Share

Bertemu Kembali

Grace melihat ibunya sudah terbaring tenang di kasur. Hanna sudah terlelap beberapa saat karena lelah dengan semua aktivitas yang mereka lakukan padahal Hanna baru saja keluar dari rumah sakit.

Grace langsung membuka ponselnya dan mulai mengaktifkan akunnya kembali diaplikasi 'ButterFly' agar orang bisa menyewanya melalui aplikasi itu.

Ia bersiap-siap dengan baju yang sebelumnya sudah ia siapkan, ia juga sedikit berdandan agar dirinya tampak lebih cantik dan menggoda.

Ting

Sebuah notifikasi masuk membuat Grace mengambil ponselnya. Ia membaca sedikit pesan dari pemesannya itu dan bergegas pergi menuju hotel yang sudah dipesan.

Grace pergi dari hotel itu setelah melakukan pekerjaannya dan mendapat bayaran yang cukup. Ternyata benar, di kota ini banyak sekali orang-orang kaya yang bisa membayarnya berkali-kali lipat.

Ia merasa badannya sudah remuk itu bergegas kembali ke apart sebelum ibunya terbangun. Bisa bahaya jika sang ibu melihat dirinya dengan penampilan seperti ini datang subuh-subuh.

Grace memencet kode apartemennya. Ia memasuki ruangan itu dan bergegas membersihkan diri. Ia mengintip ke kamar ibunya dan mendapati Hanna yang masih tertidup lelap, ia pun menghela nafas.

Grace berjalan menuju ruang tengah dan berbaring di sofa sana lalu memejamkan matanya.

.

Pagi telah tiba, Grace melihat ibunya sedang bersemangat di dapur itu tersenyum senang dan menghampirinya. "Ibu masak apa?"

Hanna melirik. "Ibu masak nasi goreng, belum banyak bahan disini jadi ibu enggak bisa masak banyak." Jelas Hanna, Grace menyadari sesuatu.

"Ohiya, kalau gitu setelah sarapan aku bakal pergi ke supermarket bentar. Ibu kasih tau aku aja ya apa yang mau dibeli." Ujar Grace.

"Kalau gitu, ibu ikut aja ya?" Pinta Hanna. Grace langsung bergeleng tegas.

"Ibu harus istirahat disini karena dokter bilang ibu jangan banyak bergerak."

"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya belanjanya." Ucap Hanna, Grace tersenyum senang.

Selang beberapa lama, Hanna menyajikan nasi goreng sederhananya yang langsung dimakan lahap oleh Grace. Grace menikmati momen sederhana itu yang sudah lama ia dambakan bersama ibu tersayangnya.

Hanna yang melihat itu ikut senang namun ia juga merasa tidak enak. Seharusnya ia lah yang bekerja mengurus Grace, namun ini malah sebaliknya.

"Ibu," panggil Grace berulang kali membuat Hanna tampak terkejut.

"Ya, Grace?"

"Ibu kenapa melamun?" tanya Grace khawatir.

"Ah, ibu buat kamu khawatir ya? Maaf ya. Ibu tak apa kok." Jawab Hanna dengan senyum hangatnya. Grace menghela nafas lalu tersenyum kembali.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu ya, Bu." Pamit Grace, Hanna mengangguk.

"Hati-hati, Sayang."

Grace pun pergi meninggalkan apartemennya. Ia menuju supermarket terdekat untuk membeli beberapa perlengkapan rumah dan bahan makan yang belum terisi di apartemennya.

Ia membeli bahan-bahan dapur, buah, makanan instan, dan lain-lain.

Grace mengitari supermarket itu dengan perasaan senang hingga tak sadar bahwa trolinya menabrak seseorang.

"Eh, maaf, aku tak melihatmu, aku akan berhati-hati." Ucap Grace lalu memundurkan trolinya. Laki-laki itu menatap lekat kearah Grace.

Grace membelak kaget karena mengingat itu adalah lelaki yang memesannya untuk pertama kali sekaligus mengambil keperawanannya.

"Apa kamu orang yang ku kenal?" tanya Max membuat Grace tambah terkejut. Karena tidak ingin memanjang, Grace hanya menggeleng singkat.

"Oh, baiklah. Maaf mengganggu waktumu." Ucap Max lalu pergi dari sana.

Grace merasakan detak jantungnya berdetak kencang begitu berada di dekat Max. Mungkin itu karena malam panas yang mereka lalui sangat berkesan untuk Grace yang baru pertama kali.

Grace bergeleng sambil menepuk pipinya begitu mengingat hal yang memalukan itu. Ia segera membayar belanjaannya agar bisa segera pulang.

Max yang sibuk mencari titipan asistennya itu kewalahan dan memilih untuk beristirahat sebentar. Tiba-tiba saja ia jadi kepikiran pada wanita yang menabraknya tadi.

"Siapa ya? Seperti tidak asing." Ucap Max berusaha mengingat. Sedetik kemudian ia menyadarinya, itu adalah gadis perawan yang ia pesan lewat aplikasi 'ButterFly'! Ia sulit mengenali karena penampilan Grace yang terkesan polos karena tidak memakai riasan wajah.

Tanpa berpikir panjang, Max langsung berlari mencari Grace agar bisa mendapatkan wanita yang ia sukai itu.

Max melirik kesana kemari tak juga mendapati Grace disana. Lagi-lagi Max menggerutuki dirinya karena telah kehilangan jejak.

"Huh, kenapa begitu sulit mendapatkannya lagi."

Sejujurnya, Max adalah pria nakal yang sering memesan wanita lewat aplikasi itu. Namun baru kali ini ia mendapati wanita yang masih perawan, itu membuatnya sedikit merasa tak enak.

Biasanya para wanita akan memberikan perawannya pada orang yang ia cinta, namun kenapa untuk wanita itu malah Max yang mendapatkannya?

Setelah berhubungan badan dengan wanita itu, Max sudah tidak pernah lagi merasakan nikmat seperti pada Grace.

Grace yang tubuhnya sangat lebut, halus, selalu terbayang dipikiran Max begitu ia menyentuh tiap titik tubuh itu. Max juga menyadari sebuah perbedaan antara Grace dan perempuan lainnya, mungkin itu karena keperawanan yang Grace miliki.

Namun malam itu, setelah ia menyelesaikan nafsunya, Max sudah menyimpan banyak sekali pertanyaan untuk ia tanya pada Grace mengenai perasaan nikmatnya semalam. Namun begitu bangun tidur, ia mendapati kasur yang berantakan dengan dercak darah tanpa adanya seorang wanita disana.

Max sudah bertanya pada asistennya yang biasa berjaga didepan kamar, namun sialnya kala itu Max mengingat bahwa ia sedang menyuruh asistennya untuk bermalam di kantor.

Tanpa menyerah, ia pun mencoba mencari wanita itu kembali di aplikasi 'ButterFly' dan hasilnya tetap nihil, Max tidak juga menemukan Grace yang ia pesan sebelumnya disana.

Hari-hari yang diselimuti frustasi oleh Max itu membuat asistennya merasa kasihan. Sudah beberapa kali memesan wanita namun hasratnya tak juga terpenuhi karena mengharapkan rasa yang sama seperti Grace.

Sang asisten memutuskan untuk menyuruh Max berbelanja di supermarket dengan tujuan agar pria itu sedikit terhibur namun tak menyangka hal itu malah membuat Max semakin tersiksa karena bertemu dengan Grace, wanita yang selama ini ia inginkan.

"Ah, sial. Bagaimana aku harus mendapatkannya kembali."

.

Grace kembali ke apartermennya dengan sedikit terburu-buru. Hanna yang melihatnya cukup khawatir karena Grace kembali secepat itu.

"Grace, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Hanna membantu Grace membawa belanjaan.

"Ah, aku tidak apa-apa, ibu. Tolong ini dibereskan ya, aku mau ke kamar dulu sebentar." Balas Grace sambil memberikan kantong belanjaan.

Hanna membawanya dengan susah payah dan pergi menuju dapur, sedangkan Grace pergi ke kamarnya.

Grace merebahkan tubuhnya dikasur. Awalnya ia hanya ingin merem-merem saja, namun tak lama ia jadi tertidur pulas membuat Hanna yang melihatnya tak tega membangunkan.

Beberapa jam berlalu, kini siang sudah berganti malam. Grace terbangun dari tidurnya karena ponselnya berbunyi nyaring.

Ia membuka ponsel dan terkejut melihat ada pesanan masuk dari aplikasi kupu-kupu malam. Seingat dia, dia sudah mematikan aplikasi itu agar tida ada orderan yang masuk tapi tiba-tiba ada yang sudah memesannya dan melakukan pembayaran bahkan lebih.

"Aduh, apa ibu akan curiga kalau aku pergi lagi sekarang?"

Grace memutar otak. Ia membersihkan dirinya terlebih dulu dan bersiap begitu selesai.

Grace keluar dari kamarnya yang mengundang tatapan tanya dari Hanna. "Mau kemana, Grace?"

"Ibu, tiba-tiba aku ada pekerjaan yang sulit ditolak. Bila aku pulang larut malam, tolong tidur duluan ya, Bu." Jelas Grace, Hanna menatapnya khawatir.

"Grace, tolong hati-hati. Ibu tak ingin kamu kenapa-kenapa." Ujar Hanna, Grace mengangguk sambil tersenyum.

"Ibu, tenanglah. Aku tidak akan kenapa-kenapa." Ucap Grace menenangkan. Hanna hanya bisa pasrah dan berdoa demi keselamatan anaknya.

"Baiklah, hati-hati dijalan ya."

Grace mengangguk lalu mencium pipi ibunya sebelum pergi. Ia memakai sepatunya lalu pergi dari apartemennya menuju hotel yang pelanggannya pesan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status