Share

55. Minta Tolong

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-02-14 11:42:50

Matahari mulai condong ke barat, menciptakan cahaya keemasan yang jatuh di antara gedung-gedung tinggi. Udara terasa hangat dengan angin sepoi-sepoi yang sesekali berembus.

Cheryl melangkah di samping Axel, menyadari bahwa ini adalah pertemuan pertama mereka setelah beberapa tahun tak bertemu sejak kelulusan SMA. Ada kehangatan dalam percakapan mereka, sesuatu yang akrab namun juga terasa sedikit asing.

Axel memasukkan tangannya ke dalam saku celana, berjalan santai di samping Cheryl. "Aku masih tak percaya kita bertemu lagi setelah sekian lama," katanya sambil melirik ke arahnya.

Cheryl tersenyum kecil. "Aku juga. Rasanya seperti kebetulan yang aneh."

Axel terkekeh. "Atau mungkin semesta memang bekerja dengan caranya sendiri?"

Cheryl menoleh padanya, mengangkat alis. "Kamu jadi percaya takdir sekarang?"

Axel mengangkat bahu, matanya masih menatapnya dengan sorot iseng yang khas. "Mungkin. Terutama jika itu berarti aku bisa bertemu teman lama yang dulu selalu membuatku penasaran."

Ch
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
audrey larissa
Asiik ada dr. Joshua..... bakal tambah seru ini kak Author.. semangat Axel bikin mas Bara tambah cemburu ke Cheryl..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   297. Antara Dua Pintu

    Cheryl menggeliat pelan. Kelopak matanya bergetar, merespons cahaya pagi yang menyusup malu-malu dari celah tirai tebal. Ia mengucek matanya dengan malas. Kepala terasa berat, berdenyut tak enak, seperti dihantam palu semalaman.Perlahan, matanya mengerjap. Bukan kamarnya. Bukan penthouse Valen. Semuanya terasa asing.“Ah, iya… Aku kan lagi nginap di hotel,” gumamnya parau.Tapi belum sempat ia meresapi kenyamanan selimut tebal yang membungkus kakinya dalam suhu AC yang dingin ini, detak jantung Cheryl seketika melompat liar saat matanya bertemu sepasang tatapan gelap yang menusuknya dari tepi ranjang.Bara duduk di sana. Tangannya terlipat di dada. Mengawasinya lurus-lurus. Cheryl menjerit, seperti baru melihat hantu. Tangannya refleks meraih bantal dan melemparkannya ke arah Bara. “Ih. Ngapain kamu di sini, setan?!”Bantal itu terhenti di lengan Bara, yang bahkan tidak bergerak sejengkal pun. Lelaki itu hanya menaikkan sebelah alis, senyumnya tipis, nyaris mengejek.“Sudah sadar?

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   296. Tak Ingin Usai

    Cheryl masih tenggelam dalam pusaran alkohol yang mengacak-acak pikirannya. Bibirnya terus bergerak, meracau nama Valen seolah nama itu satu-satunya jangkar yang menahan kesadarannya agar tak sepenuhnya karam. Matanya setengah terpejam, kata-katanya berhamburan, nyaris tak terangkai rapi, tapi justru di situlah letak kepedihan yang memukul dada Bara tanpa ampun.“Kalau dilihat-lihat… bibir kamu bagus juga, Val. Kayak bibirnya Bara.” Cheryl tertawa kecil, tawa pendek, putus-putus, sedikit pecah, seolah ada sisa luka yang tersembunyi di ujungnya. Jemarinya, hangat dan sedikit gemetar, menelusuri bibir dan garis rahang Bara yang tegang. “Kamu sudah 40 tahun, kan? Tapi kamu terlihat masih semuda Bara,” ocehnya lagi, jari-jari lentiknya tanpa dosa terus membelai setiap senti wajah Bara.Kadang tangannya berhenti di dagu Bara, lalu bergerak lagi ke pipi, seolah ia lupa arah. Bau alkohol, menyusup di sela napas gadis itu, bercampur dengan bau sabun dan sisa parfum manis di rambutnya.Bara

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   295. Siap Menerima Kebencianmu

    Dari tempatnya duduk di sudut bar, Reno mengawasi Cheryl yang tertawa kecil, membiarkan kepalanya terayun ke kanan dan kiri seperti balon helium yang baru saja dia nyanyikan.Sesekali senyum tipis lolos dari bibir Reno.“Bahkan saat mabuk pun dia tetap terlihat manis. Pantas saja bikin Mas Axel tergila-gila sampai tega meninju Omnya sendiri,” gumamnya, setengah miris, setengah geli.Jarum jam di pergelangan tangannya terus bergerak, menandai waktu yang meluruh bersama denting gelas dan irama jazz yang mengalun di bar itu.Beberapa tamu sudah berganti, bartender tetap sibuk bekerja, dan Cheryl… perlahan kepalanya tampak terkulai di atas meja bar, bahu mungilnya merosot. Masih meracau, menggumamkan potongan lagu anak-anak yang makin tak jelas nadanya.Reno tetap menunggu hingga beberapa jam. Akhirnya, ia mendekat saat Cheryl sudah tak bergerak lagi, entah ketiduran atau pingsan. Tangannya terulur, siap menahan tubuh gadis itu kalau benar-benar tumbang di kursi tinggi.Tapi rupanya suda

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   294. Butuh Ketenangan

    “Reno, kamu cepat pergilah… awasi dan jaga Cheryl. Pastikan dia aman,” tegas Valen. Suaranya datar tapi serak di ujung, seolah menahan denyut yang menancap di dadanya sendiri. Tatapannya masih terpaku pada pintu yang baru saja menelan punggung Cheryl.“Baik, Dok.” Reno mengangguk cepat dan segera keluar dari kamar, meskipun matanya sedikit was-was saat memandang Axel. Khawatir emosi anak itu bisa meledak lagi kapan saja dan bisa melukai tuannya.Tapi melihat ketenangan di mata Valen, Reno percaya sang dokter bisa menjaga dirinya sendiri. Sepeninggalan Reno, Valen menghela napas panjang, lalu ikut duduk di lantai, berhadapan dengan Axel. Ditepuknya lembut pundak si keponakan dengan segenap kasih sayangnya. Sikapnya tenang terkendali, meredam gelombang yang bisa menenggelamkan mereka berdua.“Axel. Demi Tuhan—” Suara Valen nyaris pecah, tapi di ujungnya tetap terdengar tegas dan berwibawa. “Om betul-betul baru tahu saat makan siang di rumahmu, bahwa Cheryl-lah orangnya. Om juga kaget,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   293. Sudah Cukup

    Keributan dan teriakan di luar kamar mandi memukul jantung Cheryl keras-keras.‘Hah, apaan tuh?’ Ia langsung menutup kuping, matanya terpejam rapat, seolah suara benturan dan teriakan di luar sana bisa lenyap begitu saja.“Astaga… kenapa hal semacam ini harus terjadi sekarang sih!” erangnya sambil menekan telinganya lebih rapat. “Aku lagi bete, tau!”Tapi bentakan Axel, suara tinju menghantam, dan erangan Valen merobek pertahanannya untuk pura-pura tak mendengar apa-apa.Cheryl akhirnya bangkit, tangannya sedikit gemetar saat meraih kenop pintu.Begitu pintu terbuka, suara ‘BRAK!’ kembali meledak. Valen terhuyung ke dinding, bahunya menghantam lemari dengan bunyi pekak. Sementara itu satu tangan Axel masih terangkat, wajahnya merah, napasnya berat, mata nyalangnya menatap Valen seperti memandang musuh bebuyutan. Reno sigap menahan pergelangan tangannya, tapi Axel meronta sekuat urat.‘Sialan. Akhirnya yang kutakutkan terjadi. Bahkan ini lebih buruk dari yang kubayangkan.’Pikiran Ch

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   292. Kenapa Harus Dia

    Hati Axel panas membara.Saat Reno tadi berkata, “Saya antar bajunya Dokter Joshua dulu ya, Mas. Tunggu sebentar di sini, saya nggak lama kok. Cuma mau turun ke lantai 18,” Axel hanya mengangguk sambil menahan senyum tipis, padahal bara api di dadanya seketika meledak.“Baju buat Om Valen? Di lantai 18 dengan Cheryl?” desis Axel dalam hati, kedua matanya menyipit, menatap punggung Reno yang berbalik meninggalkannya di lorong hotel.“Mereka… check in?”Ada yang tersayat di hatinya. Cheryl, gadis yang di matanya tampak mahal dan polos, apakah ternyata semurah itu? Apakah kehormatan gadis yang ia cintai sejak SMA itu cuma seharga materi yang telah diberikan oleh omnya?Axel teringat bagaimana dulu diam-diam ia membuntuti Cheryl saat pulang sekolah sendirian, hanya untuk memastikan gadis itu betul-betul aman sampai di rumah. Namun, semua kenangan itu kini bagai ditertawakan Valen.Ia mengepalkan tangan, menahan amarah yang rasanya bisa meledak di tempat.Begitu Reno menjauh, Axel menajamk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status