Malam ini Akash kembali berada disebuah club bersama salah satu temannya yang biasa dia ajak bersenang-senang jika dia membutuhkan hiburan.
Mengetahui Akash datang semua wanita berlomba-lomba merayu agar dapat bersama CEO itu walaupun hanya satu malam saja.
Didalam sana Akash merasa bebas dan bahagia karena dia bisa bebas bersenang-senang, minum, rokok, joget dan ngobrol ditemani beberapa wanita.
"Gue punya cewek cantik, spesial buat loe malam ini," ucap Wildan teman baik Akash yang biasa dia ajak ke club.
Kali ini Akash tidak seperti biasanya, walaupun sedikit mabuk pria itu menolak wanita yang ditawarkan Wildan untuknya. Jari telunjuk Akash terangkat dan bergerak ke kiri ke kanan menolak. Kening Wildan sampai mengernyit dalam, baru kali ini sahabatnya itu menolak wanita. Biasanya juga dia yang meminta Wildan mencarikan seorang wanita untuk menemaninya sampai pagi menjelang dan berakhir di ranjang.
"Loe kapok sama Rissa?" ledek Wildan, dia kira Akash trauma dengan kejadian wanita terakhir yang bersamanya itu.
"Ngapain gue kapok, gue cuma lagi tobat aja sama yang namanya cewek, karena gue udah dapet cewek yang bakal jadi istri gue," jawab Akash dengan sedikit ngelantur.
"Namanya siapa?"
"Ngak tau, gue belum kenal sepenuhnya cuma lihat dia aja di jalan."
Mendengar ucapan terakhir Akash, Wildan tertawa lepas, dia menduga sahabatnya itu sudah mabuk berat karena ucapannya tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Akhirnya Wildan membiarkan keinginan sahabatnya itu, dia tidak pernah memaksakan kalau Akash tidak ingin yah sudah.
Tidak terasa waktu terus berputar dari tengah malam sampai jam 02.00 dini hari Akash dan Wildan baru pulang dari club. Mereka berdua pulang ke apartemen Akash yang saat ini ditempati oleh Wildan karena pria itu baru saja ketiban sial dan Akash memintanya tinggal sementara di sana.
***
Esok paginya Akash terbangun dengan sakit kepala, dia meringis sambil meremas rambutnya. Sesekali dia memijat sendiri keningnya karena merasa pusing.
Matanya menyipit saat dia melihat jam pada ponselnya yang baru dia ambil di nakas sebelah ranjangnya.
Kepala Akash tambah sakit ketika melihat ponselnya yang tiba-tiba berdering.
Papa Fauzan calling ...
"Pagi, Pa," ucap Akash memberi salam setelah dia menekan tombol hijau dan menjawab panggilan dari papanya.
"Dimana kamu? Gak kekantor? Jangan lupa hari ini ada rapat bulanan para pemegang saham dan kamu harus hadir, papa tunggu!" ujar Fauzan tegas langsung pada inti pembicaraan tanpa salam dan pamit Fauzan langsung mematikan panggilannya.
Dengan sisa-sisa tenaganya dia bangun dan langsung mandi. Setelah berpakaian rapih dia keluar kamarnya untuk mencari sarapan, betapa kagetnya dia ketika dia keluar kamarnya Akash mendapati ruang tamunya berantakan dengan kulit kacang dan botol minuman di sana juga ada Wildan yang tidur sambil memeluk seorang wanita tanpa busana didalam selimut, sepertinya mereka berdua habis melakukan pesta kecil semalam.
"WILDAN!!!" teriak Akash sambil menepuk-nepuk kencang kedua pipi sahabatnya itu.
Wildan tersadar setelah Akash menepuk pipinya dengan sedikit keras. Wanita didalam pelukan Wildan juga ikut terbangun.
"Bangun, dan bereskan semuanya. Suruh dia pergi," titah Akash sambil menggedikkan dagunya pada wanita itu.
Pagi itu Akash mengutuk dirinya karena sudah membiarkan sahabatnya menempati apartemennya dan berbuat zinah di sana, pasalnya dia pemilik apartemen itu tidak pernah sekalipun berbuat suatu hal yang najis di sana. Bukannya dia sok suci, tapi baginya rumahnya adalah tempat paling bersih yang dia punya, walaupun Ashraf nakal dia tidak pernah berbuat hal yang di haramkan itu dirumahnya, baginya ada hotel atau tempat penginapan lainnya yang dapat dia gunakan tapi tidak dirumahnya.
Akash membuat kopinya sendiri dan dia sarapan hanya dengan kopi panas dan roti sambil melihat Wildan dan wanitanya sedang merapihkan ruang tamu yang berantakan.
"Loe dengar yah, apartemen ini mau gue jual. Loe beli ini apartemen atau pergi dari sini," ucap Akash sarkas.
"Heh? Yang bener loe bro?" tanya Wildan, jujur dia kaget mendengar ucapan sahabatnya itu yang mendadak.
"Gue gak mau punya apartemen yang bawa sial."
"Maksud loe?"
"Sudah berapa wanita yang loe ajak ke sini dan loe pakai?"
"Ck! Gak usah sok suci loe jadi orang." Wildan mulai emosi mendengar ucapan Akash karena dia tersinggung dengan kata-kata yang dilontarkannya.
"Gue memang bukan orang suci, tapi gue gak pernah melakukannya di rumah, kantor atau apartemen. Buat gue itu bad luck!"
Wildan tidak lagi membalas ucapan Akash, dan dia langsung pergi ketika melihat wanita yang dia bawa semalam sudah selesai merapihkan apartemen Akash.
Begitu juga dengan Akash, dia pergi tidak lama setelah Wildan keluar.
***
Setibanya di kantor, dia meminta pada sekretarisnya agar memberinya obat sakit kepala yang biasa Akash konsumsi saat pusing, karena sampai saat ini kepalanya masih sakit.
"Ini obatnya, Pak," ucap Laudia, sekretaris CEO itu sudah hapal semua jenis obat yang suka dikonsumsi atasannya itu.
"Thanks, Laudia," balas Akash lalu dia langsung meminumnya.
"Jadwal saya hari ini apa saja?" tanyanya pada asisten pribadi yang sedari tadi berdiri menunggu Akash selesai minum obat.
"Rapat dewan pemegang saham sore ini jam 15 bersama, Pak" jawab Laudia.
"Itu saja?"
"iya, Pak."
Karena tidak ada pertemuan dengan klien diluar kantor, Akash menyelesaikan pekerjaannya hanya didalam kantornya saja, banyak berkas yang harus dia periksa ulang dan ditandatangani sebelum dia menghadiri rapat para pemegang saham pukul 15.00.
Dengan teliti dan serius Akash memeriksa berkas pekerjaannya, walaupun sudah di kerjaan oleh karyawan profesional di perusahaannya tetap saja sebagai CEO dia harus memeriksa ulang agar tidak ada kecurangan atau korupsi di perusahaannya.
***
Rapat pemegang saham pun di mulai, Akash sebagai CEO di sana membuka rapat tersebut.
Rapat Pemegang Saham merupakan agenda tahunan yang biasa dilakukan perusahaan Akash.
Rapat tersebut kemudian akan menjadi wadah bagi pemegang saham untuk menyampaikan pendapat mereka secara formal berdasarkan keterangan atau laporan yang sudah diberikan. Pendapat tersebut juga patut didengar oleh pemegang saham lain, direksi, dan komisaris. Jika disetujui di rapat masukkan tersebut akan menjadi perintah paten yang harus dilakukan ke depannya.
Bisa dibilang, masa depan perusahaan Akash sangat bergantung pada Rapat Pemegang Saham ini. Karena itu lah, Fauzan sangat marah tadi pagi mengetahui putranya tidak dia temukan di kantor pasalnya rapat ini tidak bisa diadakan secara sembarangan, sebagai pemegang saham terbesar di sana dia tidak mau putranya berbuat hal yang konyol.
Karena banyak yang dibahas, rapat tersebut berlangsung cukup lama.
***
Setelah rapat Akash mengajak semua pemegang saham makan malam bersama disebuah restauran mewah yang sudah dipesannya. Di sana biasanya Akash membahas kembali isi rapat tadi dengan santai sambil menyantap makan malamnya.
Fauzan merasa bangga pada putra angkatnya itu karena dia bisa melobby semua pemegang saham dengan baik.
Setelah selesai makan siang, dan para pelayan itu merapihkan semua piring bekas tamu mereka makan dan kembali membersihkan meja itu. "Jadi begini, Pak Akash. Saya punya lahan luas di suatu daerah perkampungan yang mau saya buat pesantren. Saya mau ada pondok khusus santri. Santriwan dan Santriwati terpisah," ujar Ahmed langsung pada Akash tanpa basa basi."Apakah ada design khusus yang Anda inginkan?" tanya Akash."Oh tentu, saya ingin bangunan yang bernuansa islami pastinya tapi saya membebaskan Anda untuk gambar design nya karena saya tau Anda pakarnya. Saya banyak lihat hasil karya Anda di internet. Bangunan yang Anda buat selalu menakjubkan," puji Ahmed.Ahmed menceritakan semua ide yang ada dipikirkannya, dan Laudia mencatat semua keinginan kliennya. Akash menyimak dengan seksama semua ide-ide yang Ahmed utarakan padanya. Sebagai arsitek dia harus memahami keinginan kliennya terlebih dahulu baru dia bisa membuat design gambarnya.Rapat ini lebih membahas konsep bangunan yang Ahm
Setibanya di Restaurant yang bernuansa Timur Tengah itu, mobilnya berhenti tepat didepan pintu lobby. Sebagai seorang supir Pak Rusdi tidak hanya menyetir tapi dia bertugas membukakan pintu mobil majikannya, Akash dan Laudia keluar dari mobil setelah pintu mobilnya terbuka.Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya pada Akash, pasalnya walaupun usia mereka terpaut jauh tetap saja statusnya Akash adalah majikannya yang memberinya pekerjaan dan penghasilan hingga dia dapat menghidupi dan menyekolahkan putra putrinya sampai kejenjang perguruan tinggi. "Makasih, Pak," ucap Laudia saat dia sudah keluar mobil sedangkan Akash langsung saja berjalan masuk kedalam Restaurant itu.Rusdi tersenyum tipis membalas ucapan Laudia, karena sudah biasa baginya menghadapi sikap Akash yang seperti itu dan hanya Laudia saja yang selalu mengucapkan kata terima kasih atau sedikit berbincang saat dalam perjalanan.Setelah memastikan tidak ada yang dibutuhkan oleh Akash dan Laudia, Rusdi itu kembali melajuka
Beberapa hari kemudian,Karena kesibukannya Akash melupakan sosok wanita soleha yang dia lihat dulu. Saat ini fokusnya bukan pada gadis itu karena banyaknya proyek yang masuk membuat dirinya tidak ada waktu walaupun sedikit untuk memikirkan soal sosok itu.Tok!!!Tok!!!Tok!!!Laudia mengetuk pintu ruang kerja Akash sebelum dia masuk kedalam."Permisi, Pak. Saya mau menyampaikan kalau tadi sekretaris dari Pak Ahmed menghubungi dan meminta waktu Pak Akash untuk bertemu Pak Ahmed," ucap Laudia."Ahmed Bakhtiar Abinaya pengusaha yang terkenal dermawan itu?" tanya Akash karena seingatnya dia pernah membaca artikel disalah satu majalah bisnis tentang nama itu."Iya benar, Pak.""Mau apa dia?""Info dari sekretarisnya Pak Ahmed mau memakai perusahaan kita untuk membangun pesantrennya tapi beliau mau bertemu langsung dengan Anda, Pak," jelas Laudia. Akash menghela nafasnya setelah mendengar penjelasan Laudia yang panjang. Seharusnya hal ini bukan ranahnya lagi, dia bisa saja mengirim orang
Malam ini Akash kembali berada disebuah club bersama salah satu temannya yang biasa dia ajak bersenang-senang jika dia membutuhkan hiburan.Mengetahui Akash datang semua wanita berlomba-lomba merayu agar dapat bersama CEO itu walaupun hanya satu malam saja.Didalam sana Akash merasa bebas dan bahagia karena dia bisa bebas bersenang-senang, minum, rokok, joget dan ngobrol ditemani beberapa wanita. "Gue punya cewek cantik, spesial buat loe malam ini," ucap Wildan teman baik Akash yang biasa dia ajak ke club.Kali ini Akash tidak seperti biasanya, walaupun sedikit mabuk pria itu menolak wanita yang ditawarkan Wildan untuknya. Jari telunjuk Akash terangkat dan bergerak ke kiri ke kanan menolak. Kening Wildan sampai mengernyit dalam, baru kali ini sahabatnya itu menolak wanita. Biasanya juga dia yang meminta Wildan mencarikan seorang wanita untuk menemaninya sampai pagi menjelang dan berakhir di ranjang."Loe kapok sama Rissa?" ledek Wildan, dia kira Akash trauma dengan kejadian wanita te
Dengan kecepatan mobil sportnya itu, Akash tiba dirumahnya hanya dalam hitungan setengah waktu dari biasanya dia tempuh dengan mobil biasa miliknya yang lain.Sesampainya di dalam rumah, kedua orangtuanya memintanya duduk karena mereka berdua sudah menunggunya sejak tadi."Papa mau tanya, kapan kamu menikah?" tanya Fauzan dengan wajah serius dia menatap putranya menunggu jawaban yang tepat dari Akash.Kedua alis Akash menyernyit dalam, dia kira ada kabar apa sampai kedua orang tuanya itu mengirimnya pesan agar segera tiba dirumah, tidak tahunya dia hanya mendapatkan pertanyaan konyol yang dilontarkan sang ayah seperti biasa."Gak ada pertanyaan yang lebih berbobot dari ini?" tanya Akash kesal pasalnya dia sudah ngebut dari Kota sebelah agar dapat tiba secepat mungkin sesuai keinginan ayahnya."Ini sangat penting untuk kami, Nak," jawab Anya sang ibu angkat."Ma, aku akan menikah kalau ketemu dengan gadis yang sesuai kriteria yang aku mau," jawab Akash lembut pada ibunya."Tapi kriteri