Share

Bab III Aku Menginginkanmu

Oryza yang tak pernah terlambat dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akhirnya  mengambil cuti pertama setelah dia bekerja selama dua tahun. Entah kenapa pagi itu Oryza tidak memiliki keinginan untuk bekerja. Oryza membuka aplikasi chat di ponsel dan mengetuk halaman chat dengan Agnes.

[Nes]

[Kenapa za]

[Jalan-jalan yuk. Lagi suntuk nih]

[Emang kamu ga kerja za]

[Hari ini aku lagi ga mood. Sumpah pengen ngilangin stress]

[Buset, mau kiamat nih kayaknya. Oryza yang rajin bisa bolos kerja.]

[Oke kamu ke sini aja ntar kita jalan-jalan pakek mobilku.]

Oryza berdiri dengan enggan dari kasurnya dan berniat untuk mandi. Namun, langkah Oryza terhenti saat dia melihat pantulan dirinya di cermin. Rambutnya begitu kusut menggembang seperti brokoli dan kantung mata hitam layaknya panda membuat Oryza ingin memukul cermin di depannya.

 “Woah aku jelek sekali.” Oryza membuat raut wajah jijik.

Oryza membuka pintu dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di kiri kamarnya tepat di dekat area dapur. Samar terdengar suara seorang pria sedang mengobrol dengan ibu Oryza.

“Apa ibu mencoba menjodohkanku dengan orang aneh lagi?”

Dugaan itu muncul mengingat berkali-kali Oryza mendapati banyak pria kaya aneh yang selalu dikenalkan ibunya. Oryza menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan. Sebuah niat jahat tiba-tiba muncul dalam pikiran gadis itu.

“Jika ibu mencoba menjodohkanku dengan orang aneh lagi, aku tinggal membuat orang itu menjadi ILFEEL denganku.”

Daripada pergi ke kamar mandi, Oryza berjalan menuju ruang tamu depan. Dia berjalan bungkuk sambil terus mengorek lubang hidung dengan jari. Ketika sampai di ruang tamu, Oryza segera menegakkan badan dan melepas jari telunjuk yang ada di lubang hidung karena melihat dua orang yang dikenal.

“P--pak Gunawan.”

Ternyata pria yang sedang diajak mengobrol ibu Oryza adalah bosnya di kantor yang bernama gunawan dan Altair Sang pendiri STAR-S. Suasana menjadi hening begitu Oryza muncul dengan sikap anehnya. Tanpa bisa ditutupi ketiga orang di ruangan itu memiliki reaksi yang berbeda ketika menatap Oryza. Gunawan segera memalingkan wajah, ibu Oryza membuat ekspresi marah, sementara Altair dengan santainya mengambil ponsel dan memotret Oryza.

“Ap--apaa yang ….”

Oryza menahan rasa ingin protes karena di tempat itu ada bossnya. Altair yang sepertinya dapat membaca ekspresi Oryza membuat tanda oke dengan jari sambil membuat senyum jahat di wajah. Oryza mengambil langkah seribu menuju kamar mandi untuk memperbaiki penampilan yang berantakan.

Setelah mandi, menata rambut, dan memakai parfum, Oryza kembali lagi ke ruang tamu dengan langkah yang begitu pelan dan berat. Oryza duduk di sebelah ibunya, di depan kedua pria yang sedang bertamu.

“Begini Oryza maksud kedatangan--”

Altair mengangkat tangan sambil menatap Gunawan sehingga Gunawan tidak melanjutkan kata-katanya.

“Maaf jika mengganggu hari cuti anda,” Altair sedikit menundukkan kepala “Perkenalkan saya adalah Altair, pendiri STAR-S Academy. Kedatangan saya kemari adalah ingin menawarkan kesempatan untuk masuk ke STAR-S Academy.”

Altair mengeluarkan map berisi kertas-kertas lalu meletakkan di atas meja.

“Ini adalah keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung dengan kami.”

Oryza hanya melirik map yang berada di atas meja lalu menatap Altair. Ternyata pria berahang tegas yang ditumbuhi bulu tipis bekas cukuran itu begitu sopan. Cara Altair meminta maaf dan menundukkan kepala membuat kesan pria sombong dengan ekspresi jahat dalam benak Oryza menghilang. Oryza menarik napas dan menutup mata.

“Maaf, saya tak tertarik menjadi seorang artis. Saya lebih suka berada di belakang layar. Jika mungkin anda berkenan--”

“Sungguh sia-sia meletakkan bakat sepertimu di belakang layar,” potong Altair. “Aku tahu semenjak melihatmu di theater itu. Kau menginginkannya bukan? kau menginginkan lampu sorot, perhatian dan keglamoran itu. Kau hanya bersembunyi karena merasa tak percaya diri.” Altair menyeringai.

Oryza tersentak dengan perkataan Altair, tetapi berusaha tetap membuat ekspresinya sedatar mungkin.

 “Maaf tapi saya tak menginginkannya. Jika anda ingin memberi tawaran, saya akan lebih tertarik bekerja sebagai editor atau berada di belakang layar.”

Oryza berdiri dan kembali masuk ke dalam kamar. Sementara ibu Oryza meminta maaf berkali-kali lalu mencegah Oryza masuk ke dalam kamar.

“Dengar sayang, penawaran yang diberikan oleh Tuan Altair sangat bagus. Kau tahu, dalam sebulan mereka akan membayarmu sebanyak lima puluh juta jika kau mau mengikuti program itu,. Luar biasa bukan?” Ibu Oryza merangkul Oryza.

Ibu Oryza terus mengatakan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan Altair sebelumnya agar Oryza berubah pikiran. Kuping Oryza terasa panas, hatinya terasa sakit karena ibunya terus-menerus membicarakan soal uang.

 “CUKUP,” Oryza berteriak. “Bisakah ibu berhenti bicara soal uang dan mulai mengkhawatirkan aku.”

“Kenapa kau berteriak seperti itu. Ibu selama ini sudah berusaha keras menyekolahkan dan memenuhi semua keinginanmu. Inikah balasan yang kau berikan atas semua kerja kerasku? apa kau mau menjadi anak durhaka?”

Oryza langsung menunduk mendengar kata-kata andalan ibunya. Selama ini Oryza sudah berusaha memberikan setengah gaji dan tabungan miliknya untuk biaya sekolah dan laptop adiknya. Bahkan Oryza menahan keinginan membeli baju baru dan hanya belanja baju bekas agar bisa menghemat uang.

“Maaf bu, aku akan memikirkannya lagi.”

Oryza segera masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu dan terduduk lemas. Dia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

“Selama ini aku … aku sudah memberikan segalanya. Tapi kenapa … kenapa ibu tak mau mengerti? aku hanya ingin dia sedikit melihatku, aku hanya ingin sedikit pujian atau belaian di kepala. Kenapa!”

Oryza berteriak keras, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Air mata turun membasahi pipi Oryza dan tanpa sadar gadis itu menghantam tanah berkali-kali dengan tangan yang terkepal. Semua amarah Oryza meluncur bagai luapan lahar gunung, tetapi hanya atap dan tembok kamar yang mengetahuinya.

***

Di sebuah Mall besar, tepatnya di bagian food court. Oryza memenuhi meja dengan es krim, rice bowl dengan chicken katsu besar, sebuah steak premium dan juga beberapa roti. Agnes hanya bisa menelan ludah melihat banyaknya makanan yang dipesan sahabatnya.

“Za, bukankah ini terlalu banyak?” tanya Agnes dengan ekspresi heran.

“Bwanyak, aku bisa menghuabiskan ini dalam bweberapa--“

“Jangan makan sambil bicara nanti kau tersedak.”

Baru beberapa menit Agnes mengingatkan, tenggorokan Oryza tercekat oleh makanan. Secepat kilat Oryza mengambil orange juice kemudian meminumnya dengan terburu-buru. Oryza bernapas lega kemudian melanjutkan makan.

“Aku hanya ingin mengisi energi saja. Kita sudah berkeliling hampir tiga jam melihat baju dan membeli skincare untukmu. Sekarang giliranku … giliranku.” Oryza melanjutkan makan.

“Tapi … membeli baju atau skincare lebih berguna kan? ingat berat badanmu Za. Kau akan kesulitan mendapat pacar kalau begini.” Agnes meminum boba sembari membuat ekspresi khawatir.

“Persetan dengan pria. Aku akan bekerja keras lalu menabung agar aku tak perlu bergantung dengan laki-laki.” Oryza semakin lahap menyantap makanannya.

“Lalu bagaimana dengan Kevin.?”

Terdengar bunyi dentang dari garpu yang dijatuhkan Oryza ketika Agnes bertanya.

“Oh … jadi kau masih memiliki perasaan yang sama dengan Kevin seperti saat kita berada di SMA. Kau tak pernah membahas hal itu lagi. Jadi aku pikir kau sudah menemukan lelaki lain.”

Oryza menundukkan kepala.

“Bagaimana bisa aku membahas Kevin kalau Kevin saja menyukaimu.” Oryza menggembungkan pipi.

“Za … Oryza … Oryza Satifa!”

Oryza tersentak ketika Agnes melambaikan tangan di depan wajahnya.

“Ah, iya Nes?”

“Kenapa kau melamun?”

Oryza mengambil sendok yang dia jatuhkan lalu mencoba mengganti topik.

“Sebenarnya Nes, aku ingin curhat tentang sesuatu.”

“Apa itu … apa itu? apakah soal Kevin?”

“Bukan soal Kevin. Kau tahu … pria yang bernama Alta … Alto--“

“Altair maksudmu Za?”

“Ah, benar sekali. Dia benar-benar pria yang sangat aneh.”

“Kau mengenal Tuan Altair?”

“Jangan memanggilnya Tuan. Dia cuma pria kaya aneh dan seenaknya.”

“Maksudmu Za?”

“Entah kenapa tiba-tiba dia menawariku menjadi talent STAR-S. Padahal aku ini canggung dan tidak menarik sama sekali. Ada yang aneh dengan pikiran dan mata orang itu.”

“Cukup! Tuan Altair adalah sosok yang hebat.”

Oryza tersentak takut, ketika tatapan Agnes berubah menjadi dingin dan menusuk.

“Ya … kau tahu kan maksudku. Uhm ... maafkan aku.” Oryza menangkupkan tangan.

Oryza menundukkan kepala dan hampir meneteskan air mata karena tatapan Agnes. Agnes mendesah lalu berpindah duduk di samping Oryza.

“Aku juga minta maaf. Mungkin aku sedikit sensi karena keinginanku untuk masuk STAR-S.” Agnes memeluk Oryza.

“Kau memang gadis yang hebat Nes. Memiliki tujuan dan keinginan jelas dalam hidup. Sementara aku bingung bagaimana menjalani hidupku. Aku merasa sendirian Nes.”

Oryza tiba-tiba terisak dan membalas pelukan Agnes dengan erat.

“Udah Za jangan sedih gitu. Ini pasti masalah dengan ibumu kan?”

“Aku sama sekali ga tahu Nes. Aku sudah berusaha keras. Tapi ibu … dia sama sekali tak menyayangiku. Bahkan waktu aku hampir diperkosa ayah tiriku. Dia malah menuduhku berbohong. Aku sampai menyayat tanganku berulang kali agar bisa lepas dari semua ini. Ini … ini terlalu menyakitkan.”

“Ssst … udah Za. Jangan berpikiran menyayat tanganmu lagi. Cup ... cup ... aku akan selalu di sampingmu Za. Tidak usah terlalu khawatir.”

Oryza meluapkan semua kesedihan kepada Agnes. Meski dilihat banyak orang, Oryza dan Agnes saling berpelukan tanpa malu. Setelah sepuluh menit berlalu Oryza akhirnya menjadi lebih tenang.

“Makasih Nes.”

Oryza minum, kemudian melanjutkan kegiatan makan yang tertunda. Pada saat itu Oryza tiba-tiba Oryza berhenti makan karena sebuah ide terlintas di benaknya.

“Nes, aku punya ide.”

“Ide apa Za?” tanya Agnes penasaran.

“Gimana kalau aku mengenalkanmu dengan pria aneh itu. Uhmm … maksudku T--t--Altair.”

“Ah, ide bagus Za. Mungkin saat pementasan itu dia tak sempat mendapat nomor atau melihatku. Gimana kalau sekarang Za? ah makasih banget Za.” Agnes tersenyum sembari memeluk Oryza.

“Kalau begitu ….”

Oryza mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol telepon di aplikasi chatnya.

“Halo … ini Oryza. Anda bilang ingin menawarkanku kesempatan menjadi talent STAR-S. Kalau masih ada kesempatan bisakah kita bertemu?”

Setelah mengatur waktu dan tempat pertemuan Oryza menutup telpon.

“Aku rasa kau harus ke salon Nes. Beruntung kau membeli baju baru tadi.”

***

Agnes dan Oryza sampai di restoran tempat pertemuan tepat pukul tujuh. Ketika masuk ke dalam restoran, semua mata tertuju pada Agnes yang menganakan sepatu hak dan gaun berwarna birunya. Sementara Oryza yang berpenampilan seadanya pergi ke meja kasir untuk bertanya.

“Maaf pesanan atas nama Bapak Altair.”

Setelah membaca buku tebal berwarna hitam, si penjaga kasir memanggil pelayan. Si pelayan lalu mengantarkan mereka ke sebuah ruangan khusus dimana Altair telah menunggu.

“Silahkan mbak.”

Oryza dan Agnes masuk ke sebuah ruangan besar dimana Altair sedang duduk dan menggoyang gelas berisi champagne dengan gerakan anggun.

“Nes, bukankah ruangan ini terlalu besar?” Oryza berbisik.

“Sudah jelas bukan kalau Tuan Altair akan memesan ruang VIP.”

Altair berdiri, menghampiri Oryza dan Agnes yang masih mengagumi isi dari ruangan yang dipesan.

“Silahkan duduk, apa kau sangat gugup sampai membawa teman?”

Altair tak menunggu pertanyaannya dijawab dan langsung memandu kedua gadis itu menuju meja. Agnes duduk dengan anggun sementara Oryza duduk dengan sangat canggung. Ini adalah pengalaman pertama dia berada di restoran mewah.

 “Senang akhirnya kau bisa menerima tawaranku.” Altair membuka pembicaraan.

“Itu--”

“Sebaiknya kita makan dahulu baru berbicara.” Potong Altair.

Altair melirik ke arah pelayan dan menepukkan tangan. Hidangan demi hidangan muncul dan membuat Oryza yang canggung langsung bersemangat. Berulang kali Oryza berdehem nikmat dan berkomentar mengenai lezatnya makanan yang datang. Sementara Agnes makan dengan cara yang lebih anggun dan beretika.

“Jadi kau mau menandatangani kontraknya sekarang?” tanya Altair mengambil dokumen kontrak.

 “Begini ... aku membawa orang yang lebih pantas masuk ke dalam STAR-S.” Oryza mengulurkan tangan dengan gerakan berlebihan ke arah Agnes.

“Dia adalah Agnes. Wanita cantik, anggun dan mempesona yang ikut bermain di theater kemarin. Dia sangat bagus dalam berakting dan aku merekomendasikannya.”

“Begitu rupanya,”Altair mendesah. “Akan kukatakan ini sekali. Jadi pasang telinga kalian baik-baik.”

Altair meletakkan siku di atas meja dan menggunakan tangan untuk menyangga kepala. Ekspresi datar Altair tiba-tiba berubah menjadi serius dan menakutkan.

“Aku hanya menginginkanmu seorang. Ya, aku memang pernah bertemu gadis ini. Tapi dia, theater itu, dan pemeran-pemerannya, semuanya sampah. Aku tak tertarik dengan mereka.”

Tanpa empati, terus terang dan dengan ekspresi yang begitu dingin, Altair membuat Agnes dan Oryza terdiam.

“Jadi inilah Altair, sosok pendiri STAR-S yang sudah menelurkan banyak sinesa, aktris dan acara yang sangat berkualitas?” Jantung Oryza berdegup kencang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status