Share

Bab II Berlian yang Menyembunyikan Diri

Pagi itu Oryza begitu fokus dengan layar komputernya. Terkadang Oryza menggeser mouse untuk menghentikan video lalu melakukan editing, lalu dia hanya terpaku menonton video detik demi detik kemudian melakukan dua hal itu secara berulang.

“Akhirnya selesai juga!”

Setelah berjibaku dengan proses editing yang berulang, Oryza menyimpan hasil kerja lalu menyerahkannya kepada manajer. Oryza kemudian keluar dari ruang manajer dan melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas yang berarti saatnya untuk beristirahat.

“Lelah sekali.” Oryza meregangkan tangan dan bahu.

Oryza mulai berjalan menuju meja dan menemukan orang-orang begitu tergesa-gesa. Ada kabar bahwa hari ini akan datang orang penting di kantornya. Meki begitu, Oryza tak sempat bertanya karena beberapa hari ini pekerjaanya sangat padat.

 “Baiklah istirahat satu jam untuk memulihkan tenaga.” pikir Oryza.

Oryza mengambil kotak berisi roti lalu membuka aplikasi streaming favoritnya. Saat akan meletakkan ponsel di tempat penyangga Oryza menyadari kalau semua orang terlihat sangat sibuk. Akhirnya Oryza memutuskan membawa ponsel dan tempat makannya menuju tangga darurat yang sepi.

 “Mana mungkin aku bisa makan di tengah orang-orang yang sibuk itu.” Oryza mengambil tempat duduk di salah satu anak tangga.

Tangga darurat di kantor Oryza dapat dilewati tiga orang dan terletak di ruangan yang cukup dingin. Karena itulah tangga darurat sering digunakan karyawan untuk merokok atau sekedar berbincang. Oryza mengatur tempat duduk lalu menekan tombol play sembari mengunyah roti yang dia ambil dari tempat bekal di sebelah kanan.

 “Ah, oppa Damian akhirnya aku bisa melihatmu lagi.” Wajah Oryza nampak bahagia.

Oryza mulai melahap roti sembari matanya tetap fokus pada video yang ada di layar ponsel. Saat itulah pintu tiba-tiba terbuka dengan keras sehingga membuat Oryza tersentak. Dia menoleh ke belakang dengan roti yang masih ada di mulutnya dan mendapati seorang pria muncul dari balik pintu.

Pria itu berambut merah itu memiliki potongan belah tengah berlayer yang terkesan sedikit berantakan. Matanya berwarna abu-abu, memiliki bentuk rahang tegas, yang ditumbuhi bulu tipis sampai ke leher.

 “Tampan sekali.” pikir Oryza.

Bayangan Kevin tiba-tiba muncul di pikiran Oryza dan membuat gadis itu menjadi sadar akan sesuatu. Kedua kalinya Oryza terpesona oleh fisik seorang pria dan kedua kalinya Oryza sadar kalau dia hanyalah wanita yang tak menarik. Takkan ada hal romantis terjadi seperti drama yang sering Oryza tonton. Karena itu Oryza segera memalingkan muka ke depan dan kembali fokus pada ponselnya. Namun, Oryza merasakan lehernya tak enak karena pria di belakangnya tak kunjung pergi.

“Keadaan macam apa ini, benar-benar canggung. Aku harus pergi dari sini!” Perintah Oryza pada dirinya sendiri.

Oryza kembali menoleh ke belakang dan menemukan pria itu mengambil botol kecil dari saku bertuliskan “Vodka” kemudian meminumnya. Oryza berdiri dengan canggung sementara pria itu bersandar pada dinding dekat pintu dan menatap langit-langit dengan pandangan kosong.

“Eh, apa itu? bukankah itu minuman keras? di siang hari yang panas seperti ini?”

Beberapa pertanyaan muncul di pikiran Oryza. Namun, gadis itu berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. Dengan langkah yang berhati-hati Oryza berjalan menuju pintu. Ketika memegang gagang pintu Oryza mendengar suara bunyi perut yang sangat keras dari balik punggungnya.

Karena penasaran Oryza berbalik dan menemukan si pria sedang memegangi perutnya dengan ekspresi kesakitan. Oryza menatap sandwich dalam kotak bekalnya dan mengambil keputusan. Oryza kembali menutup pintu lalu membuka kotak bekalnya.

 “Apa kau lapar?” tanya Oryza menyerahkan kotak berisi sandwich buatannya.

Pria itu hanya menatap sandwich dengan tatapan kosong sehingga ruangan terasa canggung bagi Oryza.

“Jika kau tak keberatan ini buatanku sendiri. Tenang saja tidak beracun kok.” Oryza memaksa dirinya tersenyum sehingga wajahnya nampak seperti orang tolol.

“Apa yang kukatakan? aku seperti seorang sales pemula yang menjijikkan.”

Karena merasa canggung Oryza bermaksud menarik bekalnya. Namun, si pria menahan lengan Oryza dan mengambil dua potong sandwich. Pria itu makan dengan lahap sampai pintu darurat terbuka dan muncul seorang perempuan yang merupakan kepala bagian dari divisi Oryza.

 “Tuan Altair, syukurlah saya sudah mencari-cari anda.”

“Ibu Wati ….” Muka Oryza menjadi pucat.

“Apa yang kau lakukan di tempat ini? bersantai saat yang lain sibuk?” Wati bertolak pinggang.

“Saya hanya beristirahat--“

Wati menatap sandwich di tangan Altair dan tiba-tiba saja wajahnya memerah.

“Kau beri makan apa Tuan Altair?” tanya Wati dengan nada tinggi.

“Ini sandwich buatan saya.” Jawab Oryza gemetaran sembari menujukkan sandwich di kotak makan miliknya yang kini hanya tersisa dua.

“Kau!”

Wati menepis lengan Oryza dan membuat kotak makan yang Oryza pegang jatuh. Wati kemudian menggeser Oryza dengan kasar hingga gadis itu hampir terjatuh dari tangga.

“Maafkan saya Tuan Altair karena menyajikan makanan yang tak layak. Jika tuan berkenan--”

“Ssssst,” Altair meletakkan telunjuk di bibir. “Kau tahu, pria tidak suka dengan wanita brisik. Kau bisa jadi perawan tua dengan sikap seperti itu.”

Altair mengedipkan mata pada Wati sambil menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Pria itu bersimpuh lalu mengambil dua sandwich Oryza yang terjatuh. Tanpa ragu atau jijik, Altair memakan dua sandwich Oryza hingga tak bersisa. Altair kemudian berdiri lalu menatap Oryza sambil menyeringai.

“Sandwich buatanmu sangat enak.”

Altair menjilati jari telunjuk dan tengah lalu mengedipkan mata pada Oryza. Dia kemudian pergi meninggalkan kesan yang begitu mendalam pada dua orang gadis yang mengalami kesulitan dalam percintaan mereka.

***

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Oryza dan Kevin sampai di Gedung Sanatria tepat pukul tujuh pagi. Meski acara baru dimulai pukul sembilan, Oryza dan Kevin datang lebih awal dengan maksud ngevlog bersama dengan Agnes. Agnes yang datang lebih dahulu menghampiri Oryza dan Kevin ketika mereka berdua sampai di pintu gerbang.

“Apa kau benar-benar yakin akan melakukan hal ini? bagaimana dengan persiapanmu?” Tanya Oryza

“Jangan khawatir, semua sudah oke. Karena subscriber kita sudah mencapai satu juta kita harus mempersembahkan sesuatu yang hebat untuk para pendukung kita. Aku sudah mendapat izin juga menggunakan panggung setelah akhir acara sebelum dibersihkan. Jadi … ayo kita mulai!”

Kevin mengeluarkan kamera dan mulai merekam.

“Hai guys, hari ini adalah hari spesial. Kalian pasti tahu kan … ya … kan.”

Agnes mulai bertingkah seimut mungkin dengan gerakan aktif, mengedipkan mata dan tersenyum lebar.

“Tentu saja ini adalah perayaan sejuta subscriber,” Agnes melompat tinggi.

“Hari ini aku akan memberikan pertunjukan spesial. Kalian tahu kan bahwa beberapa hari ini aku berhenti upload untuk melakukan sesuatu. Maafkan hambamu itu … tehe,” Agnes menjitak kepala sembari menjulurkan lidah. “Jadi hari ini aku akan berperan sebagai ratu jahat di drama putri salju. Nantikan terus ya.”

Video diakhiri dengan kedipan mata yang imut dari Agnes. Mereka bertiga melihat hasil video yang baru saja direkam dan sama-sama tersenyum.

“Luar biasa.”

Agnes yang terlalu bahagia meregangkan tangan ke atas sembari berjalan ke belakang. Saat itu tiba-tiba saja dia menabrak seseorang dan hampir jatuh ke belakang. Beruntung orang itu memegangi punggung Agnes, sehingga dia tidak sampai mengalami cedera.

“T--tampan,” ujar Agnes dengan suara lirih.

“M--maaf  ….”

Agnes segera membetulkan posisinya dan menyadari kalau yang diajak bicara adalah pendiri STAR-S.

“T--tuan Altair, anda adalah tuan Altair bukan?” tanya Agnes dengan suara imutnya.

Melihat Agnes yang begitu bersemangat, Oryza dan Kevin akhirnya mendatangi Agnes.

“K--kau.”

Oryza menujuk Altair membuat beberapa orang yang mengelilingi Altair melemparkan tatapan menusuk. Menyadari tatapan itu, Oryza langsung menutup mulut sembari berbalik, mencoba mengambil langkah seribu. Saat itulah sebuah tangan menyentuh pundak Oryza dan membuat gadis itu bergidik.

“Roti yang kau buat sangat enak.” Altair berbisik di telinga Oryza.

Altair mengajak orang yang mengelilinginya untuk pergi dengan menggunakan isyarat telunjuk. Sementara itu Oryza hanya mematung tak percaya karena pertama kalinya ada orang yang mengenali dia hanya dalam sekali pertemuan.

“Apa itu … apa itu … jadi kau mengenal Tuan Altair?” Tanya Agnes dengan ekpresi ingin tahu.

“Tuan Altair?” Oryza memiringkan kepala karena bingung.

“Tuan Altair, pendiri STAR-S dan salah satu dari sepuluh orang terkaya menurut majalah forbest. Bagaimana mungkin kau tidak tahu?” tanya Agnes sembari menggoyangkan tubuh Oryza.

“Pendiri STAR-S, tunggu sebentar. Aku bekerja di Vision PH karena Oppa Damian. Memang vision memiliki hubungan erat dengan STAR-S dan beberapa iklan atau promosi di Indonesia kitalah yang mengerjakan.”

Setelah berpikir sejenak Oryza akhirnya menyadari kebodohannya

“EHHH …!” Oryza berteriak lalu berjongkok sambil memegangi kepala.

“Jika dia adalah pendiri STAR-S dan salah satu rekanan penting perusahaan tempatku bekerja …,” Oryza mengingat pertemuannya dengan Altair. “Tidak … tidak … pasti tidak apa-apa ‘kan? aku hanya menawarkan … t--tunggu apa karena itu Ibu Wati dipecat.”

Agnes yang melihat tingkah aneh Oryza ikut berjongkok.

“Kenapa Za?” tanya Agnes

“Aku rasa aku telah melakukan hal terbodoh yang seharusnya tak kulakukan.” Mata Oryza berkaca-kaca.

 “Tenang aja Za. Apapun yang terjadi aku akan selalu di sampingmu.” Agnes memeluk dan mengelus-elus punggung Oryza,

“Terimakasih Nes itu sangat menenangkan. Ngomong-ngomong apa kau tidak bersiap?” tanya Oryza yang masih membuat raut wajah sedih.

“Gawat, aku harus pergi. Bye Vin, Za,” Agnes berdiri lalu berlari meninggalkan Oryza dan juga Kevin.

***

 Pertunjukan berjalan sukses hingga membuat semua orang di aula bertepuk tangan. Para pemain berbaris menyamping lalu menundukkan badan sebagai rasa hormat. Para penonton terlihat membicarakan pertunjukan dengan kritik, dukungan atau simpati mereka. Sementara itu Altair nampak dibawa keluar menuju ruang istirahat untuk makan bersama para pemain dan kru. Oryza, Agnes dan Kevin sendiri meneruskan membuat vlog lanjutan di atas panggung.

“Tebak … tebak kali ini aku berperan sebagai apa.”

Agnes berputar sehingga membuat gaun yang menutupi kakinya melayang indah. Setelah berhenti dia mengangkat bagian rok gaun yang dia kenakan lalu sedikit merendahkan badan layaknya seorang bangsawan yang sedang bertatakrama.

“Tentu saja aku berperan sebagai ratu jahat. Tapi …,” mata Agnes nampak berkaca-kaca. “Aku tidak seperti itu. Kalian pasti paham ‘kan.”

Gambar demi gambar diambil oleh Kevin hingga membuat pikiran Oryza larut dalam penampilan Agnes. Entah kenapa peran Agnes tadi begitu menggerakkan hati Oryza. Agnes begitu menawan sehingga membuat Oryza ingin sekali bertukar hidup dengan perempuan itu.

Setelah tiga puluh menit pengambilan gambar, Agnes berpamitan untuk pergi ke ruang istirahat agar bisa bertemu dengan Altair. Kevin mengikuti Agnes dari belakang sementara Oryza terduduk di panggung melihat kedua orang itu pergi.

“Benar-benar tempat yang megah. Tempat dimana aku tak mungkin berada. Lampu-lampu sorot ini, pakaian-pakaian itu, dan juga dunia kepalsuan yang imajinatif dan indah.”

Oryza berdiri lalu berkeliling mengamati set yang masih belum diganti. Terdapat kamar tidur, sebuah cermin dan juga background istana menghiasi panggung. Oryza berhenti tepat di depan  cermin panjang berukiran indah yang sedikit lebih tinggi darinya.

Pantulan tubuh Oryza terlihat jelas di cermin. Kulit yang hitam dan tak segar, pipi yang tembem serta rambut bergelombang yang diikat ke belakang. Tangan Oryza bergerak mencubit pipi, perut dan bagian bawah lengan. Pada setiap cubitan terdapat gumpalan lemak yang membuat Oryza jijik.

 “Menyebalkan sekali.” Oryza mendesah.

Oryza kemudian menatap cermin sekali lagi dan tiba-tiba bayangan tentang pertunjukan Agnes muncul. Oryza mengusap tepi cermin sembari membuat ekspresi sedih.

“Kenapa kita begitu berbeda?”

“Cantik, pintar, memiliki lima ratus ribu follower inspragram, belum lagi berkuliah di kampus favorit. Lalu Kevin juga …. ”

Tangan Oryza mulai menggenggam erat bagian tepi cermin. Ada bisikan aneh yang mengatakan bahwa Oryza bisa seperti Agnes. Dia hanya tak memiliki kesempatan karena keadaan.

“Ratu jahat ‘ya?”

Oryza menarik napas dan membayangkan dirinya berada pada posisi Agnes.

“Tidak, ratu jahat itu tidak seperti Agnes. Dia jauh … jauh lebih menawan. Seperti yang aku baca, seperti para aktris hebat yang memerankannya. Semua  itu karena Sang Ratu memiliki kecantikan yang mampu membuat seluruh pria berlutut.”

 Oryza membayangkan dirinya memiliki kecantikan melebihi Agnes, melebihi para bidadari dan bahkan bisa membuat para malaikat tampan bertekuk lutut. Agnes mulai merasakan keangkuhan memasuki hatinya dan dapat melihat jelas sosoknya sebagai ratu jahat.

“Mungkin ratu jahat akan seperti ini.”

Oryza membuka kuncir dan membiarkan rambut bergelombangnya terurai. Dia juga melemparkan jepit rambut ke lantai dengan gerakan angkuh. Sembari tetap membayangkan kalau dia adalah gadis cantik yang hanya bisa jadi impian para lelaki Oryza kembali menatap cermin. Oryza menyibakkan rambut dan membuat ekspresi penuh percaya diri sembari membalikkan diri ke arah tempat duduk penonton.

“Cermin-cermin di dinding siapakah wanita cantik yang ada di dunia ini?”

Saat berbalik dan membuka mata, Oryza terkejut karena Altair telah berada di pintu masuk aula sedang bersandar di dinding dengan botol vodkanya. Mata mereka saling bertemu sehingga membuat Oryza panik dan cepat-cepat mengambil jepit rambutnya. Oryza kemudian kabur mengambil jalan yang ada di samping panggung. Sementara itu Altair menutup botol vodka lalu mengembalikannya ke dalam kantong yang berada di jas.

“Akhirnya aku menemukanmu. Berlian yang menyembunyikan diri.” Altair menyeringai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status