“Ah…! Mhmm…!” Alisa tak kuasa menahan kenikmatan hakiki yang semakin bergelora tersebut.Pikirannya menolak keras, tapi isi hatinya yang penuh nafsu merasa sangat ingin terus menerus memastikan kelanjutan hubungan asmara berupa zina yang hina itu tanpa keraguan sedikit pun. Alhasil, Alisa benar-benar membutuhkan bibirnya dilumat habis-habisan disertai puncak bukit kembarnya diremas-remas sedemikian rupa.“Ah…!” Alisa hanya bisa terus mengerang penuh kenikmatan dan secara perlahan-lahan mulai menghilangkan segala macam pemikiran untuk menolak sehingga membiarkan dirinya larut dalam pesona di mana tubuhnya yang indah terus menerus dinikmati seorang pria yang bukan suaminya.Rensakar jelas menyadari betapa lemahnya perlawanan Alisa saat ini yang semakin menurun seiring waktu dia melancarkan serangkaian serangan penuh kenikmatan darinya. Dengan demikian, Rensakar menjadi semakin bergejolak hasratnya untuk benar-benar menikmati seluruh seluk beluk tubuhnya Alisa.Sudah puas melumat bibir m
“Lagi pula, tindakan kekerasan seperti itu hanya akan menjadi garam yang mengolesi sayatan luka-luka yang sedang terbuka lebar. Hanya akan menimbulkan masalah serius yang semakin memperburuk keadaannya pria aneh ini! Aku harus tetap tenang!”Alisa terus berpikiran acak mencoba menghitung akan segala macam kemungkinan yang sedang menantikan dirinya. Tanpa disadari, Rensakar sudah mengambil langkah terakhir lainnya ketika berdiri tepat di hadapannya Alisa yang kini hanya berjalan beberapa inci saja.Glek…!Alisa menelan air ludahnya sendiri karena gerogi sebelum memutuskan untuk berkata, “P–pak! Jangan bertindak gegabah seperti melakukan tindakan kekerasan kepada saya di tengah situasi seperti ini! Kalau Bapak masih dibalut amarah, semuanya akan semakin memperburuk keadaan yang ada. Tolong direnungkan kembali!”Kata-kata itu saja yang bisa dipikirkan oleh Alisa saat ini agar bisa terhindar dari bahaya yang sedang menantinya. Meski sadar kalau dirinya sendiri seorang pengguna Energi Adid
Akan tetapi, Rensakar tidak melakukan apa-apa selain menatap ke arah sorot mata cantiknya Alisa.Keduanya saling menatap penuh makna. Tentu saja, makna yang terkandung dalam tatapan masing-masing berbeda satu sama lain. Meski demikian, tatapan keduanya seolah tidak berhenti cukup sampai di sana saja. Rensakar mulai kembali meradang penuh gejolak emosi kehidupan melihat paras cantik Alisa.Alisa merasa sudah cukup sampai sejauh ini saja sehingga dia berkata, “Saya sudah cukup menjelaskan isi hati saya, Pak. Tolong dengarkan perkataan saya untuk tidak pernah hidup dalam bayang-bayang penyesalan terus menerus! Waktunya untuk bangkit kembali sesegera mungkin!”Alisa kembali mengingatkan dengan serius sebelum lanjut berkata, “Cukup sampai di sini saja perkataan saya ini yang mungkin terdengar klise dan penuh basa-basi! Saya undur diri terlebih dahulu, sampai jumpa esok hari…!”Alisa segera mengakhiri tatapan matanya sebelum berbalik untuk melangkah pergi keluar dari ruangan pribadinya Rens
Alisa bisa melihat dengan jelas kondisi mental dan tubuhnya Rensakar saat ini hanya dengan sekali lirikan saja manakala melihat posisi duduk lemasnya Rensakar saat ini berbeda jauh dari biasanya yang terkesan tenang dan begitu mendominasi.Rensakar tetap terdiam dan hanya melirik sekilas saja sebelum mengalihkan pandangannya ke arah sisi lainnya. Baginya, situasi ini telah ditakdirkan untuknya sehingga apa pun yang ingin dilakukannya untuk merubah keadaan hanya akan berakhir sia-sia.Buktinya saja, Rensakar sudah meniduri Alisa sebanyak dua kali. Namun, bukannya semakin dekat dalam hubungan romantis dan asmara sepasang kekasih yang saling mencintai, Rensakar malah masih tetap diabaikan oleh Alisa selayaknya orang asing yang hanya mengganggu hidupnya.Belum cukup sampai di sana, perusahaan Zombiek Group yang selama ini menjadi impian, harapan, dan lambang perjuangannya harus direlakan begitu saja dari genggaman erat tangannya. Kalau dua hal itu bukan takdirnya Rensakar, lalu apa hal se
“Apa? Cepat jelaskan kepada saya sampai tuntas! Jangan tunda-tunda waktu saya yang berharga terlalu lama lagi!” tegas Burhan meninggikan nada suaranya.Orang yang berkata sebelumnya mulai merinding sendiri. Sambil menggertakkan giginya, dia melanjutkan berkata, “Namun, balasan dari elit jajaran paling atas baik dari Keluarga Kors Ketlout ataupun Keluarga Duas Mall masih belum memberikan jawaban kepada kami yang memuaskan permintaan Tuan Burhan. Selebihnya, kami semua tidak mengetahui alasannya sehingga tidak bisa memastikan kedatangan mereka nanti malam.”Suara itu hampir terdengar seperti sambaran petir bertegangan tinggi yang langsung menghantam jiwanya Burhan. Ekspresi wajahnya yang sebelumnya cukup tenang perlahan-lahan mulai suram sedikit demi sedikit. Masalah ini terlalu berdampak besar baginya.Kalau harus dibandingkan dengan kasus pencaplokan perusahaan Zombiek Group, masalah ini entah mengapa lebih mendesak bagi Burhan. Pikirannya yang liar mulai merenung di mana Burhan memut
Tak–Tak…!Suara langkah terdengar di mana pria tua tengah melangkah masuk ke dalam kediaman yang rupanya seperti istana para raja dan kaisar. Dia adalah Burhan selaku Kepala Keluarga Bins Haekal. Status sosial dan kekeluargaannya melampaui hampir semua orang yang ada di sana.Sangat sedikit yang bisa setara dengannya apalagi setingkat di atasnya. Dengan demikian, semua orang yang memandangnya di dalam kediaman utama Keluarga Bins Haekal hanya bisa takluk, hormat, dan patuh atas segala sesuatu yang berasal atau berkaitan dengan dirinya.Menolak? Jelas tidak mungkin secara terang-terangan. Terlepas status para tetua Keluarga Bins Haekal, mereka juga harus punya alasan logis untuk memberikan penjelasan ketika ada konflik di antara mereka. Kalau tidak, mereka semua hanya bisa diam-diam mengutuk jauh di dalam hati tanpa seorang pun mengetahuinya.Selepas melakukan wawancara terbuka, Burhan tidak berhenti hanya sampai di situ saja. Kali ini, Burhan masih memiliki banyak hal yang harus dibic