Share

CEO di Tempat Tidurku
CEO di Tempat Tidurku
Penulis: Dijeonie

1. Kejadian di Malam Tahun Baru

"Happy new year!!!"

Semua orang berseru sambil mengangkat sampanye masing-masing hingga dentingan dari gelas yang beradu terdengar memenuhi ruangan, bersamaan dengan itu terdengar samar-samar ledakan kembang api yang sengaja dinyalakan untuk memeriahkan malam pergantian tahun.

Club sparkle, sebuah klub malam yang terkenal tampak dipenuhi pengunjung dengan jumlah dua kali lebih banyak dari hari biasanya. Orang-orang mulai meliukkan badan mengikuti alunan musik yang Disc Jokey putarkan, semuanya terlihat sangat menikmati malam tahun baru mereka. Ada yang langsung menggiring pasangan masing-masing menuju tempat yang jauh lebih sepi dan nyaman, ada pula yang sibuk melepaskan diri dari cengkeraman seseorang dalam keadaannya yang setengah sadar.

Salah satunya adalah seorang gadis dengan gaun satin berwarna abu-abu, ia tampak mendorong tubuh pria yang berusaha untuk memeluk dirinya.

"Lepaskan aku, bajingan!" Gadis itu mengumpat sambil berusaha mempertahankan kesadarannya agar bisa selamat dari pria mesum yang terus memaksakan diri.

Pria itu malah menunjukan sebuah senyuman yang mengerikan. Tangannya mengelus wajah cantik si gadis dan langsung mendapatkan tepisan keras.

"Lyra, kembalilah padaku ... Aku tidak akan berselingkuh lagi darimu." Tangan pria itu bergerak turun sampai berhasil merengkuh pinggang Lyra.

PLAK!

Gadis itu, Lyra, dia pergi dengan masih sedikit sempoyongan setelah melayangkan sebuah tamparan.

Lyra Lethesia, seorang gadis pekerja keras, disiplin dan konsisten. Diusianya yang ke 25 tahun, Lyra masih nyaman dengan kesendirian. Bukan tanpa alasan, pria mesum tadi adalah alasannya. Setahun yang lalu, mereka sudah hampir menikah tapi semua gagal ketika sahabat Lyra datang membawa kabar jika dia sedang hamil anak dari calon suami Lyra.

Hati Lyra hancur oleh pria yang dengan brengseknya meniduri wanita lain yang merupakan sahabat dekat Lyra sendiri, bahkan hingga hamil.

Sejak saat itulah Lyra lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan. Semuanya ia lakukan sendiri, tidak seperti dulu yang selalu bergantung pada sang mantan kekasih. Hidup tanpa orang tua sejak usia 11 tahun membuat Lyra kehilangan pegangan dan tempat untuk bersandar, lalu datang buaya darat dengan segala mulut manisnya, bukan salah Lyra jika ia terjerat jebakan. Lyra hanya membutuhkan rumah untuk pulang.

Sekarang tidak lagi, Lyra akan berjalan sendiri.

Lyra akhirnya berhasil keluar dari dalam klub, ia tampak menarik nafas panjang dengan sedikit perasaan lega.

Sret!

Tubuh Lyra tersentak kebelakang ketika seseorang menariknya dengan begitu kencang.

"Kamu gak bisa pergi gitu aja, you need me." Bulu kuduk Lyra meremang saat bisikan itu dilontarkan.

Air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata, tarikan pada rambutnya membuat kepala Lyra merasa pening.

"Blake, lepaskan aku ... Aku mohon." Lirih Lyra, andai saja dirinya tidak terlalu mabuk, maka ia akan lebih mudah untuk melepaskan diri.

Blake, si mantan kekasih yang ingin kembali tampak tersenyum sambil melepaskan jambakannya. Lalu, ia beralih memegang kedua sisi lengan Lyra dan menatap mata indah gadis itu.

"Kamu tahu, sayang ... bukan aku yang menggoda sahabat kamu, dia yang--"

"Aku tidak peduli, biarkan aku pergi!" Tangisan Lyra pecah karena rasa takut.

Tentu saja, saat ini jalanan di depan klub tampak sepi dari lalu lalang kendaraan ataupun orang, mereka pasti sedang sibuk menikmati malam tahun baru bersama orang-orang terkasih atau di dalam klub seperti Lyra beberapa saat lalu.

"Ssst ... Ikut denganku, aku akan memberimu malam tahun baru yang menyen--"

Suara derap langkah yang semakin mendekat membuat perhatian Blake teralihkan, ia menengok ke belakang dan bersamaan dengan itu Lyra berhasil melepaskan diri.

"Sial." Umpat Blake ketika Lyra berlari pada seorang pria dengan stelan rapi.

Blake menatap Lyra sekilas, kemudian beralih pada pria tampan yang memiliki perawakan tinggi tegap dengan jas hitam, dasi merah, sepatu mengkilap serta jam tangan mewah.

Lyra mencolek lengan pria asing itu, "Tolong aku ..." Mohonnya.

Pria asing itu terpaku saat beradu tatap dengan mata indah Lyra dengan bulu mata yang lentik sejak lahir.

"Aku takut ..." Air mata Lyra mengalir.

"Tenanglah." Si pria menarik tangan Lyra dengan lembut agar berdiri di belakang tubuhnya.

Pria yang baik hati, pikir Lyra sambil menyaksikan percakapan keduanya dengan harap-harap cemas. Ia takut akan terjadi perkelahian.

"Dia tidak menginginkanmu, pergilah. Pria sejati tidak pernah memaksakan kehendaknya." Pria itu mengangkat dagu ke arah seberang jalan.

Blake langsung mendengus kesal saat mendapati beberapa orang pria berkacamata hitam berdiri tegak di kedua sisi mobil mewah berwarna hitam, tepat di depan gerbang masuk sebuah hotel berbintang.

"She is my girlfriend." Tekan Blake.

Lyra yang hampir kehilangan kesadaran tampak kesulitan untuk berbicara, padahal ia ingin sekali melayangkan bantahan dengan keras.

Pria asing itu melihat ke arah Lyra yang sedang menunduk sambil memegangi perutnya yang terasa mual.

"Apa itu benar?"

Lyra menggeleng keras. "Bu--bukan ..." Katanya tertahan.

"Apa kau masih mau tetap di sini atau pergi dengan tenang?" Tanya si Pria asing dengan nada yang begitu tenang, tapi sangat mengintimidasi. Sungguh kharisma yang luar biasa.

"Aku akan pergi, tapi lihat saja nanti kalau kau berani mencampuri urusanku lagi!" Ujar Blake dengan telunjuknya yang terangkat begitu berani.

"Akan kita lihat." Sahut pria tampan nan gagah itu.

Dengan keadaan kesal dan tidak terima, Blake pun kembali ke dalam klub untuk melampiaskan emosinya yang tertahan. Keadaannya yang setengah mabuk pun tidak mendukung untuk berkelahi.

Kini tinggallah Lyra dan si penolong.

Brugh!

Tubuh Lyra ambruk menyentuh trotoar dan tanpa pikir panjang pria itu langsung memangku tubuhnya dengan begitu mudah, seakan-akan Lyra memiliki bobot seringan kapas. Setelah itu Lyra dibawa menyeberangi jalan menuju sebuah mobil.

"Hoek--" Lyra langsung menutup mulut dengan satu tangan, bertahan untuk tidak memuntahkan isi perutnya saat sedang dipangku karena itu bisa mengotori pakaian si malaikat penolong.

Ceklek.

Pria lain membukakan pintu mobil, "Tuan, gadis itu akan dibawa kemana?"

"Kita tidak bisa membiarkannya pingsan di jalanan."

Lyra masih terjaga dengan rasa tidak enak diperutnya dan ia hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dalam hati atas bantuan yang pria asing itu berikan. Jika saja ia membuka mulutnya sedikit maka semua isi perutnya akan keluar.

Tubuh Lyra didudukan di dalam mobil, tak lama kemudian pria itu menyusul masuk dan mendapati kepala Lyra sudah tersungkur ke arah depan. Andai tidak terpasang sabuk pengaman, maka sudah dipastikan posisi Lyra saat ini sepenuhnya terselip ke bagian bawah.

Si pria asing terkekeh pelan, merasa lucu. Ditariknya tubuh Lyra hingga kembali bersandar.

"Kita berangkat masuk sekarang, Tuan?" Tanya si sopir pribadi Tuan penyelamat.

"Ya, tolong pesankan satu kamar lagi." Kata pria penolong, Lyra tersenyum tipis diambang kesadarannya. Hatinya merasa lega karena pria itu tidak memanfaatkan ketidakberdayaannya.

Mata Lyra terbuka lebar ketika sesuatu mendesak naik ke atas dari dalam perutnya, tangan lemahnya langsung meraba-raba tombol untuk menurunkan kaca mobil. Namun, nihil. Lyra mulai panik karena rasanya semua isi perutnya sudah naik hingga kerongkongan.

"Are you okay?"

Lyra mengangguk dengan wajah berpaling ke arah jendela yang enggan terbuka.

"Panas? Aku akan nyalakan AC--"

Lyra langsung memegang tangan si penolong, ia menatap mata indah yang setajam elang sambil menggeleng keras dengan mata berair. Lyra bahkan masih sempat mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang terpampang nyata di hadapannya.

Pria itu mengernyit heran, "Lalu, ada ap--"

Hoeeek!

Tamat sudah riwayat Lyra. Desakan dari dalam perutnya sudah tidak tertahankan lagi dan akhirnya terlepas dari cengkeraman.

Air matanya mengalir karena rasa malu yang sudah mencapai ubun-ubun, bagaimana tidak, muntahannya bukan hanya mengotori diri, pria tak berdosa pun ikut terkena semburan yang entah apa saja isinya.

"Tuhan ... Tolong buat aku pingsan." Harapnya dalam hati.

Lyra tidak berani mengangkat kepala untuk sekedar melihat reaksi si pria, ia hanya berharap agar pria itu tidak menyesal telah memberikan pertolongan.

"Jika tidak bisa pingsan, maka aku akan berpura-pura. Maafkan aku, Tuan ..." Dan benar saja, apa yang dirinya bincangkan dalam hati langsung saja dilaksanakan.

Lyra melemaskan semua otot pada tubuhnya dan kembali tergeletak lemah dengan noda bekas muntahan di sekitar bibirnya. Ia berharap tidak ada seorangpun yang menyadari bahwa dirinya hanya berpura-pura pingsan saja.

"Tuan, kamar hotel sudah penuh semua." Ujar seorang pria, Lyra tidak tahu siapa yang berbicara, entah itu sopir atau pria satu lagi.

Lyra tidak mendengar sahutan apapun dari pria yang duduk disamping dirinya. Bagaimana ini, apa mereka akan tidur di kamar yang sama? Bagaimana jika setan membisikan sesuatu pada salah satu dari mereka? Lyra tampak menelan ludah dengan susah payah dalam keadaan pingsannya yang pura-pura.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status