Mag-log inSore hari Bramastra menjumpai Rasyha di rumah sakit. Kabar Zaphira pingsan didengar dari Mala yang begitu khawatir Arzu pergi tanpa ada menemani. "Hai, bro!" sapanya ke pengantin baru berada di luar kamar rawat inap. "Istrimu bilang kau ke sini diam-diam tanpa diketahui orang tua-mu." Arzu menyalami pengacara keluarga, "Eh iya, Bram. Aku khawatir Mama dan Papa panik kalau mendengar Rara dirawat, jadi lebih baik sendiri saja ke sini. Temui mereka ada di dalam sekarang." Oh, okay. Sebelum dia masuk sempat menyampaikan kebingungan atas keputusan Tuan Imran tadi pagi. "Ada apa dengan kalian sebenarnya, kenapa tuntutan hukum atas Marcella ditarik begitu mudah?" Adik Rashya meluapkan kekesalan yang sama, "Papaku yang memutuskan, dan sahabatmu setuju padahal aku tidak. Jalang itu sangat berbahaya dibebaskan tanpa ada sanksi hukum yang pasti." Mereka sama-sama tahu, putri Tuan Adi Hadiningrat mengalami masalah kejiwaan setelah gagal menikah dan kecelakaan. Ketika pulih malah sikap
Esoknya, Tuan Adi Hadiningrat dan keluarga langsung mendatangi kediaman Tuan Imran Nadhirrizki untuk meminta maaf. Dengan rasa malu dan terkejut sikap putrinya yang kejam melukai pengantin pria. "Maafkan kami, Mas Imran dan Mbak Sisca. Sungguh tak tahu kenapa Cella tega berbuat begitu merusak nama keluarga dan hubungan baik kita selama ini," ujarnya di bawah tatapan marah semua orang. Dengan suara getir dan wajah sembab usai menangis semalaman, Nyonya Fanny ikut menambahkan, "Mbak Sisca, tolong lepaskan putriku dari tuntutan penjara. Dia memang labil jiwanya sejak kecelakaan tiga tahun lalu." Arzu dan Mala terpaksa belum menikmati bulan madu pernikahan mereka. Ulah Marcella membuat istrinya jadi ketakutan kehilangan suami yang baru dinikahi kemarin pagi. Kini tinggal Rashya dan Zaphira menemani kedua adik setelah Mariana diantar pulang oleh sopir, sementara Bramastra masih mengurus pelaku penusukan di kantor kepolisian. Akhirnya Tuan Imran Nadhirrizki memberikan jawaban ya
Malam resepsi pernikahan Arzu Rakha Kaivan dan Nurmala Sasmita begitu megah dan mewah di sebuah hotel di Jakarta. Sebelumnya ijab kabul dilakukan di kediaman Tuan Imran Nadhirrizki pada pagi hari. Ayu, kakak Nurmala, dengan terharu menyampaikan rasa terima kasih ke keluarga pengantin pria yang telah meminang putri bungsu Pak Kardi. "Tuan Imran, aku tidak menyangka pesta pernikahan adikku hingga sebesar ini. Sayangnya ayah sudah tiada tak dapat melihat kebahagiaan anaknya," cetusnya. Dengan tersenyum ayah Arzu membalas, "Kami yang malah beruntung Mala mau menerima anakku apa adanya, semoga perkawinan ini mengubah sikap dan prilakunya ketika berkeluarga." Kedua anak laki-laki kini sudah menikah. Rashya begitu bahagia dengan anak dan istrinya, begitu juga putra bungsunya. Perbedaan strata bukanlah jadi halangan menggapai impian anak-anak mereka. "Ayu, nanti adikmu tinggal bersama kami saja. Rumah terlalu besar dan sepi tanpa mereka. Nanti kalian dapat sowan kapan saja," Nyonya
"Shya, aku dan Mala ikut ke Bali ya? Kan bisa menjaga Alpine selagi kalian honeymoon!" Arzu membujuk kakak memperbolehkan pergi bersama mereka. "Hey, kau belum menikah sudah main bawa anak gadis orang!" Rashya menggeleng tegas kemauan adiknya yang keras kepala. "Lah, dulu malah boleh kau membawa Rara ke sana!" protesnya keras. "Kan kamarnya juga pisah, bukan jadi satu sama aku. Ayolah bro, kita butuh liburan selepas membantu pernikahan kalian." Zaphira melerai perseteruan mereka dengan mengajak kedua adik ipar ikut serta ke pulau dewata, "Ngga pa-pa Mas, mereka kelelahan empat hari menyiapkan pesta pernikahan kita. Kasih rewards liburan terbaik saja." "Tapi sayang, kita mau honeymoon bukan diikuti adikku terus menerus. Toh mereka setelah menikah bisa pergi sendiri ke sana!" balas Rashya sebal. Tak lama terdengar teriakan Mama tersayang sedang menggendong Alpine dari teras belakang, "Shya, ajak Arzu dan Mala ke Bali biar cucuku ada yang mengurus!" Oh, My God-! Dia langsung
Suara dering gawai berkali-kali mengganggu Angelina di saat keluarganya sedang menghadapi hal genting. "Mau apa menghubungiku lagi?" tanyanya geram. Malam ini dia dan Bhanu Malik terbang ke Surabaya menemani ibunya pulang menemui orang tua, setelah ayahnya memberi tahu pernikahan mereka tak dapat diselamatkan lagi. "Kenapa kalian tak sabar menunggu kedatangan kami di rumah Rara? Bukankah sesuai kesepakatan menuntut brengsek itu membagi aset mendiang suamiku?" protes Nyonya Ella. "Tidak ada kesepakatan apapun dengan Rara. Semua ditangani pengacaranya sekarang! Papa sampai ingin menceraikan Mama-ku bila kami bersikeras. Sebaiknya anda berhenti menghubungiku sejak malam ini!" Angelina Malik melempar gawainya ke sofa. Rencana yang gagal memaksa Zaphira malah berakibat fatal ke keluarganya sendiri. Duta besar pulang ke Bern tanpa membawa anak dan istri sebagai pelajaran mereka. Pertengkaran berikutnya terdengar di ruang tamu, Arini disidang kedua orang tua tak terima sikap menant
Di tengah suasana pesta pernikahan menjelang sore hari, Angelina dan Bhanu menyusun rencana menekan sepupu mereka saat sendirian tanpa didampingi suami dan sahabatnya. Suatu kebetulan Zaphira sedang mengajak putranya yang mengantuk ke kamar untuk beristirahat. Kedua sepupu mengikuti dan menyergap dari belakang. "Rara, kami butuh surat pernyataan mengembalikan hak bagian warisan ayahmu ke keluarga ayahku!" "Hey, apa-apaan ini?" terkejut lengannya dicengkram kencang hampir membuat Alpine terguncang dalam pelukan. Bhanu tidak mau melepaskan meski Zaphira meronta menepiskan tangannya. "Kami datang ke pernikahanmu demi melindungi kepentingan bisnis yang kau rampas kemarin!" "Brengsek kau!" memaki sepupu kurang ajar merusak pesta pernikahan cuma karena harta ayahnya. "Aku tak ada urusan dengan kalian lagi. Semua dikuasakan ke pengacaraku sekarang!" Perseteruan mereka di selasar diketahui pengasuh Nita yang menyusul majikan perempuan menjaga putranya lalu bergegas melaporkan ke T







