Share

CEO VISIT MY ROOM (2)

Emma bangun dari tidurnya, melirik sisi tempat tidurnya. Dan tampak masih terpejam, tubuh telanjangnya membuat dirinya semakin tampan. Belum lagi ototnya yang nampak kekar di balik baju yang dipakainya setiap hari.

“Hai, Good morning,” sapa Emma.

Dan tersenyum, ia membuka matanya dan langsung duduk bersandar di kepala tempat tidur. Emma yang melihatnya hanya diam saja, ia sibuk mengecek pesan di ponselnya. Kegiatan rutinnya di pagi hari setelah bangun tidur—kalau gak telat bangun.

“Kamu chat sama siapa sih?” Tanyanya pada Emma.

“Sama Bee, dia lagi gosipin kamu,” jawab Emma cekikikan.

“Gosipin aku? Bilang apa aja dia?” Tanya Dan.

Emma melirik Dan, “Oh, dia bilang CEO baru kita itu tampan dan masih single. Satu lagi, dia juga cerita kalau kamu itu playboy,” cerita Emma.

“Aku gak playboy,” jawabnya.

Emma hanya melirik Dan sekilas, “Oke, jadi jawab yang jujur, udah berapa gadis yang kamu ajak ke tempat tidur?” Tanya Emma serius.

“Jawab jujur ya, uhm… kurang lebih sepuluh, mungkin,” jawabnya tidak begitu yakin.

Emma menganguk, “Nah, itu namanya playboy. Wah parah sih, banyak banget ya, eh tapi kayaknya sih kurang ya buat pria Brengsek kayak kamu,”

“Em, kamu mah sengaja banget. Aku emang playboy, tapi milih juga buat bawa ke tempat tidur,”

Emma cekikikan, “Soalnya aku gak percaya kalau kamu cuman pernah main sepuluh kali. Kalau dilihat tampangmu sih, kayaknya kamu berpengalaman,”

“Em, berpengalaman gak harus sering melakukan. Bisa terbentuk secara alamiah atau belajar dari buku yang memang bahas soal itu,” elaknya.

“Buku atau video live nya?” Tanya Emma.

Dan mendengus, “Em, aku serius loh,”

“Oke. Kamu gak siap-siap buat kerja? Ini udah mau jam delapan loh, eh tapi baju kerja kamu kan gak ada. Gimana?” Tanya Emma.

“Gampang itu mah. Aku punya banyak baju di kantor, tinggal ganti kan nanti,” jawabnya santai.

“Lupa aku kalau kamu itu Big Boss,”

Dan terkekeh dan langsung beranjak dari tempat tidur. Emma masih di tempatnya sambil mengucek matanya, ah dia terlihat sangat menggemaskan sekarang. Dan kembali mendekat dan memberikan kecupan singkat di dahi gadis itu.

“Kenapa?” Tanya Emma.

“Kamu kelihatan cantik pagi ini, haruskah aku tinggal di sini?” Tanya Dan.

Emma menggeleng, “Bukan pilihan yang tepat. Maaf My Big Boss, tapi saya gak menerima teman kos,” jawabnya.

“Aku bukan teman kos kok, tapi teman tidurmu,” kata Dan seraya mengerling.

Emma tetap menggeleng, “Partner sex gak harus tinggal bareng, aku akan datang kalau kamu butuh aku. Deal?” Tanyanya sambil mengikat rambutnya yang panjang.

“Oke, aku setuju,”

“Eh satu lagi, tolong memanggil sesuai jam yang kumiliki. Jangan memintaku datang kalau aku sedang sibuk, dan jangan membatasi pergaulanku,” peringat Emma dengan nada yang sangat keras.

“Oke, aku setuju,”

Emma menjabat tangan Dan, lalu ia masuk ke kamar mandi. Mencuci wajahnya dengan air dingin, menyikat giginya, lalu masuk ke dalam bathup. Ah, rasanya sungguh menyenangkan. Lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrobe.

“Mandi lah, kalau kamu gak mau terlambat ke kantor,” kata Emma.

Dan berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Emma, ia menuju almari, mengeluarkan setelan kerjanya, dan mulai berpakaian. Selesai dengan pakaian, ia melanjutkan dengan meriah wajah ala kadarnya. Ia malas kalau harus mengenakan riasan yang menor, karena sejujurnya ia malas membersihkan wajahnya sendiri.

Dan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe di tubuhnya. Emma hanya meliriknya sambil tersenyum, lalu mereka bercumbu sebentar, dan kembali melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

Emma menuju dapur, meraih roti, lalu mengoleskan selai cokelat di atasnya. Dan keluar dengan benda pipih terselip di telinganya, ia tampak sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Emma memilih tak peduli dan tetap melanjutkan sarapannya. Dan mendekat, lalu mengecup bibirnya.

“Aku ke kantor sekarang, kamu berkendaralah dengan hati-hati,” katanya setengah berteriak.

“Kamu menginap dimana?” Tanya seseorang di seberang telepon.

Dan tersenyum, “Seperti biasa, aku menemukan sesuatu yang menarik,” jawab Dan gembira.

“Wow, aku penasaran siapa orang yang beruntung kali ini?” Tanyanya lagi.

Dan tersenyum, “Secepatnya kamu akan tahu,”

Orang itu tertawa, “Oke, aku ingin menyambutmu dengan pesta malam ini. Maukah kamu datang, aku spesial menyiapkan untukmu. Oh ya, aku lupa memberi tahu, kalau aku juga mengundang banyak wanita penghibur. Kamu bisa memilih beberapa untuk membawanya ke tempat tidur,” katanya.

Dan tertawa, “Oh ayolah  Chuck, kenapa kamu selalu tahu apa yang kuinginkan?” Tanya Dan.

“Aku sangat mengenalmu. Bagaimana seorang Dan Joobs bisa betah dengan satu wanita saja? Kamu itu Brengsek, Dan, aku tahu kegilaanmu selama ini,” jawabnya.

“Oke, sampai kantor aku akan memilih wanita yang kamu pilihkan. Satu lagi, pastikan yang bisa memuaskanku di tempat tidur untuk banyak ronde ya. Kamu tahu kan kalau aku ini suka bermain lama?”

“Oke, aku akan mulai menyeleksinya,”

Sambungan telepon pun di tutup. Dan melangkah dengan yakin menuju ruangannya. Walaupun banyak yang terkejut dengan pakaiannya yang hanya menggenakan bathrobe, ia sama sekali tak peduli. Di dalam lift, Dan melihat Emma sedang mengobrol dengan karyawan pria tepat sebelum masuk ke dalam lift. Wajahnya mengeras, tapi ia tidak bisa memarahi Emma begitu saja di kantor, dia harus menyusun strategi lebih dulu agar gadis itu mengakui kesalahannya.

Emma sebenarnya tahu keberadaan Dan, tapi ia sengaja terlihat akrab dengan karyawan lain. Ia hanya tak ingin hubungannya dengan Dan tercium oleh yang lainnya. Lagipula, posisinya hanya sebagai partner sex saja, tidak lebih dari itu. Setelah melepas keperawanannya, dia akan mencari pengalaman dengan tidur dengan pria lain. Bisa dibilang, Emma menjadikan Dan sebagai tolok ukur dalam permainan ranjang, dan nantinya ia akan mencari pria yang jauh lebih berpengalaman dari Dan.

Lagipula, Emma sama sekali tidak bodoh. Ia sangat tahu kalau Dan hanya menjadikannya teman tidur sementara. Lalu setelah bosan, ia akan pergi meninggalkannya, dan mencari yang lainnya. Karena itu ia tidak ingin melibatkan perasaan pada hubungan itu. Dia masih waras untuk jatuh cinta pada Dan Joobs.

“Em, apa nanti malam kamu ada waktu?” Tanya Mark.

Emma menggeleng, “Tidak begitu penting. Ada apa? Apa kamu ingin mengajakku ke suatu tempat?” Tanyanya.

Mark tersenyum, “Kudengar Mr. Chuck menyiapkan pesta penyambutan Mr. Dan, beliau mengundang banyak karyawan di bar sebelah kantor. Apa kamu mau datang bersamaku?” Tanyanya.

Tawaran yang menarik, bisik Emma. Lalu ia menganguk, “Oke, aku akan menunggumu di lobby setelah pulang kantor. Kita berkabar lewat chat ya,” jawab Emma.

Mark menganguk sambil tersenyum. Ketika Emma menjauh, Mark memperhatikannya, akhirnya dia bisa mengajak Emma keluar juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status