitu! Kamu tunggu disini, oke? Aku buatin kopi dulu!" "Okelah!" Marisa hendak menuju dapur tapi Fero merangkul pinggangnya dan mencium bibirnya terlebih dahulu. "Gerah, Fer! Aku belum mandi!" Marisa mendorong pelan dada Fero sehingga ciumannya terlepas. "Ya udah, jangan lama-lama ya!" Marisa membuatkan secangkir kopi untuk Fero dan pergi mandi. Sementara Fero duduk di karpet sambil menonton TV. Acara malam itu adalah Ikatan Cinta. Kos-an Marisa kecil. Hanya terdiri dari satu kamar, ruang tamu kecil, dapur kecil dan WC. Sementara Gery nge-kos di samping kos-an Marisa. Sebenarnya Gery dan Marisa bisa saja tinggal di kos-an berdua. Marisa bisa tidur dikamar dan Gery di ruang tamu. Tapi pasti jadi fitnah! Apalagi Mbak Niki yang julid itu! Tak lama Marisa selesai mandi dan duduk bersama Fero sambil ngemil cokelat. Fero memang biasa ngapel sampai jam 10 malam. Ya begitulah gaya pacaran Marisa dan Fero. Jalan-jalan, makan, lalu pulang dan ngopi bareng. Gaya pacaran anak kuliahan. "Bagaimana ya, gaya pacaran CEO Indra Perdana bersama tunangannya itu?! Pasti banyaknya diem-dieman! Atau makan malam formil bersama klien! Gak ada asyik-asyiknya! Mana tampang Pak Indra jutek! Kok ada yang mau tunangan sama batu kayak dia, ya?!" pikir Marisa-tapi tiba-tiba hatinya serasa mencelos. "Kenapa aku jadi memikirkan gaya pacaran dia?!" Lamunan Marisa terhenti saat Fero mulai merangkulnya dan menekan bibir Marisa dengan bibirnya sendiri dengan perlahan. Marisa pun larut dalam ciuman Fero yang hangat, manis, dan lembut! 'Klek!' Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah Mbak Niki! Ciuman Marisa dan Fero pun terlepas! "Ya Allah!" seru Mbak Niki keras dengan terkejut berlebihan! Terlihat sekali wajah Fero yang dongkol karena acara ciumannya jadi terganggu! Apalagi wajah Marisa yang merah karena malu kepergok ciuman oleh tetangga! "Ada apa sih, Mbak?! Bisa sopan gak sih?! Masuk rumah orang apa gak bisa ngucapin Assalamu'alaikum dulu?!" tanya Marisa dongkol. "Ya gua mana tahu kalau elu lagi ciuman!" jawab Mbak Niki asal. Fero tampak semakin kesal! "Mbak sengaja, ya ganggu saya sama Marisa pacaran?!" tanyanya gusar. "Yaelah! Gua cuma mau minta garem! Anak-anak mau goreng telor kebeneran garemnya abis! Bukan mau ganggu elu berdua! Lagian kalau mao pacaran bebas mah mendingan bawa masuk ke kamar! Kan bebas mau ngapain juga!" Kenyinyiran Mbak Niki semakin menjadi-jadi. "Kita gak pacaran bebas kayak gitu kok, Mbak!" sela Marisa. "Alah, gak usah munafik, Neng! Zaman sekarang mah pacaran udah kayak suami istri! Tadi juga gua liat ciumannya udah panas tuh! Kalau gua gak dateng mungkin udah terjadi sesuatu yang diluar batas!" "Bisa jaga mulut gak sih, Mbak?! Bukannya Mbak tadi minta garem?! Saya ambilin dulu!" Marisa bergegas ke dapur dan mengambil garam. "Nih!" Marisa menyodorkan garam beserta tempatnya. "Ada kertas gak?! Gua minta dikit aja!" "Gak ada! Bawa aja sana sama tempatnya!" "Tempatnya bagus nih! Lumayan buat wadah ikan teri atau bawang goreng! Gua kembaliin gak nih tempatnya?" "Gak usah! Ambil aja sekalian tempatnya buat Mbak!" "Ya udah! Gua bawa ya!" "Iya, bawa sana dan segera pulang!" kata Fero dongkol. Mbak Niki segera keluar dari kos-an Marisa. Namun dasar memang julid, dia sempat melirik kembali ke arah Marisa dan Fero lalu berkata, "Ngapelnya jangan kemaleman! Awas nanti di gerebek ronda!"Seperti mimpi rasanya saat Marisa makan siang bersama Indra di restoran seafood yang biasanya Marisa datangi bersama Andro. Marisa kini menyadari kalau dia merasa sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Indra.Sama halnya dengan Indra, dia juga merasa tidak percaya kalau saat ini dia sedang bersama Marisa di restoran seafood yang biasanya Indra datangi bersama Sofie. Indra bahkan mengira kalau dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Marisa."Kamu apa kabar, Marisa?" tanya Indra di sela-sela suapannya."Alhamdulillah baik, Anda sendiri bagaimana?" Marisa balik bertanya."Saya baik-baik saja! Memangnya kamu pikir saya galau karena kepergian kamu?!" Indra jadi sewot!"Lho kok mendadak ketus sih? Saya kan tidak berpikir begitu!" kata Marisa."Mungkin saja kamu berpikir begitu! Saya hanya merasa tidak ada semangat saat-saat ini" Indra malah jaim. Padahal begitu kelimpungan nya dia selama beberapa hari ini karena merasa kehilangan Marisa."Tadi Anda bilang kalau Anda sangat merindukan saya?
Marisa tiba di depan ruang metting bertepatan dengan waktu metting tersebut di mulai. Nafas Marisa sampai terengah-engah karena setengah berlari dan terburu-buru agar bisa sampai secepatnya di Perdana Enterprise."Maaf, apakah saya hampir terlambat?" tanya Marisa begitu melihat ada Bella dan Pak Rafi di depan ruang metting."Marisa! Untungnya kamu segera muncul!" seru Pak Rafi."Ya Tuhan! Saya kira kamu gak akan datang, Marisa!" seru Bella."Sekarang bagaimana? Apakah metting nya sudah di mulai? Apakah Pak Indra sudah bisa di hubungi?" tanya Marisa lagi."Pak Indra masih belum ada kabarnya. Kamu segera saja masuk kedalam ruang metting dan memulai metting nya!" kata Pak Rafi."Iya, Marisa! Lakukanlah tugas ini semaksimal mungkin!" seru Bella."Baiklah, saya akan coba" kata Marisa dan memantapkan hatinya untuk memasuki ruang metting. "Bismillah"Marisa pun menggelar metting pertama kalinya tanpa kehadiran Indra. Walaupun ini terasa sangat membebani pikiran Marisa, tapi untungnya semua
Baru kali ini selama memegang Perdana Enterprise, Indra tidak datang ke kantor padahal tidak sedang dalam perjalanan dinas keluar. Sudah pukul delapan lebih tiga puluh menit tapi Indra belum terlihat datang ke kantor.Bella sudah beberapa kali memasuki ruangan CEO untuk memastikan keberadaan Indra, tapi Indra belum juga muncul. Bella menjadi bingung karena hari ini ada metting dengan salah satu klien penting yaitu Pak Setiawan yang mettingnya minta di schedule ulang karena pada Senin lalu Indra tidak fokus. Sementara metting di jadwalkan pada pukul sepuluh pagi ini."Aduh! Pak Indra kemana sih?! Aku sudah kirim WA tapi tidak dibaca! Aku telepon tidak di angkat! Ini metting nya mau di cancel apa bagaimana?!" batin Bella.Akhirnya Bella menemui Pak Rafi di ruangannya dan membicarakan masalah metting pagi itu. Bella meminta pendapat Pak Rafi tentang apa yang seharusnya dia lakukan karena Indra tidak bisa di hubungi."Jadi bagaimana, pak? Saya bingung menangani masalah ini" kata Bella p
Indra Perdana saat itu sedang berada didalam ruangan kerjanya, masih mengerjakan semua pekerjaannya sendirian karena tidak ada Marisa yang biasanya membantu semua pekerjaannya.Ternyata mengurus semua pekerjaan sendirian itu sangat merepotkan! Indra harus beberapa kali menghubungi Bella karena lupa jadwal metting yang harus dia jalani hari itu. Belum lagi Indra harus mencatat sendiri semua hasil metting dan mengevaluasinya secara mandiri pula!"Sial! Ini semua gara-gara Marisa! Kenapa dia pergi saat pekerjaan kantor benar-benar menumpuk?! Dia pasti sedang enak-enakan rebahan! Sementara saya disini sendiri mengurusi semua pekerjaan ini! Apa saya minta Bella untuk menjadi asisten pribadi saya untuk sementara waktu?! Ah! Tidak bisa! Bella itu kan sekretaris saya! Bella harus tetap berada di kantor. Sementara saya membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa menemani saya metting diluar!" pikir Indra.Semakin lama berpikir, Indra semakin merasa tidak nyaman dan tidak fokus pada pekerjaan
Fero menggeleng kemudian berucap. "Aku bukannya main-main sama Mbak Niki. Tapi kan kita harus pikir-pikir dulu sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Jadi saat ini aku masih dalam tahap penjajakan. Lagipula kan kalau aku menikah sama dia, aku juga akan langsung punya dua anak yang masih kecil! Aku harus benar-benar mapan dulu! Belum lagi orang tuaku, apakah mereka akan setuju kalau aku menikah dengan seorang janda?!""Itu terserah kamu! Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama Mbak Niki. Dan masalah permintaan maaf kamu, aku udah maafin kok. Sekarang kamu lebih baik pindah duduk ke tempat lain! Jangan satu meja sama aku! Aku gak mau kalau sampai nanti ada yang bilang sama Mbak Niki tentang kita makan bersama disini!" kata Marisa."Kamu jangan gitu dong, Mar. Kamu masih marah ya sama aku?! Kalau kamu sudah memaafkan aku, artinya kita bisa bersahabat. Kita bisa dong makan bersama disini. Aku yang traktir! Gimana?!"Marisa menggeleng "Ya gak bisa begitu! Walaupun kita sudah berb
Pagi itu Marisa menyempatkan diri untuk beres-beres kos-annya. Sudah lama sekali Marisa tidak pernah beres-beres rumah. Mungkin hanya sesekali Marisa bisa menyapu kos-annya itu selama bekerja di Perdana Enterprise. Sekarang Marisa berkesempatan untuk mengepel, mengelap kaca, dan juga mencuci gorden.Semalam Andro masih rutin menelepon Marisa. Bahkan mereka sampai berjam-jam bertelepon ria. Andro sebenarnya ingin sekali bisa melakukan video call dengan Marisa. Tapi Marisa menolak karena alasan HP nya sudah mau lowbat. Padahal batu HP nya penuh.Entah kenapa selama seminggu lebih Andro pergi ke Turki. Selama itu pula perasaan Marisa semakin mengambang. Marisa tidak pernah merasakan kerinduan seperti yang Andro rasakan. Yang ada justru semalaman tadi Marisa mengingat-ingat Indra!Bagaimana sekarang keadaan Indra? Apakah dia marah dan membenci Marisa? Bisakah Indra memimpin metting tanpa bantuan Marisa? Bagaimana hubungan Indra sekarang dengan Kayla? Dan apakah Indra sudah berbaikan denga