Share

Kakak beradik

April sangat senang dengan kehadiran Andrew di kantornya. Kehadiran pria itu membawa semangat tersendiri untuknya, karena menurut April hanya Andrew-lah sahabat atau orang terdekatnya sekarang yang selalu ada untuknya dan mendengar semua keluh kesahnya. Namun berbeda dengan Andrew yang mengartikan lain dengan kedekatan mereka.

Andrew berharap April adalah gadis yang selama ini dicarinya, yang akan menemani hidupnya dalam susah maupun senang. Ia berharap gadis itu dapat menjadi miliknya dan ibu dari anak-anaknya kelak. Jam kantor pun usai, Andrew menawarkan pada April agar mau di antar pulang olehnya.

“Hey, kenapa kamu suka sekali melamun sih?” tanya April dengan heran pada Andrew.

Andrew pun tersadar dari lamunannya tentang April, “Aah.. tidak, emm.. bolehkah aku mengantarmu pulang?” tawar Andrew.

“Tidak perlu Andrew, sudah ada sopir yang mengantarku,” tolak April halus.

“Suruh saja sopirmu pulang sendiri, ayolah aku ingin mengantarmu. Kumohon?” pinta Andrew dengan tatapan memohon.

April yang tidak tega dengan tatapan Andrew akhirnya menyetujui untuk mengantarnya pulang.

“Baiklah, kamu boleh mengantarku pulang.”

*

Sesampainya di rumah April...

“Besok pagi aku jemput ya?” tanya Andrew ketika mobilnya baru sampai di halaman rumah April.

“Tidak perlu Andrew, aku bisa berangkat dengan sopirku.”

“Apa kamu tidak bosan di antar sopir terus, biar aku yang mengantar jemputmu sekarang kita kan sahabat. Kamu mau ya?” bujuk Andrew tanpa menyerah.

“Tapi Andrew...”

Andrew meraih tangan April dan menggenggamnya sambil menatap gadis itu dengan tatapan memohon.

April pun mengalah, “Baiklah.. baiklah.. Aku mau,” jawabnya.

“Thank you, April,” balas Andrew seraya mencium tangan April.

Semakin hari hubungan April dan Andrew semakin dekat. Mereka bagaikan sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Di mana ada April di situlah selalu ada Andrew begitu pula sebaliknya. Andrew pun semakin yakin dengan perasaannya kepada April, namun ia belum berani untuk mengungkapkannya pada gadis itu.

Ia takut jika April akan pergi dan meninggalkannya, untuk itu ia lebih memilih memendam perasaannya agar April selalu ada di sisinya.

*

Di rumah keluarga Dawson...

“Cinta.. oh.. cinta.. aku bisa gila di buatnya, mengapa untuk mengatakannya saja aku tak bisa,” gumam Andrew sambil tersenyum pada dirinya sendiri.

Tanpa ia tahu Alan sedari tadi mendengar apa yang ia katakan pada dirinya sendiri.

“Wah.. ada yang sedang jatuh cinta rupanya. Siapakah wanita beruntung yang bisa menaklukkan hati seorang Andrew yang sekeras baja ini,” ledek Alan pada kakaknya.

Ya, Andrew dan Alan adalah kakak beradik. Mereka adalah dua bersaudara Dawson yang berasal dari London dan pindah ke Jakarta, Andrew yang dipindah tugaskan karena ia harus mengurus bisnis keluarganya dan menetap di Jakarta.

“Tahu apa kamu ini soal cinta hah? Yang kamu tahu kan hanya mesin motor,” balas Andrew pada adiknya, Alan.

“Eh, kakak jangan meremehkanku ya. Setidaknya aku sudah pernah berkencan dengan wanita. Sedangkan kakak?” kata Alan tak mau kalah dengan kakaknya.

“Aku pun juga pernah asal kamu tahu, dan wanita yang sedang kugilai ini adalah yang pertama kali kuajak berkencan.”

“Really? Bagaimana dia bisa mau denganmu kak?” tanya Alan meragukan Andrew.

“Yah, sebenarnya dia adalah rekan kerjaku. Pertama kali bertemu dengannya, aku... merasa ada sesuatu dalam hatiku yang.. apa ya namanya...,” ungkap Andrew tak bisa menjelaskan apa yang sedang ia rasakan.

Alan yang tak sabar mendengar kakaknya berbicara memotongnya begitu saja, “Sudahlah hentikan. Aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Kamu mencintainya kan kak?” tanya Alan penuh selidik.

“Ya, tapi aku tidak berani mengungkapkannya. Aku takut dia akan meninggalkanku nantinya,” jawab Andrew jujur.

“Kamu ini pria macam apa sih, kamu kan belum mencobanya kak. Well, beberapa hari yang lalu aku juga bertemu dengan seorang wanita yang menarik hatiku.”

“Dia pasti tidak lebih cantik dari wanitaku,” kata Andrew penuh percaya diri.

“Tunggu sampai kamu melihatnya, wanitamu tidak ada apa-apanya dibanding wanitaku kak,” jawab Alan tak mau kalah.

Sepanjang malam mereka berdebat dan saling membanggakan wanita yang ternyata adalah orang yang sama, yaitu April.

Disisi lain April juga sedang gelisah dengan hatinya. Ia mulai merasa nyaman dengan Andrew namun entah mengapa ia ingin sekali bertemu lagi dengan pria yang menurutnya aneh tapi sangat membuatnya penasaran, yaitu Alan. Pria misterius itu selalu membuat April ingin tahu lebih banyak dan mengenalnya lebih jauh lagi.

*

Keesokan harinya di supermarket...

Ada sebuah coklat yang tinggal satu-satunya di rak, lalu ada seorang pria dan wanita yang mengambilnya secara bersamaan. Saat memegang coklat yang sama, kedua orang tersebut saling melihat satu sama lain.

“Kamu lagi?” ujar April dan Alan dengan serempak.

“Hay... ternyata kamu, tapi maaf ya coklat ini milikku, karena aku yang mengambilnya terlebih dulu,” ucap Alan dengan manis pada April.

“Aku yang melihatnya lebih dulu, kamu ini selalu saja tidak mau mengalah dengan wanita ya,” sahut April kesal.

April yang merasa kesal akhirnya pergi begitu saja dari supermarket.

“Hey, nona tunggu!” panggil Alan pada April dengan buru-buru sambil membayar coklatnya lalu mengejar gadis itu.

Saat April sedang menunggu taksi, Alan menghampirinya dan memberikan coklat yang tadi ia beli kepada April.

“Ini untukmu, ambil lah,” kata Alan seraya memberikan coklatnya pada April.

“Untukku? Apa kamu yakin?” tanya April tak percaya.

“Tentu. Kuharap kamu mau menerimanya sebagai permintaan maaf dariku, karena telah mengambil bungamu tempo hari dan membuatmu kesal,” ucap Alan tulus.

“Emm, baiklah kuterima,” April pun menerima coklat dari Alan, “Ternyata dia bisa baik juga,” kata April dalam hatinya, “Maaf juga atas perkataanku tadi,” lanjut nya.

“It’s ok, aku sudah memaafkanmu. Emm... bagaimana kalau kamu aku antar pulang?” tawar Alan, “Biasanya kalau sore begini jarang ada taksi lewat di sini.”

April tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menerima tawaran Alan, “Baiklah, boleh juga,” kata April akhirnya.

Alan pun mengantar April pulang sampai ke rumahnya.

“Thank’s ya, aku masuk dulu,” pamit April sambil bersiap membuka pintu mobil.

“Tunggu dulu.” Alan menahan lengan April, “Dari awal kita bertemu hingga sekarang masa aku belum tahu namamu.”

“Oh iya, kita belum berkenalan secara resmi. Baiklah kenalkan namaku April,” kata April sambil mengulurkan tangannya pada Alan.

Alan langsung menjabat tangan April, “Aku Alan, senang bisa bertemu denganmu Pril.”

“Aku juga, baiklah Alan aku masuk dulu ya.”

*

Setelah mengantar April, Alan langsung pulang ke rumahnya. Namun saat di jalan ia baru teringat sesuatu.

“Ya Tuhan, bodoh sekali aku ini. Mengapa aku bisa sampai lupa meminta nomor ponselnya ya. Tapi tidak apalah, kalau memang kita berjodoh pasti akan bertemu lagi,” ucap Alan pada dirinya sendiri lalu ia pun melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

Disisi lain, April sedang gelisah dengan hatinya.

“Lelaki yang selalu ada dalam mimpiku fisiknya seperti Andrew dan aku mulai sedikit nyaman dengannya. Tapi Alan, aku lebih merasa nyaman berada di dekatnya. Ah... kenapa aku ini,” desah April yang bingung dengan dirinya sendiri hingga akhirnya ia pun memilih untuk tidur.

*

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status