Mendengar perkataan suaminya. Fanny berbangga diri dalam diam. Dia tau, hal ini akan terjadi.
Oleh karenanya, sebelum Rey pulang, Fanny sudah memecat satpam tersebut dengan memberikan pesangon yang banyak. Sehingga tidak ada bukti kebohongannya. Sementara itu, Lina yang masih berada di luar mulai meneteskan air matanya. "Ya Allah aku harus kemana, tega kamu, Mas!” lirih Lina terdengar pilu. Hujan semakin deras, membasahi tubuh Lina yang terduduk di teras rumah mewah yang bukan lagi tempat tinggalnya. Air mata bercampur air hujan terus mengalir di pipinya. Dia tidak percaya hidupnya cepat sekali berubah. Pria yang menjadi suaminya, yang harusnya dia hormati meskipun tanpa cinta, tega mengusirnya tanpa memberi memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Tak ada tempat yang bisa Lina tuju, Rumah orang tuanya? Tidak mungkin. Mereka sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Reynaldi. Dengan langkah lemas, Lina berjalan tanpa tujuan. Perutnya mulai terasa mual, kepalanya pusing dan badannya menggigil tidak karuan. Sampai akhirnya dia sampai di terminal bus. Dengan uang yang tersisa di saku, Lina membeli tiket bus, untuk pergi ke Kota lain. Dia harus pergi sejauh mungkin dari orang-orang yang sudah menghancurkannya. Sampai di kota yang baru kehidupan yang Lina jalani tidaklah mudah. Semuanya seperti neraka. Saat itu tidak ada sedikitpun uang di tangannya. Dengan susah payah lina terpaksa tidur di masjid yang ia singgahi. Suatu malam saat dia hampir pingsan, pemilik warung di samping masjid memberinya sepiring nasi. “ Nak! Apa kamu lapar? Saya bawa nasi untuk kamu, makanlah!” ujar seorang Ibu dengan lembut. Dengan tatapan haru, Lina menerima nasi dalam piring itu, lalu memakannya. “Bu maaf apa ada lowongan kerja disini?” tanya Lina saat Lina berhasil menghabiskan makanannya. “ Kamu sendirian?“ tanya wanita itu dengan lembut Lina mengangguk sambil mengusap air matanya. “Kalau kamu butuh pekerjaan, saya butuh seseorang untuk membantu di warung saya, apa kamu mau? Bayarannya kecil, tapi setidaknya kamu tidak akan kelaparan,“ ujar wanita itu. "Alhamdulillah, terima kasih, Bu," lirih Lina mengucap syukur juga pada Tuhan. Hari- harinya menjadi lebih baik, meskipun masih sulit. Lina harus menyapu, mengepel, melayani pelanggan, mencuci piring. Bukan hanya itu, Lina juga harus bekerja menjadi pembantu rumah tangga di siang hari. Dan bekerja di warung pada sore hingga malam hari, bahkan menjual kerupuk di pinggir jalan. Apapun yang membuatnya dapat menyimpan uang. Kerja keras sepanjang pagi dan sore, hanya cukup untuk makan dan sewa rumah satu petak di pinggir kota. Dunianya terasa runtuh, saat mengetahui kalau dirinya sedang hamil. Bayi dalam perutnya adalah anak dari orang yang mengkhianatinya. Beruntung Lina selalu didampingi oleh ibu pemilik warung. Yang terus memberinya kekuatan. “Anak ini tidak berdosa. Suatu saat dia yang akan menjagamu, Dia yang akan menyayangimu dengan tulus. Percaya padaku,” nasihat wanita itu. Beberapa kali Lina ingin menyerah tapi saat merasakan detak jantung bayi dalam perutnya, hatinya berubah. Dan terkadang setiap malam dia menangis, kelelahan, kesepian. Tapi bila mengingat bayinya, dia bangkit kembali. “Aku akan bertahan. Aku akan menjagamu. Aku akan membesarkan mu dengan baik,” ucapnya sambil mengelus perutnya. Lina merasa mempunyai semangat baru. Dia berusaha bangkit demi anak dalam kandungannya. Lina mulai mengambil kuliah di universitas terbuka, dia juga mengambil beberapa kursus online. Mempelajari berbagai hal di antara waktu kerjanya. Dia tidak ingin hidup dalam keterpurukan. Saat usia kandungannya berusia delapan bulan, dia mulai merasa lemah. Lina sering merasa pusing, tapi dia tetap memaksakan diri untuk bekerja. Suatu malam saat dia sedang bekerja di warung, perutnya terasa mulas. Sakitnya sangat luar bisa. Dan ternyata air ketubannya pecah. “Aduh!” Lina memegangi perutnya, seluruh badannya bergetar karena sakit yang luar biasa. Pemilik warung panik dan bingung. “Lina! Kamu harus ke rumah sakit sekarang!” Beruntung saat itu ada mobil pick up milik wanita tersebut. Mereka membawa Lina ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit air mata Lina tidak berhenti mengalir, antara menahan sakit juga menahan sedih. Tidak ada suami di sisinya, Tidak ada keluarga yang mendampinginya. Lina benar-benar sendirian. Beberapa jam kemudian setelah bertarung nyawa, antara hidup dan mati, seorang bayi laki-laki pun lahir. “Owe …Owe!” tangisan bayi memenuhi seluruh ruangan Sementara Lina terbaring lemah tak berdaya. Tidak lama kemudian suster menyerahkan bayi kepada ibunya. Lina menatap wajah kecil itu. Air matanya kembali mengalir deras. Kulit yang masih merah, tangannya mungil, matanya masih terpejam, badannya bergerak- gerak mencari kehangatan tubuh ibunya. Lina mengecup kening bayinya. “ Bima. Namamu, Bima,“ bisik Lina. Mengurus Bima seorang diri bukanlah hal yang mudah buat Lina. Dia harus terbangun ditengah malam. Walau dia harus bekerja di siang dan malam hari. Beruntung ada ibu pemilik warung dan beberapa tetangga yang baik padanya. Tapi terkadang Lina juga ingin menyerah, saat Bima sakit. Lina berusaha kuat, Dia tidak menyerah. Lina juga harus membawa Bima kemanapun dia pergi. Beruntung dia kuliah dan kursus online saat itu. Semua bisa dilakukan saat Bima tidur. Tahun demi tahun berlalu, Lina berhasil menyelesaikan kuliahnya, meskipun terseret-seret oleh keadaan. Dengan kerja kerasnya Lina berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan kecil. Gajinya cukup untuk menyewa sebuah rumah sederhana dan pengasuh untuk Bima. “Sayang lihat, Ibu dapat pekerjaan baru!” ucaonya dengan bahagia kepada Bima kecil. Saat itu Lina mendapat tawaran baru di sebuah perusahaan besar di kota. Kesempatan yang akan mengubah kehidupan mereka. Hari ini Lina datang, setelah mendapat surat diterimanya dia untuk bekerja di perusahaan besar itu. Di Sebuah gedung besar pencakar langit di pusat kota. Lina berdiri di depan lift dengan perasaan gugup. Karena hari ini hari pertamanya bekerja di perusahaan ini. Salah satu perusahaan besar di bidang keuangan. Pintu lift terbuka, Lina segera masuk, tampak beberapa orang sudah berada di dalam, ia pun memilih berdiri di sudut ruangan lift itu sambil menatap lantai. Tapi kemudian, suara berat yang sangat dia kenal, terdengar jelas di belakangnya. “Reynaldi, kita harus membahas proyek ini dengan staf sebelum kita meeting dengan dewan direksi.” “Iya, coba kamu atur waktunya, nanti kita bicarakan lagi!” Lina diam, badannya terasa bergetar, perutnya mendadak menjadi mulas. Perlahan dia melihat ke arah samping. Jantungnya benar-benar mau copot. Disitulah mata mereka bertemu. Waktu seakan berhenti. Reynaldi terkejut dengan kedua mata terbelalak, seakan melihat hantu dari masa lalunya. Lina, yang dianggapnya sudah menghilang, kini berdiri di hadapannya. Dengan penampilan yang berbeda, ia tampak elegan, berbalut setelan blazer kerja.. Wajahnya cantik, lebih matang dan terlihat penuh percaya diri. “Ka-kamu, Lina?!” ucapnya terbata. “Anda baik-baik saja, Pak Reynaldi?”Kezia berdiri sendiri digerbang penjara. Sipir penjara pamit masuk kedalam gerbang kembali. Sebelum akhirnya menutup pintu besi itu. Pemisah antara dunia didalam dengan dunia diluar, dimana dia berada sekarang.Angin pagi menyapa wajahnya yang pucat, kulit putihnya semakin putih karena hampir tidak sama sekali terkena cahaya matahari siang.Di tangannya ada satu koper kecil miliknya,Dan satu lembar surat dari petugas lapas. Yang bertuliskan “ Bebas bersyarat.” Koper yang berisi barang-barang miliknya waktu pertama di tangkap polisi, ada beberapa baju, handphone, dompet berisi kartu ATM juga beberapa lembar uang cas.Tidak ada yang menjemput. Rakha tidak lagi, Ayahnya bahkan tidak sama sekali datang. Dari semenjak dia ditahan disini.Bahkan mama nya hanya mengirim pesan lewat seseorang, beserta amplop yang berisi sejumlah uang.“Semoga kamu menemukan jalan yang lebih baik. Semoga uang ini bermanfaat bila di tanganmu.Sembuhkan lukamu, bangun kebahagiaanmu.” Air mata Kezia tak sanggup
Hari-hari Kezia di sel tak lagi sama, dibalik dinding tebal dan jeruji besi, Kezia duduk menyendiri. Tak ada lagi gaun mahal, tak ada lagi meja rias dan parfum mewah.Kini yang ada hanya kesunyian, bau besi tua,dan waktu luang yang seolah berhenti.Dia duduk diatas ranjang sempit.Menggenggam buku doa-doa yang dia temukan di dalam perpustakaan kecil di dalam sel.Tapi hatinya belum menemukan ketenangan. Ditambah Rakha yang tidak pernah datang menjenguk, dan itu lebih menyakitkan daripada dingin nya sel tahanan.“Dia melupakan ku, padahal aku dulu melakukan apapun demi dia.” Di luar dunia terus berjalan. Elsa dan Rakha sudah semakin dekat. Bahkan berniat akan menikah.Nayara juga semakin lama semakin pulih.Dia dan adik bayinya, semakin menjadi pusat perhatian semua orang.Sedangkan dirinya terbuang, terasing, ditinggalkan.Ada satu perasaan bersalah yang teramat besar dihati Kezia.Bila mengingat keponakan nya yang sangat cantik dan lucu.Anak kecil yang selalu menjadi objek iri dan
Suara tangis bayi terdengar memenuhi ruangan kaca. Bima diam terpaku di tempatnya. Pria itu tidak tahu harus tersenyum atau bahkan menangis. Di satu sisi dia hancur melihat putri pertama nya masih kritis. Ditambah lagi Nasha istrinya masih belum juga sadar kan diri setelah operasi.Sementara Lina dan Reynaldi masih menunggu Nayara di ruangan perawatan.Wajah nya kusut, matanya sembab, suaranya tercekat. Wanita itu menggenggam tangan suaminya. Seolah-olah berusaha saling menguatkan.Nayara cucu kesayangannya, terbaring lemah dengan selang infus, dan alat bantu pernapasan yang terpasang di sekujur tubuhnya.“Aku tidak sanggup melihat dia begini, Rey..”ujar Lina pelan.Reynaldi yang biasanya terkenal tegas sebagai CEO, kali ini terlihat rapuh dan lemas. Jarinya gemetar menyentuh tubuh cucunya. Seolah ingin melihat cucunya yang selalu ceria saat berlari dan memanggil nya kakek.“Kita harus kuat, Lina. Nayara Butuh kita. Kasihan Bima. Dia juga pasti sedang berusaha kuat demi orang- orang
Nasha sekarang sedang hamil anak kedua, kondisi fisiknya tidak lagi sama seperti waktu kehamilan anak pertama nya. Badannya sering lelah bahkan tak bisa walaupun hanya sekedar mengasuh Nayara. Bahkan Dokter kandungan menyarankan agar Nasya bed rest total. Salah satu penyebabnya karena stres yang berkepanjangan.Malam itu pasangan suami istri itu diuji kembali. Nayara kembali sakit. Gadis kecil itu didiagnosa sakit gejala autoimun.Dan bisa memburuk kalau tidak mendapatkan perawatan yang maksimal.Nasha hampir runtuh, Beruntung ada Bima, suami yang selalu siaga.Nayara terbaring lemah di ruang perawatan. Nafasnya lemah, tidak seperti biasanya. Dokter baru saja memeriksanya, Dan sudah memberikan hasil diagnosis.“Kamu pulang ya, sayang. Kamu.harus istirahat. Biar supir yang antar kamu pulang. Aku nggak bisa melihat kamu kaya gini. Kamu juga harus istirahat.” ujar Bima khawatir.“Nggak bisa, Bim. Biarin aku disini. Aku takut,Bim. Aku takut…terjadi sesuatu dengan Nayara.“Nggak akan terj
Siang itu usai makan siang d kantin kantor, Elsa bergegas kembali ke ruangannya. Sampai di ruangannya dia bingung, mendapati satu amplop coklat sudah ada di mejanya.Diambilnya amplop coklat itu, dia berjalan keluar ruangan kepalanya melihat kekanan, dan kekiri, berharap ada seseorang yang dia temui. Tapi nihil.Melangkah pelan menuju meja kerjanya, sambil perlahan membuka amplop itu.Betapa kagetnya dia, ternyata isi amplop itu, foto seorang pria bersama dirinya. Seorang yang berasal dari masa lalunya. Seorang pria yang pernah dipecat karena kesalahannya pada perusahaan tempatnya bekerja dulu.Dibalik dinding tahanan wanita, Kezia menikmati informasi yang dikirim secara diam-diam oleh fans beratnya sewaktu dulu masih menjadi influencer di YouTube.Kezia memang sangat menyukai perannya sebagai YouTuber, tapi itu dulu.“Sabar pelan-pelan. Biar tahu dia rasanya disakiti tanpa harus. Disentuh.” gumam Kezia.Wanita ini tidak lagi berisik. Dia bermain cantik. Dia tahu Elsa punya masalah.
Setelah Rakha jujur mengatakan perasaannya pada Elsa. Kehidupan mereka tidak lagi mulus begitu saja.Khabar itu cepat sekali menyebar. Terutama di kantor, karena Elsa bekerja sebagai konsultan keuangan di perusahaan Reynaldi group.Bisik-bisik, isu bahkan gosip yang tidak mengenakan mulai tersebar di lingkungan perusahaan.Menganggap Elsa sebagai orang ketiga dalam hubungan Rakha dan Kezia.“Dia wanita yang merusak rumah tangga bos kita.” Elsa mencoba bekerja dengan profesional.Namun tetap saja beban batin tidak bisa ditutupi.Dia memilih tetap menjaga jarak, kalau berada dalam lingkungan kerja. Meskipun hatinya sudah terikat pada Rakha.Sementara Rakha mulai mengurus perceraian resminya dengan Kezia secara sah.Dan berjanji akan mendampingi Elsa apapun yang terjadi.Kezia sendiri sudah berubah. Dia tetap ditahan karena kasusnya sudah berat.Kezia sekarang ikut rehabilitasi dan pengembangan diri untuk narapidana wanita.Terkadang Kezia juga mencuri-curi waktu untuk kesenangannya m
Nasha tidak percaya, saat dia membuka ponselnya dan mendapatkan berita terhot minggu ini, yaitu tentang CEO muda dan wanita rahasianya di sebuah cafe di luar kota.Awalnya Nasha hanya mengabaikannya, dia berpikir itu hanya pertemuan bisnis, urusan kantor, bahkan hanya keperluan pekerjaan saja.Tapi Nasha berubah pikiran, saat matanya melihat video itu dan menangkap tatapan mata Elsa yang tersipu malu dan penuh perhatian pada Rakha.Dan itu bukan tatapan sebagai seorang rekan kerja.“Apa aku terlalu bodoh, tapi feeling ku tidak akan salah.” gumam nya sendiri.Tidak lama dia menatap suaminya, yang sedang duduk di sofa dan menggenggam ponselnya. Kemudian menunjukkan foto itu.“Kamu tahu soal ini, Bim?” Bima terdiam, dia memang sudah curiga, tapi memilih diam. Tidak mau bicara, sebelum ada bukti.“Nash, Aku memang tidak percaya mereka berani berhubungan sampai sejauh ini, meskipun sebelumnya semua kejadian ini hubungan Kezia sama Rakha itu tidak lagi harmonis. Tapi Kezia tetap masih istr
Keluarga besar Reynaldi Group, menghadiri rapat resmi dan audit internal. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Pada dua tahun terakhir terjadi beberapa transaksi besar-besaran. Dengan jumlah milyaran rupiah yang masuk ke beberapa rekening fiktif.Dan hasilnya sebuah nama yang disebut-sebut, yaitu mantan tangan kanan Reynaldi dulu. Yang pernah Reynaldi selamatkan dari kasus korupsi internal perusahaan.Dan berdasarkan hasil audit semua transaksi disebut sebagai aktivitas pencucian uang.“Apa Papa tahu soal ini?” tanya Bima dengan tatapan yang tajam.Reynaldi menunduk.”Budiman pernah aku lindungi dulu, tapi sepertinya, dia terlibat lebih dari yang aku tahu.Suasana perusahaan menjadi kacau. Dan beberapa dewan direksi, mulai meragukan kepemimpinan Bima.Mereka menuntut Bima untuk off lebih dulu, sampai kasus ini selesai diselidiki. Menyarankan Reynaldi mengambil alih semua kepemimpinan perusahaan.Tapi Bima tidak tinggal diam. Dia membentuk satu investigasi khusus. Dan bekerja sama dengan OJ
“Apa benar aku jahat? Apa aku orang jahat?Aku nggak mau ditinggalkan.” Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. “Aku bukan monster, kenapa aku ditinggalkan?” . Kezia terus saja memandang kosong keluar jendela jeruji. Hujan turun deras, tapi tidak bisa menyamai derasnya pikirannya. Selama berbulan-bulan dia ditahan karena kasus konspirasi dan sabotase yang menyeret namanya. Tak ada yang datang menjenguk. Bahkan Rakha… Terutama Rakha, yang selalu dirindukan. Kejiwaan nya mulai stabil, meskipun tetap harus mengkonsumsi obat- obatan. Untuk menahan emosi dan menenangkan pikirannya. Halusinasi nya selalu kembali kemasa lalu, masa awal-awal dia bertemu dengan Rakha. Pria yang umurnya terpaut sangat jauh dengannya. Pria yang dulu sangat dia kagumi. Dia ingat betul, kalau laki-laki itu dulu selalu menggenggam tangannya sangat erat. Bahkan saat malam sulit berlalu. Kezia ingat betul, bagaimana mereka membangun rumah dengan penuh mimpi. Meskipun mimpi itu rapuh, karena dipenu