Semua tamu bersorak dan memberikan ucapan selamat kepada Keyla dan juga Adrian setelah keduanya mengucap janji pernikahan.
“Kamu benar-benar membuatku dalam masalah, Adrian,” ucap Keyla menatap ke arah kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Adrian yang sedang berjalan ke arah mereka. “Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian?” tanya Toni. Dia merasa tidak enak dengan Rudi dan juga Ani karena tidak memberikan pelayanan yang baik untuk besannya. “Keyla, kenapa kamu enggak bilang sama Mamah sih!” hardik Ani membuat Keyla seketika berdiri di belakang Adrian seolah meminta berlindung dari pria yang kini sudah menjadi suaminya. “Aku akan jelaskan nanti Tante. Sekarang masih banyak tamu undangan dan aku enggak mau menghancurkan acara pernikahan kita.” Mereka pun mengedarkan pandangannya melihat para tamu yang sedang menatap ke arah mereka, seolah sedang membicarakan mereka. “Ya udah, nanti kita bicarakan setelah acara selesai. Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu menikah juga. Selamat juga untukmu Keyla, Tante bersyukur karena menantu Tante itu kamu,” ucap Rani yang tak lain ibu Adrian. Keyla hanya tersenyum, tapi wajahnya berubah seketika saat melihat wajah Ani. Mereka pun menyambut tamu yang datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan kedua mempelai. Ani menarik dress Keyla agar dia mendekat. "Kenapa pengantinnya jadi kamu?" "Eeee, mau kasih surprise buat Mamah." "Apa ... gila kamu ya, surprise seperti ini?!" pekik Ani. *** Suara ketukan jemari di atas meja menjadi sebuah irama ketika mereka tengah menunggu di meja makan. Keyla merasa terintimidasi karena hanya dia dan kedua orang tua mereka sedangkan Adrian tak juga datang untuk menjelaskan. Tepat saat pintu terbuka, semua yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arah pintu. “Maaf aku harus mengambil sesuatu dulu di kamar hotel,” ucap Adrian. Dia lalu memberikan sebuah amplop kepada Rudi. “Maaf Om, aku baru sempat memberikan ini kepada Om dan Tante.” Ani dan Rudi menatap ke arah amplop yang ada di hadapan mereka. Perlahan Rudi mengambil amplop tersebut lalu membukanya. Sesaat Ani dan Rudi saling berpandangan ketika melihat giro dengan nominal yang fantastis. “In-ini—” “Itu seharusnya aku berikan saat acara lamaran. Karena kita nggak melakukan lamaran jadi aku memberikannya sekarang,” jelas Adrian. Toni selaku orang tua Adrian pun mencoba menengahi karena ulah putranya mereka menjadi bertanya-tanya. “Ehm ... sebenarnya apa yang terjadi, bukannya kamu akan menikah dengan Nadia?” tanya Toni hati-hati. “Sebenarnya, sudah lama aku ingin menikahi Keyla,” ucap Adrian yang membuat semua orang kebingungan. Keyla memicingkan matanya tak percaya dengan pengakuan pria yang sedang duduk di sampingnya. Padahal setiap bertemu keduanya sering bertengkar dan tidak pernah akur sedari kecil, bahkan Keyla harus menyembunyikan perasaannya selama ini. Sedangkan Ani dan Rani terkejut dengan pengakuan Adrian. “Kenapa kamu baru sadar sekarang,” sela Rani. “Padahal sudah lama Mamah menjodohkan kamu dengan Keyla, tapi kamu selalu menolak.” “Maaf, Mah. Waktu itu aku belum menyadari perasaanku sama Keyla.” Adrian tiba-tiba saja menarik tangan Keyla, menggenggamnya dengan erat. “Om dan Tante tenang saja, aku akan menjaga Keyla dengan baik. Aku juga nggak akan melarang Keyla untuk melanjutkan kuliahnya hingga ke S2.” Bibir Keyla berkomat kamit, bagaimana bisa Adrian membicarakan soal S2, sedangkan mengejar S1 saja sampai detik ini dia belum juga lulus. Ani tersenyum mendengar ucapan Adrian, setidaknya beban di keluarganya sudah berkurang satu, apa lagi Keyla dikenal sebagai anak yang suka membuat masalah di keluarganya. “Terima kasih, Adrian. Tante harap Keyla akan berubah menjadi lebih baik setelah menikah dengan kamu,” ungkap Ani. Keyla memutar bola matanya, jengah dengan ucapan Ani dan juga Adrian seolah berkomplot untuk menjebaknya. “Oh iya Keyla, kamu mau kado apa dari Tante dan Om?” “Mamah dan Papah,” sela Toni. "Karena saat ini Keyla sudah menjadi menantu kita." “Ah iya, Mamah. Mulai sekarang kamu panggil Om dan Tante, Mamah dan Papah ya. Kamu juga Adrian panggil orang tua Keyla dengan sebutan yang sama. Sekarang Tante Ani dan Om Rudi sudah menjadi orang tua kamu juga.” “Iya, Mah,” jawab Adrian dengan lembut. “Jadi apa yang kamu inginkan?” tanya Rani lagi. “Aku ingin mobil,” jawab Keyla santai. Namun, sedetik kemudian Ani melayangkan pukulan ke bahu Keyla hingga ia mengaduh kesakitan. “Mamah,” pekik Keyla merasakan kebas di punggungnya karena pukulan Ani. “Maaf, anakku memang suka kurang ngajar kalau minta sesuatu,” ucap Ani merasa tidak enak dengan Toni dan juga Rani. Mata Ani melotot menatap Keyla seolah berpesan, 'Awas kamu nanti di rumah!' “Ih Jeng Ani, nggak apa-apa kok. Aku malah terima kasih sama Keyla karena dia mau menikahi putraku yang egois ini. Baiklah, Mamah dan Papah akan membelikanmu mobil,” ujar Rani. “Beneran?” Rani mengangguk mengiyakan pertanyaan Keyla. “Makasih, Mah,” ucap Keyla beranjak dari kursi dan langsung memeluk tubuh mertuanya itu. Setelah pembicaraan itu berakhir, kedua keluarga kembali ke rumah masing-masing kecuali Keyla dan Adrian yang menginap di hotel. "Apa kita akan tidur di sini?" Adrian melihat ke sekeliling. "Iya, aku tidur di kasur dan kamu di sofa." "Apa?"Senyum sumringah tercetak di bibir Nadia saat dia melihat Adrian berjalan ke arahnya. Bagaimana tidak, setelah pertemuannya di rumah orang tuanya, Adrian selalu mengabaikan panggilannya bahkan bersikap tak acuh."Hai, Adrian," sapa Nadia dengan lembut. Adrian hanya bergumam lalu menggeser kursi yang ada di depan Nadia. "Kamu mau pesan apa?""Enggak usah aku nggak akan lama," jelas Adrian. "Aku—""Adrian, Mamah Rani mengundangku ke rumah, apa kamu juga akan datang?" sela Nadia seolah tak ingin mendengar apa yang akan diucapkan Adrian."Nadia, aku—""Aku tahu, kita akan mulai dari awal. Selama proses perceraian kalian aku nggak akan menemui kamu. Aku nggak mau di tuduh sebagai pelakor padahal wanit itu yang merebutmu dariku."Adrian mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. "Aku nggak akan bercerai dengan Keyla."Apa, bukannya Mamah sudah menyuruh kalian untuk bercerai?""Tapi aku nggak mau bercerai dengan Keyla.""Adrian, aku tahu saat ini
Alunan musik rileksasi mengiringi Adrian yang sedang bersemedi.Sudah hampir 2 jam dia tak juga merubah posisinya. Seolah-olah tak merasakan sakit atau kram di kakinya."Apa dia dari tadi seperti ini?" bisik Kevin kepada Sumi."Iya, sehari sudah tiga kali Den Adrian bersemedi sambil mendengarkan musik. Apa terjadi sesuatu, haruskah kita membawa Den Adrian ke rumah sakit?"Kevin berpikir sejenak lalu berkata, "Sepertinya dia sedang patah hati.""Patah hati?" ulang Sumi. "Ah, iya. Semenjak Non Keyla nggak ada di rumah Den Adrian seperti kehilangan teman bertengkar," sambung Sumi."Apa mereka berdua sering bertengkar?"Sumi mengangguk. "Bertengkar hanya karena Den Adrian suka jahil ke Non Keyla pun sebaliknya."Kevin memijat pelipisnya lalu menyuruh Sumi untuk meninggalkan mereka berdua. Perlahan Kevin mematikan musik agar Adrian berhenti melakukan hal yang tak biasa dia lakukan.""Jangan ganggu aku, nyalakan lagi musiknya," tutur Adrian tanpa membuka mata.Satu menit berlalu musik rilek
Brak!Toni menggebrak meja meluapkan kekesalannya. "Kenapa kamu bisa melakukan hal seperti itu Adrian. Mau di simpan di mana wajah Papah di depan kedua orang tua Keyla!""Aku akan menjelaskan semuanya ke orang tua Keyla, Pah.""Tutup mulutmu, jangan pernah memberitahu orang tua Keyla akan hal ini. Cukup keluarga kita saja yang tahu dan wanita itu," jelas Toni. Rani yang melihat ketegangan diantara keduanya pun mencoba menenangkan mereka berdua. "Apa nggak sebaiknya kita akhiri saja kebohongan ini?""Maksud Mamah ... Mamah membiarkan Keyla dan Adrian bercerai begitu saja? Apa Mamah nggak malu mempunyai anak yang nggak becus mempertahankan pernikahannya!""Bukan gitu Pah, ak—""Tutup mulutmu!" hardik Toni membentak Rani dengan kasar. Terlihat jelas kemarahan serta kekecewaan dari raut wajahnya. "Adrian apa selema kalian menikah kamu nggak pernah mencintai Keyla?"Rahang Adrian mengeras, sebenarnya dia masih ragu dengan perasaannya sendiri entah rasa cinta atau hanya penasaran."Pah, a
Dentuman musik tak mengalihkan perhatian Keyla dari gelas yang ada di depannya. Dia terus menghitung satu persatu gelas kosong bekas minumannya. Baginya dentuman musik sama sekali tak menghilangkan kebisingan di kepalanya. "Key, sudah jam 3 pulang , yuk!" ajak Sisi melihat salah satu temannya sudah tak sadarkan diri. Mata Keyla menoleh ke arah Dita lalu kembali menatap sahabatnya. "Menurutmu semenyeramkan apa menyandang status janda?" Pletak! Tanpa aba-aba Sisi memukul kepala Keyla dengan kencang agar dia sadar dari alkohol yang mempengaruhi kinerja otaknya. "Kamu sedang mengejekku karena aku janda?" Keyla mengusap kepalanya yang terasa pusing lalu berkata, "Sebentar lagi aku juga akan menyandang status janda." "Apa kamu sudah gila, hanya karena kamu putus dengan pacarmu kamu berpikir janda?" Keyla menghela napasnya, tak ada satu pun dari sahabatnya yang tahu jika dia sudah menikah. "Ayo, pulang. Sepertinya kamu terlalu mabuk." Keyla beranjak dari kursi mencoba me
Setelah kembali ke Jakarta, Keyla tak pernah bertemu dengan Adrian. Hal itu membuat Keyla gelisah apa lagi Adrian belum mengirimkan uang bulanan untuknya."Haruskah aku mengirimkan pesan ke Adrian atau aku datangi dia saja?" gumamnya. "Keyla, kamu di panggil ke ruang Pak Erik.""Hm, terima kasih."Keyla pun mematikan layar ponselnya lalu pergi ke ruang dosen. "Permisi, Bapak panggil saya?""Hm, masuklah."Keyla masuk ke ruangan Erik, berdiri menunggu di persilahkan duduk. "Kenapa berdiri saja. Ayo, duduk."Keyla menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Erik. "Isi formulir itu.""Ini apa Pak?" tutur Keyla melihat form pendaftaran."Bukannya kamu mau S2 di Singapura. Kamu harus mengisi universitas mana yang akan kamu pilih agar kita bisa merekomendasikan universitas terbaik di sana."Keyla berpikir sejak, bagaimana pihak sekolah tahu jika dia akan S2 di Singapura. Padahal itu hanya ancaman untuk Adrian."Maaf Pak, bolehkah saya mengi
Hening, Kevin merasakan atmosfer disekitarnya berubah mencekam. "Kalian bicaralah, aku mau ambil makanan."Seolah mengerti biang masalahnya, Kevin pun membawa serta Nadia untuk pergi dari sana. Saat berada di koridor Nadia pun menepis tangan Kevin dengan kasar. "Kenapa kamu membawa aku keluar!""Apa kamu nggak sadar kalau Keyla dan Adrian sedang bertengkar gara-gara kamu?" Kevin berdecak tak percaya melihat Nadia tak merasa bersalah sedikitpun. "Apa kamu senang di sebut pelakor?""Apa, maksudmu apa hah. Yang harusnya disebut pelakor itu Keyla, dia yang sudah merebut Adrian dariku.""Merebut, yang benar saja. Bahkan Keyla nggak tau kalau kamu masih hidup saat mereka menikah.""Maksud kamu?""Dengar Nadia, semua orang tahu kalau kamu kabur saat acara pernikahan. Keyla itu wanita yang kuat dan mau menjadi istri Adrian demi menyelamatkan keluarganya yang mungkin akan menanggung malu karena mempelai wanita kabur di hari pernikahan.""Aku ... Aku perg