Share

130. Setidaknya

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-03-20 11:55:53

Bara memeluk Cheryl erat-erat, seakan gadis itu bisa menghilang dari pelukannya kapan saja. Napasnya bergetar, dadanya terasa sesak oleh ketakutan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Selama ini, ia selalu menjadi pria yang tegar. Sejak kecil, ia diajarkan bahwa kelemahan adalah musuh. Air mata adalah kegagalan dalam mengendalikan diri, simbol kelemahan yang tidak boleh sembarang ia tunjukkan.

Tapi malam ini…

Saat ia menyadari betapa ia mencintai Cheryl. Saat ia sadar betapa rapuhnya kebahagiaan yang ia genggam. Saat ia sadar bahwa sewaktu-waktu Cheryl bisa lepas dari hidupnya—entah karena keadaan atau karena ia sendiri yang dipaksa memilih—sesuatu dalam dirinya terasa retak.

Tanpa bisa dicegah, matanya memanas. Kelopak matanya bergetar, dan sebelum ia sempat menguatkan dirinya lagi, setetes air mata jatuh di rambut Cheryl.

Sial.

Bara mengepalkan rahangnya, menahan gemetar di dadanya. Tapi pertahanannya tetap saja runtuh. Air mata itu terus jatuh, membasahi rambut Cheryl, tetesan la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Naya Ajach
so sweet kali,,,, tapi kasihan huhuhu plis ttp bersatu kalia
goodnovel comment avatar
Gita Novianty
siapa sih yg simpan bawang di bab ini huhu
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
duh udh melow aja sih bara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   131. Hal Terbaik di Dunia

    Cheryl melangkah memasuki gudang penyimpanan dengan penuh percaya diri. Gaun kerja berwarna navy dengan potongan anggun membalut tubuhnya, memberikan kesan profesional sekaligus berwibawa. Kainnya jatuh dengan sempurna, mengikuti lekuk tubuh tanpa berlebihan, sementara detail kancing emas kecil di pergelangan tangannya menambahkan sentuhan klasik. Sepatu hak tinggi berwarna senada menopang langkahnya yang mantap, dan rambut panjangnya yang tergerai lembut sesekali bergoyang saat ia bergerak, menambah kesan elegan tanpa usaha berlebihan.Gudang ini bukan sekadar tempat penyimpanan barang rumah tangga, tetapi juga pusat distribusi yang menentukan kelancaran operasional rumah besar ini. Cheryl memahami betul bahwa efisiensi dalam manajemen stok bisa berdampak pada kenyamanan semua penghuni. Ia memeriksa rak-rak dengan cermat, memperhatikan apakah ada pola dalam konsumsi barang yang bisa dioptimalkan.Di sudut ruangan, Mimi yang sedang mencatat sesuatu di clipboardnya, segera menoleh me

    Last Updated : 2025-03-20
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   132. Jangan Beri Aku Warna Putih

    Cheryl dengan cekatan membantu Bara menata hidangan di atas meja. Tangannya beberapa kali bersinggungan dengan tangan pria itu. Menciptakan gelenyar-gelenyar khas yang merambati dadanya. Memicu kupu-kupu beterbangan di perutnya.Hidangan yang mereka siapkan tampak menggoda. Roti panggang dengan irisan alpukat yang lembut, telur rebus bertabur lada hitam, dan saus alpukat creamy yang dituangkan dengan elegan di atas piring porselen putih. Setiap detail mencerminkan ketelitian dan selera estetis Bara yang nyaris sempurna.Bara menarik kursi untuk Cheryl, gerakannya tenang namun mengandung dominasi halus yang membuat Cheryl tersentuh. Setelah Cheryl duduk, Bara mengambil tempat di seberangnya, matanya tetap mengunci wajah wanita itu seperti sedang menikmati pemandangan yang terlalu berharga untuk dilewatkan.Cheryl menatap piringnya dengan ragu, ujung jarinya menyentuh garpu tetapi tak langsung menggunakannya. “Duh, aku nggak tega merusak makanan yang estetik ini,” gumamnya, setengah be

    Last Updated : 2025-03-20
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   133. Di Waktu Senja yang Tak Biasa

    “Cheryl, kurasa sudah cukup. Kembalilah bekerja. Terima kasih sudah menemaniku sarapan.”Nada suara Bara penuh wibawa. Bukan suara seorang suami yang berbicara pada istrinya, melainkan seorang pemimpin yang memberi instruksi kepada bawahannya. Formal. Tegas. Tak terbantahkan. Tatapannya dingin, lurus menembus Cheryl, seolah menegaskan batas yang tak boleh disentuh.Cheryl menarik napas pelan. Jantungnya berpacu lebih cepat saat matanya mencari sesuatu di wajah Bara. Namun yang ia temukan hanyalah dinding kokoh, tidak ada celah, tidak ada isyarat bahwa ia bisa menembusnya.Akhirnya, Cheryl berdiri. Namun saat melewati Bara, ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup pipi suaminya itu."Aku mencintaimu, Bara," bisiknya lirih, tapi cukup jelas untuk didengar.Sekilas, ia bisa merasakan betapa tegangnya Bara saat bibirnya menyentuh kulit pria itu. Lalu, tangan Bara terangkat untuk menyentuh dagunya. “Aku juga mencintaimu, Cheryl.” Mata mereka bertemu. Dan Cheryl menangkap senyum itu… senyu

    Last Updated : 2025-03-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   134. Bukan Romeo dan Juliet

    "Kamu sepertinya sangat lelah, suamiku. Mau kutemani mandi?" ujar Cheryl penuh goda seraya melepas satu per satu kancing kemeja Bara.Bara dengan cepat mengangguk dan tersenyum tipis. "Mau banget dong."Tanpa ragu, keduanya saling membantu melepaskan pakaian masing-masing. Tangan Cheryl dengan cekatan menyingkirkan kemeja yang melekat di tubuh Bara, sementara pria itu juga menyingkap gaun rumahan yang membalut tubuh Cheryl. Pandangan mereka saling bertaut, binar-binar cinta memenuhi sorot mata keduanya.Lalu, Bara mengangkat tubuh Cheryl yang sudah polos, menggendongnya menuju kamar mandi.Sesampainya di sana, Cheryl segera mengisi bathtub dengan air hangat. Uap tipis mulai mengepul, memenuhi ruangan dengan aroma lavender yang menenangkan. Namun, kehangatan yang sesungguhnya justru terpancar dari tatapan Bara, tatapan yang begitu dalam, yang sanggup menelanjangi Cheryl tanpa menyentuh.Sebelum bathtub terisi penuh, Bara menarik Cheryl ke dalam dekapannya. "Belum waktunya berendam," b

    Last Updated : 2025-03-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   135. Maaf yang Tak Terucap

    Tak seperti biasanya, pagi ini Bara tiba-tiba meminta Cheryl membuatkan sarapan untuknya. Nada suaranya tenang, tapi ada sesuatu dalam tatapannya, seperti sebuah permohonan yang sulit diabaikan.Cheryl menelan ludah. Dia tak bisa memasak. Bayangan Bara memuntahkan makanan buatannya langsung melintas di kepala. Tapi melihat ekspresi suaminya yang begitu berharap, dia akhirnya mengangguk.Saat Bara sibuk bersiap di kamar, Cheryl berdiri di dapur, berpikir keras. Panik mulai merayapi benaknya. “Tenang, Cheryl. Tenang,” gumamnya pada diri sendiri. Lalu, seolah mendapatkan pencerahan, ia tersenyum.‘Poinnya, Bara cuma pengen manja… pengen ngerasain dimasakin sama istri, nggak peduli enak apa nggak.”Cheryl memanggang irisan wagyu smoked beef di atas pan hingga harum, lalu menyusunnya di antara dua roti gandum bersama keju yang mulai meleleh. Ia memanggangnya kembali hingga permukaannya renyah keemasan, lalu menambahkan daun selada segar dan irisan alpukat. Sebagai sentuhan akhir, ia menata

    Last Updated : 2025-03-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   136. Milikku Akan Tetap Menjadi Milikku

    "Nggak mau."Suara Cheryl terdengar tegas, membuat Bara sedikit tersentak. Sekilas, ada keterkejutan di mata pria itu, seolah tak menyangka bakal menerima penolakan sekeras itu dari seorang Cheryl."Bagaimanapun, momennya sudah beda, Bara. Mahar pernikahan nggak bisa ditukar gitu aja. Itu milikku, hakku.” Sorot mata Cheryl menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. “Nggak peduli itu bekas siapa, tapi sekarang itu sudah jadi milikku. Dan milikku akan tetap menjadi milikku,” tegasnya.Tatapan mereka bertemu. Bara menatapnya lekat-lekat, rahangnya mengencang, seakan mencari celah untuk membantah. Tapi kepala Cheryl tetap tegak, sorot matanya menantang, menyiratkan bahwa ia tak akan mundur satu langkah pun."Tapi, Cheryl, ini lebih bagus dan yang pasti kubeli baru hanya untukmu. Aku ingin yang terbaik buatmu, sayangku." Bara membujuk, suaranya lebih lembut, penuh harap.Cheryl menggeleng. "Bara, aku bicara tentang momen. Pernikahan kita adalah momen yang tak bisa diulang, sudah terjadi,

    Last Updated : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   137. Harga yang Tak Bisa Ditawar

    Matahari baru saja naik ketika jet pribadi itu meninggalkan landasan, melesat meninggalkan Jakarta menuju Venesia. Langit biru cerah membentang luas di luar jendela, sementara di dalam kabin yang mewah, suasana terasa sunyi, hanya diiringi suara mesin yang halus.Tuan Sigit duduk dengan tenang di kursinya, menyeruput teh hangatnya dengan elegan. Di seberangnya, Bara sibuk membaca dokumen di tangannya, meski sorot matanya menunjukkan pikirannya melayang ke tempat lain.“Kudengar, perempuan itu datang menemuimu di kantor,” suara Tuan Sigit memecah keheningan.Bara menutup dokumen yang dipegangnya, menoleh dengan ekspresi datar. “Dia mencoba membujukku agar menemui Papa. Katanya, sedang sakit.”Tuan Sigit meletakkan cangkirnya dengan gerakan ringan. “Dan kau datang?” tanyanya, meneliti cucunya dengan pandangan penuh selidik.Bara menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Aku tidak sepemurah hati itu, Opa tahu.”Senyum tipis muncul di wajah Tuan Sigit. “Bagus.” Ia menarik napas panjang, lalu mengg

    Last Updated : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   138. Kerikil

    Suara dengungan mesin pesawat memenuhi kabin, menciptakan kesunyian yang justru semakin menyesakkan. Bara duduk tegak, jemarinya tanpa sadar menegang di sandaran kursi, sementara tatapannya tetap terkunci pada sosok Tuan Sigit di depannya.Pria itu tampak tenang, terlalu tenang. Seakan ia sedang menikmati situasi ini, membiarkan ketegangan merambat perlahan, menyusup ke setiap sudut ruangan sempit ini.“Kau bisa lebih dari ini, Bara,” suara Tuan Sigit akhirnya terdengar, datar, tanpa emosi. “Tapi aku ingin tahu... sejauh mana batas kecerdasanmu.”Bara tidak menjawab. Ia tahu, pria itu tidak sedang mencari jawaban.Tuan Sigit menyandarkan punggungnya dengan santai, memandang Bara dengan tatapan yang sulit diartikan. “Hmm. Beberapa hal masih menjadi misteri bagiku.” Ia berhenti sejenak, sengaja membiarkan jeda yang cukup lama. Bara merasakan tatapan itu seolah menguliti dirinya perlahan.“Aku ingin percaya bahwa kau tidak menyembunyikan sesuatu yang tak seharusnya, Nak.”Napas Bara ter

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   178. Di Mata Mereka, Ini Skandal

    Milena membeku. Darahnya seakan berhenti mengalir. Kata-kata Bara menggema dalam kepalanya, menusuk seperti duri di dada. “Aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama.”Milena menggeleng seraya bergumam pelan, “Semudah itukah… kau memalingkan hatimu, Bara? Bukankah kau juga pernah bilang cinta padaku? Hanya padaku…?”“Milena, cukup! Jangan rendahkan dirimu seperti ini di depan laki-laki yang sudah menolakmu!” seru Nyonya Dania, tak sanggup menyembunyikan amarah dan rasa malunya. “Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap serendah ini!”Sedangkan Tuan Adiguna hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya, namun kerutan di wajahnya cukup bicara banyak, bahwa ia tak menyukai arah situasi ini.“Aku mencintaimu, Bara! Tidak bisakah kau melihat betapa besarnya cintaku padamu?” tangis Milena pecah. Ia sudah tak peduli pada harga diri, pada omelan ibunya. Sebab baginya kehilangan Bara terasa lebih menakutkan daripada apa pun.“Aku tak pernah mengeluh padamu soal sakitku, kan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   177. Aku Yakin

    Bara tahu apa maksud Milena. Ia tahu itu bukan tentang pekerjaan. Itu tentang penundukan. Tentang mempermalukan. Tentang membalas dendam dengan cara paling elegan namun menyakitkan.Lelaki itu berdiri tegap di samping Cheryl. Matanya terpaku pada wajah kakeknya, lalu beralih tajam ke arah Milena yang duduk di atas kursi rodanya dengan ekspresi puas, seolah baru saja memenangkan permainan yang telah dirancangnya sejak awal.‘Brengsek. Mereka boleh saja menekanku, aku siap menghadapi mereka dengan cara apapun. Tapi mereka tidak boleh melakukan ini pada Cheryl, pada istri yang kucintai,’ geramnya dalam hati.Dadanya terasa mengencang, seolah ada bara api yang menyala dan membakar dari dalam. Otot rahangnya menegang seperti kawat baja yang hampir putus. Ia melihat segalanya dalam gerak lambat: tatapan Milena yang seperti menelan Cheryl hidup-hidup, ekspresi Tuan Sigit yang dingin dan menghakimi, serta Cheryl yang berdiri kaku di sampingnya, dengan bahu sedikit bergetar dan sorot mata yang

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   176. Aku Pemiliknya

    Milena terpana di atas kursi rodanya. Ia duduk tegak, punggung lurus seolah tak ingin memberi celah sedikit pun bagi rasa lemah untuk terlihat. Jari-jarinya yang terletak di pangkuan sempat mengepal, namun segera ia renggangkan kembali dengan tenang, menjaga penampilannya tetap anggun.“Dari mana kamu mendapat cincin dan kalung itu, Cheryl?” ucapnya lirih.Nada suaranya tak meninggi, tapi mengandung ketegasan yang dingin dan menusuk. Tidak perlu berteriak. Kalimat itu meluncur ringan, namun cukup nyaring terdengar.Hening mendadak menyelimuti udara, bersama semua mata yang kini memandang ke arah Cheryl.Sorot mata Milena tajam, dingin, dan menyala dengan kekecewaan yang berusaha ia redam. Tubuhnya mungkin tak mampu melangkah mendekat, tapi keangkuhan dan harga dirinya tetap tegak berdiri. Kepalanya sedikit dimiringkan, seolah tengah menilai seseorang yang telah melewati batas.“Itu… milikku,” lanjutnya dengan suara yang sedikit lebih berat. “Bara membelikannya untukku di Paris. Kamu m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   175. Simbol Cinta

    Di dapur, Cheryl tersentak. Suara Bara terdengar jelas, bulat, dan tanpa ragu. Kalimat itu, “Dia sangat berharga untukku,” menghempas dirinya seperti angin kencang yang datang tanpa aba-aba.Tubuhnya membeku, seolah waktu berhenti tepat saat kalimat itu mengalun dari bibir pria yang diam-diam telah menjadi pusat dari segala yang ia jaga. Dadanya bergetar hebat, seolah jantungnya menabrak dinding rusuk berulang kali. Sebuah rasa hangat meledak dari dalam dadanya, menyebar cepat hingga membuat jemarinya gemetar dan kakinya nyaris tak berpijak. Ia tak pernah berani membayangkan akan mendengar pengakuan itu secara terbuka. Dan ketika itu terjadi… rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata.Namun kebahagiaan itu tak datang sendirian.Secepat gelombang hangat itu menyapu tubuhnya, datang pula dingin yang menggigit, mencengkeram tengkuknya dengan kuku-kuku tajam bernama ketakutan. Ditambah, suara berat Tuan Sigit yang menyusul kemudian, menyayat udara seperti belati.“Cheryl berharga? Seber

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   174. Perlu Kalian Tahu

    Di ruang makan, semua mata kini tertuju pada Bara. Sorot terkejut tergambar jelas di wajah Tuan Sigit. Bahkan, Nyonya Dania yang semula tertawa ringan, kini mematung dalam diam. Tapi yang paling mencolok adalah Milena, tangannya yang semula santai menggenggam pegangan kursi rodanya kini menegang. Jari-jarinya mencengkeram plastik pelapis kursi seperti mencoba mencari pegangan atas realita yang tiba-tiba berubah dingin.Bara menatap ke depan, tak bergerak. Biarpun dalam dadanya berdegup kencang, namun wajahnya tetap tenang, seperti topeng yang sudah lama ia pelajari untuk dikenakan. Ia tahu apa yang baru saja ia ucapkan bisa menimbulkan riak yang lebih dari sekadar kemarahan orangtua Milena dan kakeknya. Tapi prioritasnya saat ini adalah mempertahankan Cheryl. Masih lekat dalam ingatannya ketegaran yang ia lihat di mata wanita itu ketika berpaling, adalah sesuatu yang tak bisa lagi ia abaikan. Tidak. Bara tak ingin kehilangan Cheryl, tidak sekarang atau besok. Jika ia harus melawan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   173. Terima Kasih Telah Mencintaiku

    Air hangat yang menyapu kulitnya seperti selimut lembut dari langit, membuat Cheryl perlahan merasa tenang. Uap tipis memenuhi kamar mandi, membungkus tubuhnya dalam kehangatan, cukup menenangkan badai yang bergemuruh dalam pikirannya. Ia menutup mata, membiarkan air itu jatuh dari bahunya, meresap hingga ke pori-pori, seakan bisa membilas luka yang tinggal karena pernikahan sirinya dengan Bara kini berada di ujung jurang.Cheryl lelah. Letih yang tak lagi bisa ditawar. Dan kali ini, ia memilih menyerah. Karena apa gunanya mempertahankan sebuah ikatan yang bahkan hukum pun tidak mengakuinya? Terlebih, Bara telah resmi bertunangan dengan Milena. Di depan keluarga besar mereka, di hadapan dunia. Cheryl kalah. Dan kekalahan itu terasa begitu nyata, seperti pecahan kaca yang menusuk setiap inci hatinya.Selesai mandi, Cheryl melangkah pelan ke arah lemari. Jemarinya menyentuh gaun-gaun indah, pakaian serba mahal yang dibelikan Bara, yang pernah membuatnya merasa dicintai, membuatnya sep

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   172. Tamu Tak Diundang

    Bara menggertakkan rahang. Rasanya, ia ingin sekali membanting pintu dapur, berteriak, bahkan mengusir semua orang dari rumah ini. Tapi ia tahu, semua itu hanya bisa ia lakukan dalam khayalannya saja. Ia menunduk sejenak, mengatur napas. Menelan bulat-bulat kekecewaan yang belum sempat ia sembuhkan pagi ini. Kemudian, ia meletakkan kembali nampan ke atas meja. Matanya masih menatap makanan yang ingin ia sajikan untuk Cheryl itu beberapa detik, penuh rasa berat yang tak terkatakan, sebelum akhirnya ia berbalik dan berjalan menuju ruang tamu. Setiap langkahnya bergema dalam kesunyian rumah, dan setiap detik terasa seperti pengkhianatan terhadap niat awalnya hari ini, yang ingin mempersembahkan waktunya penuh untuk Cheryl. Tapi kini ia harus menghadapi sesuatu yang tak ia undang. Begitu sampai di ambang ruang tamu, Bara menarik napas dalam-dalam. Ia menegakkan tubuh, mengatur raut wajah, dan melangkah masuk. Tuan Sigit berdiri dengan angkuh, seperti biasa. Di sebelahnya, Milen

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   171. Dari Semua Hari yang Ada

    Cahaya pagi yang samar menyusup melalui sela tirai, mengguratkan warna keemasan di dinding kamar. Cheryl mengerjapkan mata pelan, merasakan sisa perih di sudut-sudutnya. Tubuhnya masih berat, pikirannya buram. Tapi saat pandangannya mulai fokus, jantungnya terhenti sejenak ketika menyadari bahwa Bara adalah sosok yang pertama kali ia lihat hari ini.Lelaki itu duduk di sisi tempat tidur, diam, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara penyesalan dan kelegaan.Cheryl tersentak bangun, napasnya tercekat. Untuk sesaat, begitu saja, ia hampir merentangkan tangan, ingin menarik lelaki itu dalam pelukannya, mencari hangat yang dulu selalu menenangkan. Tapi kesadaran datang seperti tamparan keras.Lelaki ini... lelaki inilah yang membuatnya lelah menangis semalaman."Kenapa kamu di sini?" suaranya serak, hampir berbisik, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk didengar Bara.“Aku… nggak mau jauh dari kamu. Aku mau kamu tetap sama aku, Cheryl. Apapun yang terjadi. Demi kamu,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

    Cheryl tak langsung menyalakan lampu saat memasuki kamarnya. Ia berdiri dalam gelap, membiarkan sepi menyambutnya seperti pelukan dingin dari dunia yang telah kehilangan warna.Napasnya membeku di udara, berat dan tersendat, seolah paru-parunya pun enggan menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, melainkan kenyataan bahwa ia sendirilah yang memilih pergi dari pria yang masih ia cintai, tapi tak sanggup lagi ia percaya.Ia teringat pada hari pertama ia mengizinkan dirinya mencintai Bara. Pada senyum lembut pria itu. Pada pelukan hangatnya yang dulu terasa seperti rumah. Tapi kini semua kenangan itu terasa seperti belati, menyayat tanpa ampun.Cheryl perlahan merosot ke lantai, membiarkan tubuhnya ambruk dalam keheningan yang memekakkan. Tangannya terulur ke arah ranjang… tempat di mana ia pernah menyerahkan seluruh dirinya, bukan hanya tubuh, tapi juga cinta, keyakinan, dan kehormatan.Masih terngiang bagaimana malam pertama mereka terjadi hari itu…"Bara. Kita

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status