Share

Bertemu Kembali

Author: Annisa Nrh
last update Last Updated: 2024-02-14 02:30:00

Grace melihat ibunya sudah terbaring tenang di kasur. Hanna sudah terlelap beberapa saat karena lelah dengan semua aktivitas yang mereka lakukan padahal Hanna baru saja keluar dari rumah sakit.

Grace langsung membuka ponselnya dan mulai mengaktifkan akunnya kembali diaplikasi 'ButterFly' agar orang bisa menyewanya melalui aplikasi itu.

Ia bersiap-siap dengan baju yang sebelumnya sudah ia siapkan, ia juga sedikit berdandan agar dirinya tampak lebih cantik dan menggoda.

Ting

Sebuah notifikasi masuk membuat Grace mengambil ponselnya. Ia membaca sedikit pesan dari pemesannya itu dan bergegas pergi menuju hotel yang sudah dipesan.

Grace pergi dari hotel itu setelah melakukan pekerjaannya dan mendapat bayaran yang cukup. Ternyata benar, di kota ini banyak sekali orang-orang kaya yang bisa membayarnya berkali-kali lipat.

Ia merasa badannya sudah remuk itu bergegas kembali ke apart sebelum ibunya terbangun. Bisa bahaya jika sang ibu melihat dirinya dengan penampilan seperti ini datang subuh-subuh.

Grace memencet kode apartemennya. Ia memasuki ruangan itu dan bergegas membersihkan diri. Ia mengintip ke kamar ibunya dan mendapati Hanna yang masih tertidup lelap, ia pun menghela nafas.

Grace berjalan menuju ruang tengah dan berbaring di sofa sana lalu memejamkan matanya.

.

Pagi telah tiba, Grace melihat ibunya sedang bersemangat di dapur itu tersenyum senang dan menghampirinya. "Ibu masak apa?"

Hanna melirik. "Ibu masak nasi goreng, belum banyak bahan disini jadi ibu enggak bisa masak banyak." Jelas Hanna, Grace menyadari sesuatu.

"Ohiya, kalau gitu setelah sarapan aku bakal pergi ke supermarket bentar. Ibu kasih tau aku aja ya apa yang mau dibeli." Ujar Grace.

"Kalau gitu, ibu ikut aja ya?" Pinta Hanna. Grace langsung bergeleng tegas.

"Ibu harus istirahat disini karena dokter bilang ibu jangan banyak bergerak."

"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya belanjanya." Ucap Hanna, Grace tersenyum senang.

Selang beberapa lama, Hanna menyajikan nasi goreng sederhananya yang langsung dimakan lahap oleh Grace. Grace menikmati momen sederhana itu yang sudah lama ia dambakan bersama ibu tersayangnya.

Hanna yang melihat itu ikut senang namun ia juga merasa tidak enak. Seharusnya ia lah yang bekerja mengurus Grace, namun ini malah sebaliknya.

"Ibu," panggil Grace berulang kali membuat Hanna tampak terkejut.

"Ya, Grace?"

"Ibu kenapa melamun?" tanya Grace khawatir.

"Ah, ibu buat kamu khawatir ya? Maaf ya. Ibu tak apa kok." Jawab Hanna dengan senyum hangatnya. Grace menghela nafas lalu tersenyum kembali.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu ya, Bu." Pamit Grace, Hanna mengangguk.

"Hati-hati, Sayang."

Grace pun pergi meninggalkan apartemennya. Ia menuju supermarket terdekat untuk membeli beberapa perlengkapan rumah dan bahan makan yang belum terisi di apartemennya.

Ia membeli bahan-bahan dapur, buah, makanan instan, dan lain-lain.

Grace mengitari supermarket itu dengan perasaan senang hingga tak sadar bahwa trolinya menabrak seseorang.

"Eh, maaf, aku tak melihatmu, aku akan berhati-hati." Ucap Grace lalu memundurkan trolinya. Laki-laki itu menatap lekat kearah Grace.

Grace membelak kaget karena mengingat itu adalah lelaki yang memesannya untuk pertama kali sekaligus mengambil keperawanannya.

"Apa kamu orang yang ku kenal?" tanya Max membuat Grace tambah terkejut. Karena tidak ingin memanjang, Grace hanya menggeleng singkat.

"Oh, baiklah. Maaf mengganggu waktumu." Ucap Max lalu pergi dari sana.

Grace merasakan detak jantungnya berdetak kencang begitu berada di dekat Max. Mungkin itu karena malam panas yang mereka lalui sangat berkesan untuk Grace yang baru pertama kali.

Grace bergeleng sambil menepuk pipinya begitu mengingat hal yang memalukan itu. Ia segera membayar belanjaannya agar bisa segera pulang.

Max yang sibuk mencari titipan asistennya itu kewalahan dan memilih untuk beristirahat sebentar. Tiba-tiba saja ia jadi kepikiran pada wanita yang menabraknya tadi.

"Siapa ya? Seperti tidak asing." Ucap Max berusaha mengingat. Sedetik kemudian ia menyadarinya, itu adalah gadis perawan yang ia pesan lewat aplikasi 'ButterFly'! Ia sulit mengenali karena penampilan Grace yang terkesan polos karena tidak memakai riasan wajah.

Tanpa berpikir panjang, Max langsung berlari mencari Grace agar bisa mendapatkan wanita yang ia sukai itu.

Max melirik kesana kemari tak juga mendapati Grace disana. Lagi-lagi Max menggerutuki dirinya karena telah kehilangan jejak.

"Huh, kenapa begitu sulit mendapatkannya lagi."

Sejujurnya, Max adalah pria nakal yang sering memesan wanita lewat aplikasi itu. Namun baru kali ini ia mendapati wanita yang masih perawan, itu membuatnya sedikit merasa tak enak.

Biasanya para wanita akan memberikan perawannya pada orang yang ia cinta, namun kenapa untuk wanita itu malah Max yang mendapatkannya?

Setelah berhubungan badan dengan wanita itu, Max sudah tidak pernah lagi merasakan nikmat seperti pada Grace.

Grace yang tubuhnya sangat lebut, halus, selalu terbayang dipikiran Max begitu ia menyentuh tiap titik tubuh itu. Max juga menyadari sebuah perbedaan antara Grace dan perempuan lainnya, mungkin itu karena keperawanan yang Grace miliki.

Namun malam itu, setelah ia menyelesaikan nafsunya, Max sudah menyimpan banyak sekali pertanyaan untuk ia tanya pada Grace mengenai perasaan nikmatnya semalam. Namun begitu bangun tidur, ia mendapati kasur yang berantakan dengan dercak darah tanpa adanya seorang wanita disana.

Max sudah bertanya pada asistennya yang biasa berjaga didepan kamar, namun sialnya kala itu Max mengingat bahwa ia sedang menyuruh asistennya untuk bermalam di kantor.

Tanpa menyerah, ia pun mencoba mencari wanita itu kembali di aplikasi 'ButterFly' dan hasilnya tetap nihil, Max tidak juga menemukan Grace yang ia pesan sebelumnya disana.

Hari-hari yang diselimuti frustasi oleh Max itu membuat asistennya merasa kasihan. Sudah beberapa kali memesan wanita namun hasratnya tak juga terpenuhi karena mengharapkan rasa yang sama seperti Grace.

Sang asisten memutuskan untuk menyuruh Max berbelanja di supermarket dengan tujuan agar pria itu sedikit terhibur namun tak menyangka hal itu malah membuat Max semakin tersiksa karena bertemu dengan Grace, wanita yang selama ini ia inginkan.

"Ah, sial. Bagaimana aku harus mendapatkannya kembali."

.

Grace kembali ke apartermennya dengan sedikit terburu-buru. Hanna yang melihatnya cukup khawatir karena Grace kembali secepat itu.

"Grace, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Hanna membantu Grace membawa belanjaan.

"Ah, aku tidak apa-apa, ibu. Tolong ini dibereskan ya, aku mau ke kamar dulu sebentar." Balas Grace sambil memberikan kantong belanjaan.

Hanna membawanya dengan susah payah dan pergi menuju dapur, sedangkan Grace pergi ke kamarnya.

Grace merebahkan tubuhnya dikasur. Awalnya ia hanya ingin merem-merem saja, namun tak lama ia jadi tertidur pulas membuat Hanna yang melihatnya tak tega membangunkan.

Beberapa jam berlalu, kini siang sudah berganti malam. Grace terbangun dari tidurnya karena ponselnya berbunyi nyaring.

Ia membuka ponsel dan terkejut melihat ada pesanan masuk dari aplikasi kupu-kupu malam. Seingat dia, dia sudah mematikan aplikasi itu agar tida ada orderan yang masuk tapi tiba-tiba ada yang sudah memesannya dan melakukan pembayaran bahkan lebih.

"Aduh, apa ibu akan curiga kalau aku pergi lagi sekarang?"

Grace memutar otak. Ia membersihkan dirinya terlebih dulu dan bersiap begitu selesai.

Grace keluar dari kamarnya yang mengundang tatapan tanya dari Hanna. "Mau kemana, Grace?"

"Ibu, tiba-tiba aku ada pekerjaan yang sulit ditolak. Bila aku pulang larut malam, tolong tidur duluan ya, Bu." Jelas Grace, Hanna menatapnya khawatir.

"Grace, tolong hati-hati. Ibu tak ingin kamu kenapa-kenapa." Ujar Hanna, Grace mengangguk sambil tersenyum.

"Ibu, tenanglah. Aku tidak akan kenapa-kenapa." Ucap Grace menenangkan. Hanna hanya bisa pasrah dan berdoa demi keselamatan anaknya.

"Baiklah, hati-hati dijalan ya."

Grace mengangguk lalu mencium pipi ibunya sebelum pergi. Ia memakai sepatunya lalu pergi dari apartemennya menuju hotel yang pelanggannya pesan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tergila-gila Padaku   Kerjasama

    "Istri saya?" tanya Jovel pura-pura kebingungan."Yah, istrimu. Siapa tahu dia akan berteman dengan Grace." Jelas Max, Jovel menghela nafas lega."Saya tidak punya istri tuan, anda tidak perlu khawatir." Jelas Jovel, Max mengerutkan alisnya.Max tahu kalau saat ini Jovel sedang berbohong. Tapi dari itu semua, Max sangat mengerti jika Jovel tidak ingin memberitahukan identitas istrinya itu."Baiklah, segera bawa Olivia kemari. Kamu tidak perlu menempatkannya disisiku, buat saja dia ingin bertemu Grace walau sebentar." Titah Max. Jovel membungkukkan badannya. "Baik tuan."Jovel keluar dari ruangan Max dan berpas-pasan dengan assisten dari Riksan."Apa tuan Max didalam?" tanyanya, Jovel mengangguk."Tuan muda ingin bertemu, apakah bisa?"Jovel sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Tuan muda yang ia maksud pasti adik tiri Max, apakah Max akan baik-baik saja jika bertemu denganya?"Akan ku tanyakan terlebih dulu."Jovel masuk kembali ke ruangan membuat Max menatapnya bingung. "Kenapa?""

  • CEO Tergila-gila Padaku   Grace Kembali

    "Jadi, kamu akan menandatanganinya?" tanya Riksan begitu mendengar kalau Max memanggilnya.Max mengangguk lalu mengambil berkas yang diberikan assisten Riksan. Max membaca sekilas berkas itu, menandatanganinya lalu memberikannya pada Riksan."See?"Riksan menerima berkas itu dan mengembangkan senyuman."Bagus, akhirnya kamu memiliki pemikiran dewasa." Max membuang muka sambil menghela nafas."Sekarang berikan istriku!" tegas Max membuat Riksan terkekeh pelan."Tenang. Jo! Jemputlah Grace dengan hati-hati. Dia adalah wanita kesayangan anakku." Titah Riksan yang langsung dituruti oleh assistennya.Kepergian Jo bertepatan dengan Jovel yang baru saja datang membawa Grace. Semua tatapan itu refleks melirik padanya."Ah, ternyata kau sudah kabur."Grace terlihat tenang lalu melirik pada Max. Max bangun dari duduknya dan berjalan kearah Grace.Mereka berpelukan untuk waktu yang lama. Menjalarkan kerinduan karena beberapa saat mereka tidak bertemu karena masalah keluarga Max yang sangat meru

  • CEO Tergila-gila Padaku   Gejala Kehamilan

    "Sialan!"Max membanting semua barang di rumahnya membuat kegaduhan besar di rumah. Para pelayannya hanya menunduk melihat tuannya marah besar karena tidak berani sama sekali dengan Max."Aku tidak menyangka pelayanku sendiri mengkhianatiku." Gumam Max yang dapat didengar oleh seluruh pelayan di rumahnya.Max menatapi pelayan itu satu-satu. Memelototi mereka dengan tajam membuat nyali mereka makin menciut."Sania!"Orang yang dipanggil itu keluar. Ia berjalan mendekat kearah Max sambil tetap menundukan kepalanya.Max menatap lekat orang itu. Sania yang sudah lama menjadi kepala pelayan hanya bisa menunduk menerima kenyataan bahwa dirinya lah yang akan disalahkan."Tuan, tolong kendalikan diri anda!" Jovel tiba-tiba datang seperti penyelaman untuk para pelayan.Max menatap Jovel dengan tajam dan kini membuang muka. Jovel mendekati tuannya lalu menunduk dengan sopan."Tuan, jika memang anda ingin istri anda kembali, coba pertimbangkan kembali tawaran ayah anda." Ucap Jovel membuat Max t

  • CEO Tergila-gila Padaku   Grace Diculik

    Beberapa hari berlalu, kini Grace dan Max sudah kembali lagi ke negara asal. Jovel yang sudah setia menunggu di bandara langsung membawa laki-laki itu menuju kantor membuat Grace bergeleng kepala."Pulanglah ke rumah. Aku akan segera pulang." Titah Max. Grace hanya mengangguk menurut lalu melambaikan tangan pada Max yang kini sudah pergi berlalu.Grace menatap kepergian Max yang diiringi dengan Jovel. Seseorang pun menepuk pundaknya membuat Grace membalikkan badan."Nyonya, mari ikuti saya." Ucap seseorang yang memakai baju pelayan yang sering ada di rumahnya.Grace tersenyum dan mengangguk lalu mengikuti pria itu.Sebenarnya Grace sedikit asing dengan pelayan dihadapannya. Pelayan di rumah Max memang terbilang cukup banyak, tetapi pasti selewat Grace mengenal wajah pelayan itu."Silahkan masuk nyonya."Grace ditambah bingung lagi ketika melihat mobil yang tidak pernah ia naiki itu. Max tidak pernah membeli mobil yang modelannya seperti ini."Em, apa ini mobil Max?" tanya Grace. Pelay

  • CEO Tergila-gila Padaku   Jovel dan Olivia

    "Keluarkan Olivia dan buang dia jauh-jauh dari Grace." Jovel sangat bahagia dalam hatinya. Max akhirnya memerintahkan untuk membuang Olivia dimana pria itu tidak akan menganggangu Olivia lagi."Satu lagi, uruslah perusahaanku di Bali untuk sementara waktu. Aku tidak bisa keluar kota untuk saat ini."Jovel membungkuk dengan sopan lalu pergi berlalu untuk segera melaksanakan perintah atasannya. Jovel melangkah dengan senangnya sambil membuat surat rekomendasi untuk Olivia bekerja di perusahaan Bali agar bisa terus bersamanya.Sampai setelah rencananya semua itu berjalan lancar, Olivia malah merobek surat rekomendasinya membuat Jovel mematung kaget."Aku akan pergi sendiri."Gadis itu pergi berlalu begitu saja membuat Jovel segera berbalik dan menarik lengannya. "Jangan tinggalkan aku!"Olivia tersentak mendengar itu dan berbalik melihat Jovel yang kini sudah menangis dengan wajah sedihnya.Wanita itu pastinya sangat tidak percaya dengan ekspresi itu. Selama ini Jovel yang selalu tidak

  • CEO Tergila-gila Padaku   Perasaan Jovel

    Jovel menghela nafas panjang. Sudah dua hari berlalu dari libur tuannya memberatkan harinya. Padahal dirinya sudah sibuk mengurus perusahaan Max yang ada di Bali, kini dirinya juga harus mengurus perusahaan di Jakarta. Yang benar saja.Namun untungnya ia mempunyai istri yang berbakat sehingga pekerjaannya di Bali sedikit lebih ringan.Kintan masuk ke ruangan Max yang sedang diisi Jovel membuat pria itu kini menyorotnya dengan mata sinis. Sudah dua hari pula gadis itu tidak masuk sehingga pekerjaannya disini tidak ada yang membantu."Kemana saja kau?!" tanya Jovel bengis membuat Kintan mengerutkan alis."Kenapa kamu yang disini? Kemana tuan Max?" tanya Kintan, Jovel mendesah pelan sambil membuang pandangannya tak menjawab pertanyaan Kintan.Kintan merasa tersinggung dicueki seperti itu. Dirinya pun berjalan menghentakkan kaki mendekati Jovel. Ia menarik kerah baju Jovel dan menatapnya dengan lekat."Beritahu aku kemana perginya Max!"Jovel menepis lengan Kintan dari bajunya. Pria itu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status