Apa jawaban Farid?
🏵️🏵️🏵️ “Itu pertanyaan yang nggak perlu dijawab. Sekarang yang terpenting kamu sarapan dulu. Aku suapin, ya, Sayang.” Farid pun duduk di sampingku. “Setelah kamu menyakitiku, kenapa kamu tiba-tiba menunjukkan perhatianmu? Apa karena anak ini?” Aku masih tidak percaya dengan apa yang Farid lakukan. Dia seolah-olah tidak mengingat tuduhan yang dulu dia lontarkan kepadaku. “Kenapa kamu masih berpikiran seperti itu?” “Sikap yang kamu tunjukkan sekarang, sungguh bertolak belakang dengan sikap kamu beberapa bulan yang lalu. Kamu nggak perlu repot-repot melakukan semua ini. Aku sanggup hidup tanpa bantuanmu.” Aku berharap agar Farid kesal lalu meninggalkanku. “Aku kurangin cabenya, nih. Takut anak kita kepanasan di dalam.” Dia mengalihkan pembicaraan seolah-olah tidak mendengar apa yang kukatakan. Dia menyendokkan nasi ke mulutku. Aku menerima suapan dari tangan Farid. Dia melakukan itu sambil bercerita tentang keadaan di kantor. Dia menceritakan mengenai event menulis yang diselengg
🏵️🏵️🏵️ Niat hati untuk tetap merahasiakan apa yang terjadi selama kurang lebih lima bulan terakhir ini, akhirnya terbongkar. Aku tidak tahu siapa yang telah memberitahukan keberadaanku kepada Papa dan Mama. Kenapa kedua orang tua itu ada di sini sekarang? Aku berusaha menyembunyikan apa yang Farid lakukan kepadaku agar Papa dan Mama tidak membenci lelaki itu. Walaupun Farid telah melakukan kesalahan, tetapi aku tidak ingin orang tuaku menganggapnya tidak bertanggung jawab. “Papa, Mama? Kenapa ada di sini?” Aku langsung melontarkan pertanyaan itu kepada kedua orang tuaku. Aku benar-brnar sangat terkejut. “Seharusnya pertanyaan itu pantas ditujukan padamu, Key.” Papa langsung memegang kedua lenganku. Kedua orang tua itu melihat ke arah perutku. “Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang?” tanya Mama kepadaku. “Kita masuk dulu, yuk!” Aku mengajak Papa dan Mama menuju ruang TV lalu kami pun duduk. “Untuk apa kamu tinggal di sini? Kenapa kamu tidak memberitahukan apa yang terjadi pada
🏵️🏵️🏵️ “Izinkan Farid bertemu dengan Key, Pa.” Aku mendengar suara Farid sangat dekat dari kamarku. Aku segera membuka pintu, ternyata Farid dan Papa berdiri di depan kamarku. Aku sangat bahagia melihat laki-laki itu kini ada di depanku. “Ternyata kamu udah datang.” Aku tersenyum kepadanya. “Iya, Sayang.” Farid langsung meraih tanganku. “Untuk apa kamu mempertahankan laki-laki seperti ini, Key?” Papa menarik tanganku dari genggaman Farid. “Key istri Farid, Pah. Izinkan Farid membawanya pulang.” Farid tiba-tiba berlutut di depan Papa. “Papa tidak akan mengizinkan Key keluar dari rumah ini. Kamu pergi sekarang!” Papa meninggikan suaranya kepada Farid. “Itu nggak mungkin, Pah. Saat ini Key sedang mengandung anak Farid, jangan pisahkan kami.” Farid memegang kedua kaki Papa. Aku sangat kasihan melihat Farid. Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia berubah menjadi sosok yang mengagumkan. Menyaksikan sikap Farid yang seperti ini, aku makin terpesona dan tidak menyesal karena tela
🏵️🏵️🏵️ Papa dan Mama terlihat panik. Mereka langsung bertanya tentang keadaanku. Aku pun mengaku baik-baik saja. Walaupun Papa sudah bersikap tegas kepada Farid, tetapi aku tidak ingin melihat kecemasan di wajahnya. “Kenapa kamu nekat, Key? Kenapa kamu berusaha menghentikan Farid?” Papa bertanya kepadaku. “Key nggak mau berpisah lagi dengan Farid, Pah.” Aku berharap agar Papa mengerti dengan keadaanku “Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Nak. Papa nggak terima dengan keputusan suamimu yang sangat kejam ini. Seharusnya kamu nggak perlu membela dia. Biarkan dia pergi.” Ternyata Papa tetap bersikeras dengan keputusannya. “Tolong ngertiin Key, Pah. Anak Key juga butuh Farid.” “Papa nggak ngerti dengan jalan pikiran kamu, Key. Udah disakitin, masih saja tetap bertahan. Papa nggak tahu harus ngomong apa lagi ke kamu.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Papa pun keluar dari kamar. Sementara Mama memberikan pencerahan dan saran kepada Farid agar tetap berusaha meluluhkan hati Pap
🏵️🏵️🏵️ Ternyata aku terlalu naif karena menganganggap cinta Farid itu benar adanya. Namun, kenyataan yang sebenarnya tidak sesuai dengan harapan. Dari cerita yang Farid ungkapkan, secara tidak langsung, dia mulai mencari keberadaanku setelah keluarganya menebak diriku sedang hamil. Sungguh, ini kenyataan yang menyakitkan. Kenapa aku harus percaya ketika Farid mengatakan bahwa dirinya telah mencintaiku sejak awal pernikahan kami? Padahal sangat jelas kalau dia pernah mengucapkan tidak mengharapkan hubungan kami. Aku merasa tertipu dengan apa yang telah keluar dari bibir Farid. Dia tidak tahu betapa hatiku sepenuhnya terbuka untuk dirinya. Aku berhasil mengeluarkan bayangan cinta pertamaku dari pikiran hingga berhasil mencintai Farid. Akan tetapi, apa yang dia berikan kepadaku? Farid sama sekali tidak benar-benar mencintaiku layaknya seorang suami yang selalu ingin melindungi istrinya. Sepertinya dia memiliki perasaan cinta itu hanya karena aku kini mengandung darah dagingnya. In
🏵️🏵️🏵️ Hari masih pagi, tetapi aku dan Farid sudah pergi dari rumah Papa dan Mama menuju istana milik mertuaku. Kami menyusuri jalan sambil sesekali berbincang. Aku melihat pancaran kebahagiaan di wajah Farid. Aku dan Farid akhirnya tiba di rumah keluarganya. Namun, setelah kami keluar dari mobil dan kini berdiri di dekat pintu masuk, Farid memintaku megikutinya dari belakang. Aku pun berjalan sesuai petunjuk laki-laki itu. Sekarang kami sudah berada di ruang makan, Farid pun menghentikan langkahnya. Aku tidak tahu apa yang akan pria itu lakukan. Namun, aku tetap merasa bahagia karena akhirnya akan kembali bertemu dengan orang-orang tersayang. “Farid.” Aku mendengar suara mami mertua. “Iya, Mih.” Farid membalas panggilan maminya. “Kamu dari mana saja beberapa hari ini?” Kali ini aku justru mendengar suara papi mertua. “Aku ingin memberikan kejutan untuk kalian semua.” Sekarang aku baru mengerti apa tujuan Farid memintaku tidak langsung berjalan di sampingnya untuk menemui kel
Percuma saja aku meminta Farid untuk berhenti membaca curahan hatiku di buku harian itu. Lebih baik aku memberikan saran kepada laki-laki itu untuk mengetahui apa saja yang tertulis dalam benda tersebut. Aku sudah tahu pasti seperti apa sifat Farid. 🏵️🏵️🏵️ Siang ini, matahari sangat terik. Aku mengintip pancaran cahayanya dari jendela kamar yang sengaja tidak dibuka. Walaupun pendingin ruangan sedang menyala, tetapi aku merasa gerah melihat sikap Farid yang tiba-tiba tidak memedulikan diriku setelah membaca buku harian tadi pagi. Dia justru menyibukkan dirinya di depan laptop. Laki-laki itu sama sekali tidak memberikan perhatian sedikit pun kepadaku. Dia tidak memikirkan apakah aku sudah lapar atau belum. Farid kini kembali menjadi sosok yang menyebalkan. “Farid!” Tiba-tiba aku mendengar suara mami mertua sambil mengetuk pintu kamar. “Masuk aja, Mih. Pintunya nggak ditutup, kok.” Farid memberikan sahutan kepada maminya. Wanita paruh baya itu pun membuka pintu lalu melangkah k
🏵️🏵️🏵️ “Hanya karena buku harian itu, kamu tega bersikap dingin padaku? Ini yang kamu sebut cinta? Kamu itu tetap sama seperti dulu, tidak tahu arti cinta. Aku yang salah karena percaya dengan ucapanmu. Kalau kamu ingin kembali seperti dulu, silakan. Tapi jangan pernah mengatur-atur hidupku. Aku bukan lagi karyawatimu. Kita tetap di kamar yang sama hanya karena status, bukan karena cinta. Menjauhlah dariku.” Aku sangat sedih karena Farid masih tetap menunjukkan sifat egoisnya. “Sayang, kenapa kamu ngomong seperti itu? Kamu salah paham.” Farid mendekatiku. “Salah paham? Nggak sama sekali. Itulah sifatmu yang sebenarnya. Keegoisanmu tidak akan pernah hilang. Kamu hanya merasa selalu benar. Aku udah jelasin kalau buku harian itu tidak berarti lagi untukku, tapi kamu tetap nggak percaya. Terserah kamu mau berpikir seperti apa.” Aku tidak ingin kembali menjadi Keyra yang dulu. Istri yang selalu mengalah dalam menghadapi keegoisan dan keras kepala Farid. “Sayang ….” Dia berusaha m