Home / Romansa / CEO LOVE ME / Pergi Ke Makam

Share

Pergi Ke Makam

last update Last Updated: 2021-03-10 09:28:08

"Aku udah janji buat nganter kamu ke pemakaman orang tua kamu minggu ini." Karin tidak menyangka Pasha masih ingat tentang janjinya itu, dan dirinya sendiri bisa-bisanya malah lupa.

"Enggak usah, aku masih bisa sendiri." Sahut Karin yang masih belum ingin menurunkan ego-nya. 

"Enggak bisa gitu dong. Kamu sendiri yang bilang minta di temenin. Aku udah terlanjur kosongin semua jadwal ku hari ini." Karin terdiam, dia tahu dia tak mungkin menang berdebat dengan Pasha jika harus menyangkut soal prinsip. Sadar bahwa akan terasa percuma beradu argument dengan pria itu. Akhirnya Karin terpaksa menurut.

***

Sudah hampir setengah jam Pasha menunggu Karin di ruang tengah. Dia kikuk tidak tahu harus melakukan apa. Biasanya jika Karin terlalu lama di kamar, dia akan menghampiri gadis itu dan mencoba untuk memperingatkan agar melakukan segala hal dengan cepat. Karena waktu setiap detiknya adalah hal yang berharga. Namun kali ini tidak, ada suatu hal yang menghalanginya untuk melakukan itu. Pasha mendongak ketika Karin sudah keluar dari kamar dengan rambut setengah basah, parfum beraroma vanila segera menyeruak ke seluruh ruangan. 

"Udah?" Tanya Pasha.

"Hm, kamu tunggu di mobil aja." 

Pasha menurut, ia mencoba menyalakan mesin mobilnya, selang sepuluh menit kemudian, Karin menyusul. Pasha melirik Karin yang wajahnya terlihat dingin. Pasha mendekatkan wajahnya yang membuat Karin memasang sikap waspada, tapi tujuan Pasha hanyalah ingin memasangkan sealtbealt untuk gadis itu. Menyadari wajah mereka yang begitu dekat, Karin sampai menahan nafas, jantungnya berdebar cepat, seperti ingin melompat dari tempatnya. 

Kendaraan melaju.

Karin menghidupkan radio tape, sebuah lagu dengan judul 'Perfect' milik Ed serren mengalun merdu. 

"I found the love, for me ... darling just Dave rigth in ... and follow my lead. I found the girl, beautiful and sweet ... and never new you where the someone, waithing for me." 

Tangan Karin bergerak ingin mengganti radio tape nya, namun tangan Pasha buru-buru menahannya. "Kenapa di ganti? Ini lagunya bagus, kok."

Karin menarik tangannya dengan jengkel, bibirnya mengerucut. Dia bukannya tidak suka dengan lagunya, namun dia masih belum percaya dengan pria yang duduk di sebelahnya itu. Dia tidak ingin hatinya lebih jauh lagi tersentuh. 

"Weel i found women, stronger than anyone know ... she share my dreams, i hope the someday, i'll share her home ..." Pasha turut menyanyikan lirik lagu berikutnya. Membuat hati Karin makin gusar.

"Suara kamu jelek!"

"Nyanyi itu bisa memperbaiki mood kita, jadi ada hormon oksitosin yang keluar."

"Iya, tapi kalo kamu yang nyanyi jadi malah bikin bad mood." 

Pasha menyerah, akhirnya dia memilih untuk mematikan radio tape nya. Sewaktu lampu merah, Pasha melihat banyak anak kecil berjualan permen kapas warna-warni, Pasha memanggil salah satunya dan membeli dua permen kapas sekaligus. 

Di plastik pembungkus permen kapas tersebut ada gambar berbentuk emoji. "Ini buat kamu." Pasha menyerah gambar emoji sedang cemberut pada Karin. "Dan ini aku." Katanya seraya tersenyum sambil mendekatkan permen kapas dengan emoji senyum itu ke wajahnya. 

Karin sebisa mungkin menahan senyumnya, cowok di samping nya itu memang kadang bertindak konyol hanya demi membuatnya tersenyum.

"Udah, deh. Enggak usah absurd, mending kamu fokus nyetir, aku udah enggak betah di mobil ini dan semobil sama kamu." Mendengar itu, Pasha terdiam dan malas untuk lagi untuk bicara. 

***

Mobil yang di tumpangi Karin dan Pasha terhenti tepat di pelataran di sebuah pemakaman umum. Karin berjalan lebih dulu, dan Pasha mengikutinya di belakang dengan membawakan dua buket bunga yang sengaja ia beli di jalan tadi. 

Langkah Karin terhenti di hadapan dua pusara yang terpampang nama kedua orang tua nya. "Assalamualaikum ... Ayah, ibu, Karin dateng." Karin mulai berjongkok dan matanya pun sudah mulai berkaca-kaca. Pasha meletakkan buket bunga pada dua pusara itu.  Kemudian turut berjongkok di sisi Karin. Gadis itu sudah tampak khusuk memanjatkan do'a. Cairan bening perlahan luruh dari sudut matanya. 

"Ayah, Ibu, maafin Karin ya? Kalo Karin masih cengeng kayak gini." Ujarnya sambil mengusap air matanya kemudian memaksa mengulas senyum. "Maafin Karin juga, yang belum bisa wujudin cita-cita Karin supaya Ayah sama Ibu bangga liat Karin Dari atas sana." Dada Karin seolah langsung penuh sesak. Sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak kembali jatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan makam Ayah dan Ibunya. 

"Hai ... Om, Hai Tante." Pasha tiba-tiba menyela dan membaut Karin sedikit terkejut. "Saya Pasha, temennya Karin, om sama Tante masih inget kan? Ini kedua kalinya aku nemenin Karin kesini. Karin itu anak yang kuat, dia juga baik. Jadi Om sama Tante yang tenang ya di alam sana." Lanjutnya dengan nada ceria. Pasha melirik Karin yang masih menatapnya tanpa tanya. 

Karin seolah tak ingin peduli dan kembali mengalihkan fokusnya ke arah pusara. Pasha menghela nafas lelah, ternyata Karin benar-benar keras kepala. Seolah hal apapun yang di lakukannya tak bisa menyentuh hatinya. 

"Ayah, Ibu. Karin pamit dulu, ya? Do'a in Karin terus, ya? dari atas sana. Supaya Karin bisa wujudin impian Karin, cita-cita Karin. Karin janji enggak akan mudah putus asa." Lagi-lagi Karin berusaha mengulas senyum. Meski sebenarnya sedang merasa sangat lelah dan hampir menyerah. 

"Saya juga bakalan janji buat jagain Karin, om, Tante." Karin sontak kembali menatap Pasha dengan tatapan heran. Pasha malah tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Karin. 

"Maksud kamu apa ngomong gitu? Aku masih bisa kok jaga diri sendiri." 

"Ya, kamu keren bisa jadi cewek mandiri, tapi aku sebagai cowok juga bakal seneng kalo ngerasa di butuhin sama kamu. Enggak apa-apa kok kalo kamu mau manja sama aku.  Aku malah seneng." Pasha tersenyum lebar penuh percaya diri.

Alis Karin terangkat sebelah. "Bisa-bisanya, ya. Kamu mikir mesum di tempat kayak gini."

"Loh, siapa yang mesum? Kamu aja yang mikirnya ngeres." 

"Udahlah, capek berdebat sama kamu. Ini kuburan, kalo ngomong itu di jaga." Ketus Karin sembari memutar bola mata malas. 

"Huh ... siapa juga yang bilang ini mall." Gerutu Pasha lirih. 

Karin kembali tampak khusuk berdo'a sebelum akhirnya berpamitan. Ia mengelus kedua pusara orang tuanya, lalu kemudian beranjak berdiri. Langkahnya seolah terasa berat saat akan meninggalkan areal makam. Rasanya ingin berlama-lama ada di sana dan mencurahkan segala isi hatinya. Namun karena pria berisik yang ikut bersamanya itu membuatnya benar-benar kehilangan mood.

"Maaf, ya, aku ada meeting siang ini. Jadi aku ngajak kamu buru-buru pulang deh." Ucap Pasha saat mereka berdua sudah kembali ke dalam mobil.

",Yaudah sih, enggak apa-apa, kok. Tau deh, yang sibuk. Kamu kan bos."

"Kamu pengertian deh, gemes." Pasha tak ingin meladeni mood buruk Karin dan masih berusaha terus untuk menghiburnya. 

"Udah, deh, aku enggak bakalan baper tau. Buruan jalan, nanti telat loh, bos kok telat. Kan enggak enak."

"Gampang, enggak enak tinggal kasih kucing." Pasha terkekeh sendiri sembari menyalakan mesin mobilnya kemudian melaju pergi. 

BERSAMBUNG.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO LOVE ME   Mengulang kenikmatan.tanpa Pasha

    Waktu terus bergulir, tak terasa sudah hampir tiga bulan Karin tak lagi mendengar kabar berita tentang Pasha, hati nya kini jauh lebih kuat dari yang ia duga, perasaanya pada cowok itu nyaris memudar meski belum sepenuh nya. Entah kenapa, ada setitik perasaan yang membuat Karin benar-benar rela menghilangkan nama itu dalam hati nya, apakah ini cinta?Entahlah, Karin tak pernah yakin akan hal itu, yang Karin tahu, dirinya dan Pasha jauh sangat berbeda, perbedaan kasta di antara keduanya bagai langit dan bumi, dan itu selalu menghalangi Karin untuk menerima perasaan yang sebenar nya, bayangan kekecewaan lebih dulu menghantuinya sebelum kata cinta itu terucap, Karin tidak tahu, harus berapa lama lagi dia memendam semua nya sendirian, meski kadang Pasha sudah berulang kali meyakinkan cinta nya terhadap nya, tapi bagi Karin semua itu tidak lah cukup untuk membunuh semua keraguan nya, rasa takut akan kekecewaan lebih besar menguasai diri nya.Sebenar nya ketakuta

  • CEO LOVE ME   Editor baru

    Karin memandangi ponsel nya, dua hari yang lalu dia mencoba untuk pindah plat form kepenulisan, sudah beberapa bulan terakhir ini dia tidak mendapatkan kontrak eksklusif dimanapun. Entah apa yang terjadi, rasa nya Karin ingin menyerah saja, namun jika melihat kembali tekad nya, mimpi-mimpi nya, tentang keinginan untuk bisa berdiri sendiri di atas kaki nya, Karin tentu saja belum ingin menyerah. Di sisa semangat nya, Karin mencoba menulis lagi di plat form lain, berharap ada titik terang. Ting! Terdengar satu pesan masuk dari WA nya. Karin buru-buru pindah ke aplikasi tersebut untuk menilik siapa si pengirim pesan. "Kak Marvel?" Pekik nya lirih. Ya... Dia adalah editor baru Karin, dan kebetulan dia juga editor baru, sebelum nya Karin di bawah asuhan Kak Siska, namun karena anak asuh kak Siska sudah overload, naskah synopsis yang sudah Karin kirim di pindah alih pada Kak Marvel. "Oh iya, Karin, coba deh kamu cek email kamu, saya sudah coba k

  • CEO LOVE ME   Melepaskan untuk sementara waktu

    Begitu sampai di apartement nya, Pasha sudah di sambut dengan kehadiran Andrea yang tiba-tiba sudah muncul di depan pintu apartement nya. Entah sudah beberapa lama wanita itu berdiri di sana, yang jelas saat ini sudah hampir lewat tengah malam. Pasha paham betul diapa Andrea, orang yang suka nekad. Sudah beberapa hari ini Pasha sengaja menghindari wanita itu. Dan ini puncak nya, saat pria itu terasa tak bisa di hubungi, Andrea akan nekad mendatangi nya.Pasha mengalihkan pandangan nya ke segala arah, tadi nya ingin pergi menghindar saja, namun mata Andrea sudah mengunci nya, sekarang ia terpaksa harus menghadapi wanita itu."Kamu kemana aja?" Andrea menyilang kan tangan nya ke dada, menarik napas, mencoba menahan emosi nya."Sibuk.""Sibuk apa? Sibuk sama cewek kampung itu?" Tuduh Andrea yang kini tak bisa menahan kemarahan yang sudah berusaha ia redam beberapa hari ini."Kalau iya, kamu mau apa?" Pasha paling tidak suka dengan orang yang bicara dengan

  • CEO LOVE ME   Ungkapan hati Pasha

    Berbagi cerita dengan ibu nya setiap malam, adalah hal yang paling Karin tunggu, dia sangat merindukan ibu nya, berharap, saat ia bangun pagi, dia mencium aroma masakan dan menemukan ibu nya ada di dapur, namun kenyataan perih seakan menghantam nya. Dia tidak akan menemui saat-saat seperti itu lagi, semua hanya tinggal kenangan, dan yang tersisa hanya kesedihan. Karin sedih, ia merasa sangat sendirian.Demi melegakan hati nya yang tiba-tiba terasa sesak, ia berjalan ke arah jendela, membukanya dan sengaja membiarkan angin malam membelai wajah nya. Kini, tatapannya sendu menatap langit tanpa bintang. Selama ini, Karin sudah cukup menahan rasa sakit dan kesepian, kadang ia tak ingin memikirkannya, namun saat malam tiba, seperti malam-malam sebelum nya, semua kenangan indah bersama kedua orang tua nya, diam-diam menyusup ke dalam ruang hati nya yang hampa, dan di saat seperti itu lah, Karin baru menyadari, betapa kesepian dan menyedih kan nya hidup nya.Suara mo

  • CEO LOVE ME   Main Sindir-sindiran

    Alunan musik memenuhi ruang kantor Pasha. Cowok itu duduk bersandar di singgasananya dengan mata terpejam, mencoba menikmati setiap alunan musik yang mengalun merdu di telinga nya. Ia sedang butuh inspirasi untuk fitur baru sosial media nya. Sekarang ia sedang mendengarkan musik anime, musik kesukaan Karin. Entah kenapa, gadis itu seolah terus saja memenuhi kepalanya, juga ruang di hati nya. Dulu, ia enggan jika harus mengikuti hobi orang lain, tapi Karin, sedikit demi sedikit bisa mempengaruhinya, bahkan dia sampai mau mendengarkan musik yang menurutnya sama sekali bukan seleranya. Ternyata lagu anime yang ia dengarkan, sungguh enak di dengar. Mengingat kan semua kenangannya saat bersama Karin."Tumben banget si bos setel musik lagu jepang." Celetuk Indah yang baru saja keluar dari ruangan Pasha sehabis mengantar laporan."Masa' sih? Tumben, biasanya kan si bos paling anti lagu-lagu selain indonesia, dia pokok nya paling anti kalau bukan yang berbau Indone

  • CEO LOVE ME   Gara-gara postingan

    "Aku enggak apa-apa kok," kata nya dengan suara parau."Jangan bohong deh, kak. Jrlas-jelas Lo nangis, cerita aja, ada apa?"Mendengar Sisil bicara demikian, Karin merasa tidak tahan dan akhir nya tangis nya pun pecah. Sisil pun segera menarik nya dalam pelukan nya. "Pasti gara-gara kak Pasha lagi, ya? Sabar ya, kak? Kan Lo udah putusin buat move on, jadi Lo enggak boleh lemah dong!" Bujuk Sisi lagi sembari mengusap rambut Karin lembut.Karin hanya mengangguk dan terus terisak, "bukan salah dia kok, Sisil, kayak nya emang aku nya aja yang bodoh, aku nya yang enggak ngaca dan enggak tahu diri. Harus nya aku tahu diri dari awal, dia siapa, aku siapa. Aku jelas enggak pantas buat dia, terbukti kan, dia balikan lagi sama mantan nya yang menurut dia sepadan sama dia."Sisil melepas pelukannya, dan mengusap air mata Karin yang masih bercucuran, "hush... Kakak enggak boleh ngomong gitu, kakak enggak boleh ngerendahin diri kakak sendiri. Kita sama-sama manu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status