Share

Pertemuan pertama

Aprilia Alexander adalah seorang CEO dan salah satu calon pewaris perusahaan “Xander Advertising” yang termasuk dalam jajaran perusahaan terbesar di Indonesia. Ia merupakan satu-satunya harapan keluarga karena kakaknya Zachary Alexander atau yang lebih akrab di sapa Zac, lebih memilih menjadi aktor daripada melanjutkan bisnis keluarga mereka.

Hari ini adalah hari yang penting untuk April, karena ia harus berhasil meyakinkan kliennya yang berasal dari London ini agar mau bekerja sama dengan perusahaannya. Gadis berusia 25 tahun itu tergesa-gesa memasuki ruangannya, ia merasa bersalah telah membuat kliennya menunggu karena dirinya baru saja menghadiri meeting dengan para petinggi perusahaan.

Saat memasuki ruangannya, ia terpaku melihat seorang pria yang sedang berdiri membelakanginya sangat mirip dengan pria yang ada dalam setiap mimpinya. Dengan sedikit gugup, April memberanikan dirinya untuk berbicara pada pria tersebut.

“Good afternoon sir, sorry for making you wait too long,” sapa April pada seorang pria yang tengah berdiri membelakangi dirinya.

Lalu pria tersebut membalikkan badannya, betapa terpesonanya April karena pria tersebut sangat tampan. Dunianya terasa berhenti berputar saat pria tersebut tersenyum dan tampaklah lesung pipit di kedua pipinya yang membuat April semakin mengagumi ketampanannya.

“It’s ok miss, I’m Andrew,” kata pria tersebut tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya pada April.

Tanpa ragu April pun menjabat tangan Andrew, “Emm..., I’m Aprilia,” jawab April turut tersenyum.

Sama seperti yang di bayangkan April, Andrew adalah orang yang sangat baik dan ramah. Ia selalu tersenyum membuat mereka langsung akrab meskipun baru pertama kali bertemu. Akhirnya April dan Andrew sepakat untuk menjalin kerja sama perusahaan mereka.

Ternyata Andrew bisa berbahasa Indonesia dengan sangat baik, itu karena orang tuanya ada yang merupakan keturunan asli Indonesia. Ayah Andrew berasal dari London-Inggris, sedangkan ibunya asli dari Indonesia. Hal itulah yang membuatnya mahir berbahasa Indonesia, meskipun tinggal dan besar di London namun sejak kecil orang tuanya mengajarinya dua bahasa untuk komunikasi mereka sehari-hari.

Ini merupakan kunjungan Andrew dan keluarga ke sekian kalinya ke Indonesia, namun kali ini ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah dan menetap di tanah air sang ibu karena mereka harus melanjutkan bisnis keluarga sepeninggal kakek dan neneknya.

Setelah selesai menanda tangani kesepakatan antara perusahaan mereka, April dan Andrew memutuskan untuk makan siang bersama. Selain untuk membicarakan bisnis perusahaan, mereka juga mencoba mengenal satu sama lain agar bisnis mereka dapat berjalan dengan lancar ke depannya.

“Ternyata dia orang yang menyenangkan, meski baru pertama bertemu nyaman sekali rasanya berada di sampingnya,” gumam Andrew dalam hatinya.

“Maaf, anda kenapa melamun?” tegur April yang sontak menyadarkan Andrew dari lamunannya.

“Ehm— tidak papa, oh ya bisakah kita berteman?” tanya Andrew dengan sedikit ragu.

“Berteman? Mengapa tidak? Aku akan sangat senang bisa menjadi temanmu,” jawab April dengan senyum yang mengembang.

“Sungguh? Aku juga sangat senang,” kata Andrew dengan salah tingkah.

“Jangan berlebihan Mr.Andrew.”

“Tidak, tolong jangan panggil seperti itu. Cukup Andrew saja, sekarang kita sudah berteman kan?”

“Iya, oke Andrew,” balas April dengan melanjutkan lagi makannya.

Setelah selesai makan siang, Andrew mengantar April kembali ke kantornya.

“Terima kasih untuk makan siangnya,” kata April tersenyum sambil bersiap turun dari mobil Andrew.

Dengan sigap Andrew langsung menahan lengan April, “Tunggu, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?”

“Ah— ya, tentu saja silakan,” sahut April sambil memberikan kartu namanya pada Andrew.

*

Selama bekerja, April selalu memikirkan Andrew. Ia tidak menyangka ternyata Andrew seperti gambaran pria yang selama ini ada dalam mimpinya. Inikah pertanda bahwa Andrew adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya? April sendiri belum berani menyimpulkan, karena mereka baru saja bertemu.

Sama seperti April, Andrew selalu memikirkan April sepanjang hari. Ternyata diam-diam Andrew sangat mengagumi sosok April yang lemah lembut namun sangat berani, pintar, mandiri dan tegas.

Tak ingin terus gelisah, malamnya Andrew memberanikan diri untuk menelepon April.

[“Selamat malam, Aprilia. Aku Andrew, bagaimana kabarmu?”]

sapa Andrew setelah April menjawab teleponnya.

[”Ya aku tahu itu dari suaramu, aku baik. Bagaimana denganmu?”]

tanya balik April.

[”Aku juga baik, oh ya apa yang sedang kamu lakukan?”]

[”Aku baru saja memikirkan kamu, Ehmm... Maksudku, aku hanya sedang berbicara denganmu.”] jawab April dengan sedikit gugup.

[”Oh, sungguh? Hehe… Apakah kamu sibuk besok?”] tanya Andrew dengan terkekeh pelan.

[”Aku rasa tidak, memang kenapa?”]

[”Apa kamu mau… pergi… denganku?”] tanya Andrew hati-hati.

[”Kemana?”]

[”Mungkin… menonton bioskop?”]

[”Oke.”]

Andrew sangat senang sekali mendengar jawaban April yang mau menerima ajakanya untuk pergi menonton bersamanya. Hingga hari yang mereka tentukan pun tiba, Andrew dan April membuat janji untuk bertemu di bioskop.

*

“Kita mau melihat film apa?”

“Terserah kamu saja Andrew.”

“Ok, emm… bagaimana kalau film The Uninvited?” usul Andrew.

“Film horor ya, oke aku setuju denganmu,” sahut April menyetujui.

“Tenang saja, ada aku bersamamu,” kata Andrew sambil menunjukkan dimplenya.

Film pun dimulai, April sangat serius menonton setiap adegan yang menegangkan di film ini. Namun tidak dengan Andrew, ia yang sebenarnya sangat tidak menyukai film horor lebih memilih untuk memandangi April.

Andrew berkata dalam hatinya, “Tuhan, baru kali ini aku bisa sedekat dan seakrab ini dengan seorang wanita yang baru kukenal. Sangat nyaman dan hangat berada di dekatnya mungkinkah dia wanita yang Engkau kirimkan untukku?” batin Andrew, matanya tak beralih sedikitpun dari April.

“Akhirnya, ending yang menyedihkan ya,” kata April sambil menoleh ke Andrew, “Mengapa kamu melamun? Ayo kita pulang,” ajak April seraya bersiap untuk pulang.

"Pulang?" tanya Andrew sambil melihat orang-orang di sekitar yang sudah mulai beranjak meninggalkan bioskop satu persatu, "Oh filmnya sudah habis ternyata, baiklah mari kita pulang."

"Kamu ini aneh sekali, memangnya dari tadi kamu tidak melihat filmnya ya?" tanya April sambil menggeleng heran, lalu beranjak dari duduknya.

"Tentu saja aku melihatnya," sambil mengejar April yang telah berjalan pergi mendahuluinya, "Aku sibuk melihatmu Pril, andai saja kamu tahu itu,” batin Andrew.

Setelah menonton, Andrew mengajak April untuk makan malam di restoran dekat dengan tempat mereka menonton.

"Bisakah aku bertanya sesuatu Pril? Ini agak pribadi,” tanya Andrew.

"Tentu, apa itu?" sahut April.

"Emm... Apakah kamu punya kekasih?" tanya Andrew dengan sedikit ragu.

"Kenapa? Apakah kamu sungguh ingin tahu?" tanya April balik.

"Jawab saja, kumohon,” pinta Andrew.

"Kamu ini lucu sekali, baiklah akan aku jawab. Emm... aku belum punya. Bagaimana denganmu?" tanya April sambil meminum jusnya.

"Sungguh? Aku juga belum punya," jawab Andrew dengan antusias.

"Apa kamu yakin? Aku tidak percaya itu."

Dan mereka pun tertawa bersama.

*

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status