Share

Bab 5

Brukkk!!!

Nara merasa ada yang janggal, dia merasa tubuhnya bukan terjatuh ke tanah. Tetapi sesuatu yang lain.

"Sampai kapan kamu dalam posisi begini?" 

Suara pelan familiar menggelitik Nara, sontak membuka matanya. Dia menoleh ke belakang dan terkejut ternyata dia jatuh menimpa Agas.

Nara buru-buru bangun dan kemudian membantu Agas berdiri. "Maaf, Pak. Eh, maksud saya Agas. Kamu gak papa kan? Gak ada yang luka?"

Agas tidak langsung menjawab tetapi dia menatap Nara dengan intens, sampai membuat Nara grogi sendiri.

"Saya heran deh sama kamu. Kenapa ya setiap ketemu, ada aja kesialan yang kamu alami," kata Agas dengan nada serius.

Nara yang mendengarnya, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Mau tersinggung tapi apa yang dikatakan Agas memang benar. Namun dia juga merasa tidak nyaman dengan perkataan itu.

Kalau dipikir-pikir, Nara juga heran pada dirinya sendiri. Kenapa dari dulu, dia sering sekali terkena sial seperti ini. Seperti ada saja hal-hal yang membuat Nara kesulitan. Apa memang nasibnya itu terlahir sial?

Nara segera menggeleng keras. Orang lain boleh mengatainya itu tetapi jangan dirinya sendiri yang beranggapan begitu. Apapun yang terjadi, selalu ada hikmahnya. Jadi anggap saja itu sebagai ujian hidup.

Akhirnya Nara bisa menenangkan perasaannya sendiri lalu berkata pada Agas, "Saya juga gak tahu, Pak. Namanya juga hidup pasti ada aja yang tidak terduga kayak gini."

"Kamu ketinggalan bus? Mau saya anter lagi?" tanya Agas menawarkan.

Nara langsung menggelengkan kepala. "Tidak perlu. Biar saya tunggu bus berikutnya aja."

Tapi penolakan Nara tidak digubris oleh Agas. "Sudah ikut aja. Saya curiga kalau kamu kenal sial lagi nanti."

Nara terperangah. "Kok bapak ngomongnya begitu?"

Agas segera sadar kalau ucapannya berlebihan segera minta maaf.

Nara ingin marah tapi Agas bukan lagi sekadar teman se-almamaternya saja melainkan atasan Nara juga. Jadi Nara memilih tidak memperpanjangnya. Apalagi dia sudah cukup terbiasa dengan celetukan pedas Agas sejak dulu.

~~~

Hari ini seperti biasa Nara diminta mengirim makan siang untuk Agas.

"Pak Agas, saya bawa makan siang bapak," kata Nara saat menjalankan tugasnya.

Namun tidak ada jawaban dari Agas, hanya duduk sambil menunduk di kursinya. Nara beranggapan Agas sedang fokus dengan pekerjaannya jadi dia tidak banyak berkomentar.

Nara meletakkan makan siangnya di tempat biasa dengan hati-hati.

Brukkk!!! 

Suara keras di belakang Nara membuat Nara menoleh. Mata Nara membelalak saat melihat Agas yang sudah tidak sadarkan diri. 

Nara panik meninggalkan trolinya di tempat Agas biasa makan lalu berjalan mendekati Agas.

Posisi Agas duduk di kursinya tetapi kepalanya menempel di meja dan laptopnya agak terbalik, mungkin terkena Agas saat pingsan, untung saja laptop itu tidak jatuh.

"Pak Agas, Pak Agas." Nara mencoba memanggil-manggil Agas sambil mengamankan laptop Agas ke sisi meja yang kosong.

Setelah dipanggil-panggil beberapa kali tetapi tidak juga membuka mata, Nara pun keluar dari ruangan untuk memanggil sekertaris dari Agas.

"Pak Aldi, Pak Aldi." Nara berteriak agak panik. "Pak Agas pingsan di dalam."

Pak Aldi, sekertaris dari Agas, terkejut saat mendengar perkataan Nara. Segera bangun dan mengikuti Nara memasuki ruangan Agas.

"Mbak Nara, tolong bantu saya memapah Pak Agas." 

Pak Aldi segera menghampiri Agas lalu mengangkat tangan kiri Agas lalu disampirkan ke bahunya. Nara buru-buru membantu Pak Aldi memapah Agas sampai ruangan istirahat Agas yang berada di bagian dalam meja kerjanya. Kemudian Agas dibaringkan di ranjang dengan hati-hati.

Selang beberapa menit, seorang dokter dari ruang kesehatan yang telah ditelepon Pak Aldi datang dan langsung memeriksa Agas.

"Gimana keadaan Pak Agas, Dokter?" tanya Pak Aldi.

"Tidak apa-apa, hanya kelelahan saja. Kemungkinan Pak Agas kurang tidur jadi pingsan. Pak Aldi tolong sering-sering diingatkan kalau Pak Agas terlalu memforsir pekerjaannya," jelas dokter tersebut.

Pak Aldi mengangguk paham lalu mengantar dokter itu pergi. Sementara Nara masih di dalam ruangan dengan bingung apa harus keluar sekarang atau tidak.

Saat itu Pak Aldi sudah masuk kembali ke dalam ruangan. "Mbak Nara, terima kasih ya. Silahkan Mbak Nara bekerja saja. Biar Pak Agas, saya yang jagain."

"Baik Pak. Saya pamit dulu."

Akhirnya, karena tidak ada hal lain yang bisa Nara lakukan juga jadi dia pun pergi keluar sambil membawa troli untuk kembali bekerja.

Meski begitu dia masih agak khawatir karena baru pertama kalinya Nara melihat Agas sakit sebelumnya dia selalu memiliki kesan kalau Agas bisa mengatur waktu dan kesehatannya dengan baik.

Saat sedang berjalan menuju lift sambil mendorong troli, Nara berpapasan dengan seseorang yang sepertinya pernah dia lihat.

"Lho bukannya dia itu ...???"

°•• Bersambung ••°

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status