Share

CEO Nakal Kekasihku
CEO Nakal Kekasihku
Penulis: Meyyis

Malam Nahas

 “Aaa ....” Kedua insan saling teriak saat  berada dalam satu ruangan tanpa busana. Keduanya menatap diri masing-masing dalam keadaan menyedihkan. Mereka belum sepenuhynya sadar semua kejadian yang sebenarnya dialami.

“Kau siapa, berani-beraninya berada dalam ruanganku?” tanya sang perempuan.

“Ruanganmu? Kau bisa jelaskan ini ruangan berapa?” tanya lelaki itu.

“Jelas bisa. Ini ruangan ....” Wanita itu menjeda perkataannya sendiri. Ruangan itu tampak mewah. Ranjang empuk singgle bed dengan lemari besar. Kulkas yang besar juga. Arghhh ... pria itu benar. Dia yang salah masuk kamar. Ya, wanita itu adalah Zahwa Almira dipanggil Rara. Dia tour guide yang menjadi pemandu dua pemuda dari Jakarta. Menurut dari agensi, lelaki itu bernama Damian Dawson dan Andra Dawson. Untuk Andra Dawson, Rara sudah menemaninya selama seminggu. Anak laki-laki yang baru sidang skripsi itu liburan di pulau Lombok ini karena mendapatkan hadiah karena  nilainya istimewa.

“Bagaimana, Nona. Kau sudah ingat?” Rara menelan ludahnya sangat payah. Dia sudah menyerahkan mahkota daranya bahkan dengan orang yang belum dikenal. Rara berusaha menenangkan diri. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu mencoba memutar kembali memorinya.

Semalam, dia sudah selesai mengantarkan tamunya yaitu Andra ke kamarnya. Setelah itu ketemu dengan teman-temannya. Kronologinya, ketiga temannya minum alkohol. Sedang dirinya tidak karena memang tidak suka meminumnya. Maka dia meminum jus anggur. Setelah itu, dirinya merasa panas dan menuju ke kamar. Lalu ... Rara memebelalakkan matanya sendiri. Bahwa memang dirinyalah yang salah. Dia yang datang ke mulut harimau ini.

Rara bangkit memunguti bajunya yang beberapa bagian sudah koyak. Bagian inti tubuhnya terasa begitu perih dan sakit. Dia menahannya saja berjalan sambil meringis. Selanjutnya masuk ke kamar mandi. Dia merasa gusar. Dia tidak tahu harus melakukan apa? Bagaimana jika hamil? Pikiran-pikiran itu bergejolak dalam diri. Rara hidup sebatang kara. Dia tidak memiliki siapa pun lagi. Bekerja untuk dirinya, untuk keinginannya dan perutnya.

Dia tidak menangis hanya bingung saja. Ini sungguh di luar nalar. Dia tidak tahu mengapa bisa seliar itu? Bahkan berciuman saja dia belum pernah. Mengapa bisa menyeahkan diri pada laki-laki asing? Rara sudah selesai mandi. Sedangkan lelaki itu masih termangu tidak percaya. Keduanya memang sama-sama membutuhkan pelampiasan. Ini juga kali pertama untuk seorang Damian Dawson merobek jala dara dari seorang wanita. Biasanya, dia akan membeli wanita-wanita panggilan yang sudah tidak bersegel lagi. Hatinya akan merasa bersalah jika memperawani seorang wanita. Terlihat diatas alas tempat tidur itu bercak darah terlihat. Damian tiba-tiba merasa bersalah tapi pikirannya ditutupi dengan keangkuhannya sebagai penakluk wanita sejagad. Setidaknya itu julukan yang diberikan teman-temannya.

Rara sudah keluar dari kamar mandi. Dia berpakaian lengkap walau terlihat sobekan di beberapa tempat. Tapi dengan jaketnya, dada yang kenyal itu akan tertutup. Rara tidak membawa apa pun. Jangankan make-up, bahkan sisir juga tidak. Wanita itu menunduk dan permisi keluar sesaat setelah selesai mandi.

“Tunggu!” Damian bangkit dari tempat tidurnya masih dalam keadaan telanjang. Rara mengalihkan pandangannya dari tubuh jangkung dan atletis Damian. Lelaki dengan dada bidang itu tersenyum miring.

“Kau membuang mukamu? Sementara semalam sudah melihat semua.” Damian meraih celana boxernya dan memakai tanpa celana dalam.

“Ada apa? Cepat katakan!” Rara masih hanya melihat ke arah lain.

“Tuliskan nominal berapa pun yang kau mau sebagai kompensasi. Sebagai gantinya, peristiwa kita jangan sampai terekspose keluar. Apalagi sampai media tahu.” Rara berbalik dan menajamkan matanya. Bagaimana bisa lelaki ini mengatakan hal menjijikan seperti itu? Tentu saja, dia tidak akan mengatakan kepada siapa pun? Bahkan telinganya sendiri saja, jangan sampai mendengar kalau bisa

“Apa yang kau pikirkan, Tuan ....” Rara menjeda omongannya melihat ke arah cek itu. kemudian melanjutkan, “ Damian Dawson? Kau pikir aku sudah gila mau mempermalukan diri? Kau ini memang lelaki kerdil nggak punya otak!” Rara melemparkan kembali ke arah Damian cek tersebut. Dengan kasar dia membuka pintu dan mendentumkan kembali.

Ya, ini awal bencana. Rara sudah tidak suci lagi. Wanita itu bahkan merasa terhina dengan kelakuan buruk Damian. Seakan semuanya dapat diselesaikan dengan uang. “Damian Dawson? Ya Tuhan, dia lelaki yang harus kupandu,” bisik Rara. Di depan pintu, sudah ada Andra yang memang datang untuk menjemput Rara dan juga mengenalkan Damian kepada Rara sang pemandu wisatanya.

“Rara? Kau sudah kenal dengan kakakku?” tanya Andra. Namun sambutan Rara tidak seramah beberapa hari lalu. Dia hanya menyorotkan matanya tajam, kemudian berlalu.

“Rara, tunggu! Kau kenapa? Apakah kakakku sudah berbuat kasar padamu? Kakakku memang orangnya kaku. Tapi sebenarnya baik kok.” Rara menggeleng. Dia tetap saja berlalu hingga membuat Andra tercenung. Kemudian mengangkat bahunya tanda tidak mengerti. Lelaki dengan rambut gondrong dan kuncir di bagian atas itu menekan bel supaya yang menghuni kamar  membukakan pintu.

“Kak, apa yang terjadi?” tanya Andra. Saat ini Damian berjalan ke arah balkon dengan masih mengnakan celana boxer.

“Melihat suasana berantakan seperti ini, kau ML?” Andra lagi-lagi memberondong pertanyaan pada sang kakak. Sedangkan Damian hanya membisu melihat jauh ke arah lautan lepas.

“Jangan-jangan, kau ... ah, aku mengerti. Kau ML dengan Rara? Kok bisa?” Lagi-lagi Damian hanya menoleh ke arah adiknya tersebut yang dari tadi mengoceh saja. Dia sendiri sebenarnya masih bingung dengan kejadian ini. Antara menikmati dan merasa bersalah. Malam panas semalam suntuk, begitu membekas dalam benaknya. Padahal sudah puluhan wanita dia gagahi. Tapi kali ini berbeda.

“Kak, jawab aku! Dia itu anak yatim piatu, apa kakak tahu? Kau harus bertanggung jawab! Kau harus menikahinya.”   Damian menoleh ke arah adiknya tersebut. Menikah? Tidak pernah ada dalam jadwal hidupnya. Lelaki berlesung pipi itu memegang kepalanya kemudian memijitnya. Sedangkan Andra bergegas untuk menemui Rara. Dengan langkah jenjangnya meninggalkan sang kakak. Ya, beberapa hari bersama Rara membuatnya mengenal wanita itu.

Rara adalah gadis yang lugu, blak-blakan dan apa adanya. Dia bahkan tidak merepotkan seperti gadis pada umumnya. Andra merasa nyaman berada di sampingnya beberapa hari ini. Dia membuka pintu itu dengan kasar. Kemudian menutupnya kembali sehingga menciptakan dentuman. Damian hanya mengangkat bahunya. Dia tidak salah. Wanita itu yang menyerahkan diri. Ah, tapi rasanya sangat beda memang. Hatinya merasa tidak tenang. Terbayang wajah wanita itu saat terakhir kali mengucapkan kata-kata penolakan pada cek yang dia beri. Padahal, dia bisa menulis semau hatinya. Bisa satu milyar bahkan puluhan milyar.

Andra sudah berada di depan kamar Rara. Dia menekan bel berkali-kali tapi tidak ada sahutan. Sampai seorang petugas kebersihan menghampiri kamar itu. “Maaf, Tuan. Kamar itu sudah kosong.” Andra mengerutkan keningnya.

“Kosong? Kemana dia?” batinnya.

“Sudah cek out setengah jam yang lalu.”

“Shit!” Andra berlari mengejarnya tapi sudah tidak bisa menemukannya.  Sejak saat itu maka Rara bagai ditelan bumi. Andra mencarinya ke mana-mana. Demikian juga dengan Damian yang selalu merasa bersalah karena telah merusak gadis baik-baik.

  

Komen (4)
goodnovel comment avatar
debes2410@yahoo.co.id
Ini cerita td nya menarik tp sd judul kelulusan, pemerannya sdh ganti Terlihat dr judul2 bab nya... jdnya nga menarik lg.. ......
goodnovel comment avatar
Ratna0789
Seru ceritanya, wanita yg kuat
goodnovel comment avatar
Victor Suryadinata
bagus! awesome
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status